Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kelompok kiri yang islam-marxis

Beberapa kelompok kiri yang islam-marxis: partai tudeh, feda'iyin-e khalq, mojahedin-e khalq. melawan kaum mullah, bani sadr dibantu feda'iyin dan mojahedin. (ln)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Kelompok kiri yang islam-marxis
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
BENTROKAN berdarah sudah tak asing lagi di Teheran. Ribuan pendukung Partai Republik Islam (PRI) bertempur di jalan raya kota itu dengan kelompok pendukung Abolhassan Bani-Sadr. Baku tembak tersebut semakin seru manakala pasukan Pengawal Revolusi Pasdaran turun membantu kelompok PRI. Sejak. Maret ada saja gontok-gontokan itu terjadi, menjelang Ayatullah Khomeini akhirnya memecat Bani-Sadr sebagai Panglima Angkatan Bersenjata, kemudian memecatnya sebagai Presiden Iran. Pendukung Bani-Sadr dalam serangkaian bentrokan itu tampaknya berasal dari kelompok Feda'iyin-e Khalq dan Mojahedin-e Khalq, musuh bebuyutan kaum mullah. Keduanya jelas memotori perlawanan Sabtu lalu, ketika lebih 30 orang tewas dan 200 lainnya luka-luka. Kaum PRI menyebut keduanya sebagai kelompok kiri berhaluan Marxis. April 1980, pendukung PRI juga per nah berusaha menghabisi kaum kiri. Ayatullah Khomeini ketika itu mengecap kelompok Mojahedin sebagai "anti Islam dan Marxis tak ber-Tuhan," sesudah Mojahedin tak mendukung calon PRI dalam pemilihan anggota Majlis (Parlemen) Iran. Segera sesudah Khomeini mengutuk mereka, ribuan Pasdaran bersenjata api bergerak ke kampus Universitas Teheran yang dikuasai Feda 'iyin dan Mojahedin. Untuk pertama kalinya kelompok kiri berani mengangkat senjata. Limapuluh orang kiri tewas dan ratusan lagi luka-luka berat waktu itu. Korban lebih banyak bisa dicegah setelah Presiden Bani-Sadr turun menengahi. Diam-diam kaum kiri menaruh simpati atas upaya presiden itu. Sudah sejak lama pula kelompok ini sesungguhnya segan terhadap Bani-Sadr, yang bersama Ayatullah Mahmud Taleqani, berusaha menjembatani perbedaan pendapat Mojahedin dengan kaum mullah dari PRI. Sayang Taleqani yang dikenal moderat, tewas ditembak, September 1979. Usaha serupa juga pernah dilakukan PM Mehdi Bazargan di awal pemerintahan Iran sesudah Shah terguling. Ia berusaha meyakinkan Khomeini bahwa Mojahedin bukanlah kelompok yang anti lslam. Tapi citra Mojahedin, yang Islam Marxis, tak bisa diperbaiki. Di mata Khomeini ia tetap "anti Islam dan Marxis tak ber-Tuhan." Juni 1980, untuk kedua kalinya Mojahedin disikat, kali ini Khomeini bahkan menggunakan Hizbullah, pasukan bersenjata PRI. Dan sesudah mendapat tekanan berulang-ulang, Mojahedin dilarang dan jadi gerakan bawah tanah -- menyusul Partai Tudeh (Komunis) dan Feda'iyin yang sudah dilarang sejak Agustus 1979. Ketika Presiden Bani-Sadr dan Front Nasional mendapat tekanan dari PRI, Feda'iyin dan Mojahedin memberikan dukungan dalam berbagai demonstrasi di Teheran. Siapakah kaum kiri itu? Kawan Revolusioner Partai Tudeh: Didirikan 1941, Partai Tudeh yang jelas komunis itu pernah mengaku punya pengikut 25 ribu di awal masa pembentukannya. Ia kemudian hidup sebagai gerakan bawah tanah sesudah (1949) Shah Pahlavi melarang aktifitasnya. Orientasinya yang terlalu berat ke Moskow ternyata menyebabkan partai itu terpecah-pecah, dan mengalami kemunduran hebat. Kekuatannya muncul kembali menjelang (1979) tumbangnya Shah Iran. Nureddin Kianuri, Sekjen Partai Tudeh, mengaku bahwa sejumlah pemogokan yang dilancarkan buruh minyak -- terutama di ladang/minyak Ahvaz dan kilang minyak Abadan -- dimotori oleh partainya. Dari kelompok kiri, hanya Tudeh yang jelas mendukung upaya pembentukan Republik Islam dan menyokong PRI sepenuhnya pada pemilihan anggota Majlis. Ia menyebut Khomeini sebagai seorang "kawan yang revolusioner". Tapi sikap oportunisnya itu berkembang menjadi suatu konflik terbuka manakala ia mengecam PM Bazargan yang menindas gerakan separatis Kurdistan. Tudeh juga mengritik upaya PM Bazargan dan Menteri Luar Negeri Ibrahim Yazdi yang berusaha mendapatkan suku cadang bagi angkatan perang Iran, dari AS. Sikap anti-AS yang dikobarkannya itu makin mendapat angin sesudah mahasiswa radikal menyandera sejumlah staf Kedutaan Besar AS di Teheran, November 1979. Tapi justru di masa itulah -- sesudah Tudeh dilarang -- organisasi bawah tanah partai ini mencapai tatanan yang baik. Mardom, koran Tudeh mempunyai 40 ribu pembaca, jauh lebih besar ketimbang Jomhuriyeh Islam, koran PRI, yang hanya punya 20 ribu pembaca. Feda'iyin-e Khalq: Ketika Partai Tudeh terpecah belah, enam anggotanya (1963) diam-diam membentuk Feda'iyin-e Khalq (Pejuang Rakyat). Beranggotakan kaum mahasiswa yang frustrasi, kelompok ini lebih merupakan organisasi gerilyawan bersenjata. Ia sering disebut sebagai kelompok sekuler berhaluan Marxis (Sosialis). Adalah PLO (organisasi Pembebasan Palestina) yang pertama kali memberinya latihan kemiliteran. Dari kamp PLO ini, 1.200 gerilyawan inti Feda'yin kemudian memperoleh latihan militer akhir di RRC, Kuba dan Yaman Selatan. Februari 1971, Feda'iyin menyerang pos polisi Siahkal, dekat Laut Kaspia. Kelompok Feda'iyin yang lain, juga menyerang pos militer dan merampok sejumlah bank. Dalam perkembangan akhir 1978, Feda'iyin lebih menonjol sebagai payung dari tiga organisasi utama yang berintegrasi. Yaitu Fraksi yang pro Tudeh, Fraksi Puyan, dan Fraksi yang pro teoritikus Bizhan Jazani pendiri Feda'iyin. Menjelang Revolusi Iran 1979, Feda'iyin dengan cepat mengembangkan sayap. Pengikutnya terutama para mahasiswa teknik, juga kaum pekerja di pabrik, kilang minyak, petani dan guru. Kader intinya ditaksir berjumlah 5.000 orang. Dan yang mendapat latihan kemiliteran dan bersenjata diperkirakan lebih dari 80 ribu. Ketika terjadi bentrokan dengan tentara Shah Iran, Januari 1979 155 orang Feda'iyin tewas -- sebagian besar mahasiswa. Sebulan kemudian keIompok ini memotori penyerangan sejumlah barang militer di Teheran. Al-Fatah Tapi setelah Khomeini mengambil alih kekuasaan, Feda'iyin menghadapi persoalan serius. Para pemimpinnya yang tak pernah memikirkan program politik, kini mau tak mau harus mengubah organisasi gerilyawan bersenjata itu menjadi suatu kekuatan politik. Dalam kebimbangan menentukan masa depan itu, kelompok ini menolak mendukung konsep Republik Islam. Dan ketika kaum PRI berhasil mengumpulkan kekuatan, markas Feda'iyin di Universitas Teheran (Agustus 1979) diambil alih. Sesudah aktifitasnya dilarang, Feda'iyin mundur ke wilayah Kurdistan. Di sana mereka dengan bersenjata mendukung gerakan separatis Kurdistan -- juga gerakan Turkoman. Sekalipun sejumlah pemimpinnya sudah dibunuh, kelompok ini mengaku punya 500 ribu simpatisan di Teheran -- atau 7-8 juta di seluruh Iran. Jika diperlukan, ia bisa memobilisasi 100 ribu pendukungnya dalam demonstrasi di Teheran seperti pernah dibuktikannya ketika mendukung Bani Sadr, Sabtu lalu. Mojaedin-e Khalq: Sesudah lepas dari Front Nasional, Sa'id Mohsen dan dua sejawatnya (1965) segera membentuk Sazman-e Mojahedin-e Khalq-e Iran (Organisasi Pejuang Kebebasan Rakyat Iran). Ia lebih menonjol sebagai kelompok gerilyawan Islam-Marxis. Latihan militer diperolehnya dari Al-Fatah, kelompok bersenjata PLO. Aktifitas Mojahedin mulai tercatat pertama kalinya ketika (1970) turut mengambil bagian bersama Black Septemher menyandera sejumlah atlet Israel di Olympiade Munich. Di Iran, Mojahedin melakukan kegiatan militer pertama kali dengan menembak mati (1973) sejumlah perwira AS yang diperbantukan di Iran. Tahun 1975, Mojahedin pecah jadi dua bagian: Sazman-e Paykar (Organisasi Pertempuran), sayap kiri yang lebih Marxis, dan sayap kanan (Islam) yang dipimpin Masud Rajavi, 32 tahun Kelompok Marxis Paykar diperkirakan punya pendukung 10 ribu mahasiswa berbagai universitas. Sejak pecah Revolusi Iran, Paykar merektut para pekerja pabrik, buruh ladang minyak dan kaum miskin di pinggir kota menjadi anggotanya. Sementara itu, Mojahedin Islam disebut mempunyai hubungan erat dengan kaum bazaari. Sebagian anggota mudanya disebut pernah pula memperoleh pendidikan di Sekolah Tinggi Keagamaan di Qom. Kedua sayap Mojahedin ini diperkirakan mempunyai 100 ribu pengikut bersenjata yang terlatih baik menghadapi perang gerilya. Dalam bentrokan (Januari 1979) dengan tentara Shah Iran, 57 orang dari kelompok ini tewas dan dihukum mati. Di awal masa kejayaan Mojahedin dan Feda'iyin itu, Khomeini selalu menghindari konfrontasi terbuka dengan keduanya. Identitas Islam-Marxis yang disandang Mojahedin ternyata hanya menimbulkan kesulitan belaka. Dalam pemilihan presiden . Iran, Khomeinf menolak pencalonan Masud Rajavi -- karena Mojahedin dituduhnya menolak Konstitusi. Khomeini kemudian juga menyebut bahwa pemilu hanya boleh diikuti oleh orang-orang "yang 100% Islam." Tentu saja Mojahedin tidak termasuk. Usaha menyingkirkan Mojahedin dalam percaturan politik diulangi kembali dengan melakukan berbagai tekanan fisik sampai akhirnya dibubarkan. Di awal pelarangan kegiatannya itu, Presiden Bani-Sadr, Maret 1980, pernah mengumumkan akan bekerja sama dengan kaum Mojahedin. Tapi usaha itu mendapat kecaman pedas dari kaum mullah yang menguasai PRI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus