Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Federasi Rusia di Jakarta prihatin atas komentar-komentar di media massa Indonesia yang menuduh Negeri Beruang Merah itu melakukan serangan terhadap rumah sakit anak di Kiev. Pasalnya, komentar-komentar tersebut berdasarkan informasi palsu yang disebarluaskan secara aktif oleh negara-negara Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Selama operasi militer khusus, Angkatan Bersenjata Federasi Rusia menargetkan hanya fasilitas-fasilitas militer saja dengan senjata ampuh jarak jauh. Berbeda dengan Ukraina, Rusia tidak pernah memerangi para warga sipil," demikian keterang Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, 12 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut data yang diperoleh oleh Kementerian Pertahanan Federasi Rusia, rumah sakit di kota Kiev hancur karena sebuah rudal pertahanan udara Ukraina yang diluncurkan dari sistem antirudal NASAMS jatuh dan terkena gedung itu. Ada banyak foto dan video yang membuktikan fakta tersebut, sedangkan negara-negara NATO yang mendukung Ukraina menyembunyikan fakta-fakta ini secara cermat.
Sebelumnya, pada Selasa, 9 Juli 2024, Ukraina mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk kehilangan atas kematian 44 orang di seluruh negeri akibat serangan udara yang diklaim dari Rusia pada Senin, 8 Juli 2024. Jumlah itu, termasuk empat anak-anak dan dua orang di Rumah Sakit Okhmatdyt. Rumah sakit Okhmatdyt adalah rumah sakit anak terbesar di Ukraina.
Misi HAM PBB pada Selasa, 9 Juli 2024, mengatakan ada “kemungkinan besar” rumah sakit itu terkena serangan langsung rudal Rusia dalam serangkaian serangan udara di Kiev, Kryvyi Rih, dan kota-kota lain di Ukraina. Akan tetapi, Kedutaan Besar Rusia di Jakarta meyakinkan yang terjadi sepenuhnya tanggung jawab para militer Ukraina, kesalahan dan kelalaian mereka yang menjadi penyebab tragedi ini.
Kedutaan Besar Rusia mengatakan peristiwa menyedihkan ini seharusnya bisa dihindari jikalau rezim Kiev tidak menempatkan sistem pertahanan udara mereka di tengah pemukiman sipil, yang secara nyata melanggar norma-norma hukum humaniter internasional yang melarang digunakannya obyek-obyek sipil untuk tujuan militer.
Terkait peristiwa ini, pada 9 Juli, 2024 Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia dan Kementerian Pertahanan Federasi Rusia sudah memberikan penjelasan. Untuk itu, Moskow pun prihatin karena Indonesia tidak mempertimbangkannya. Kementerian Luar Negeri RI menerbitkan kecaman pada Rusia lewat akun X.
"Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia juga tidak memberi komentar apapun terkait serangan rudal dan artileri terhadap wilayah Rusia, antara lain, kota Belgorod dan kota Sevastopol, sedangkan akibat penembakan ada banyak warga sipil, termasuk anak-anak, yang tewas," demikian keterangan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.
Sebelumnya pada minggu pertama Juli, 2024, akibat penembakan wilayah Rusia oleh angkatan bersenjata Ukraina yang menggunakan alutsista dipasok oleh negara-negara Barat, 151 warga sipil Rusia menjadi korban. Dari total jumlah itu, 137 orang luka-luka, termasuk 7 anak di bawah umur, serta 14 orang tewas, termasuk satu anak. Rusia prihatin karena informasi tersebut sengaja didiamkan oleh Ukraina dan negara-negara Barat, sehingga ini adalah manifestasi standar ganda yang jelas yakni tanpa alasan menuduh Rusia bersalah dengan sekalian mengabaikan kejahatan rezim Kiev.
"Kami berharap bahwa selanjutnya kami juga akan menyaksikan sikap Jakarta yang tidak bias, sesuai dengan kebijakan 'seimbang dan tidak memihak' terhadap krisis di Ukraina seperti yang dinyatakan," demikian keterangan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.
Pilihan editor: Jaksa ICC Batalkan Kunjungan ke Gaza, Demi Surat Penangkapan Pemimpin Israel
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini