Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bani sadr dipecat habis

Pemecatan presiden abolhassan bani sadr sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata dan presiden iran. akan dihadapkan ke pengadilan. belum ada dimana bani sadr berada.(ln)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Bani sadr dipecat habis
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TERIAKAN 'Allah Akbar' yang diselang-selingi 'Bunuh Bani-Sadr' terus bergema di luar gedung Majlis (parlemen Iran) di Jalan Khomeini, Teheran. Massa (sekitar 10 ribu orang) itu rupanya tak sabar menunggu keputusan yang akan diambil Majlis. Hari Minggu itu sidang Majlis sudah akan menentukan masa depan Presiden Abolhassan Bani Sadr. Kepada mereka kemudian melalui pengeras suara diumumkan bahwa secara politik Bani-Sadr dinyatakan tidak berwenang lagi melanjutkan tugasnya. Dan bagaikan ledakan, teriakan 'Bunuh Bani-Sadr' makin meninggi. Apa yang selama ini diinginkan kaum mullah yang tergabung dalam Partai Republik Islam rupanya tercapai. Melalui hasil pemungutan suara -- 177 anggota setuju, 1 menolak dan 1 blanko -- Bani Sadr didepak secara konstitusional. Sementara itu 11 anggota lainnya yang hadir tak ikut memberikan suara. Menurut konstitusi Iran, dengan adanya keputusan Majlis ini, Ayatullah Khomeini selaku Pemimpin Revolusi bisa mencopot Bani-Sadar dari jabatan presiden. Memang itulah yang dilakukannya sehari kemudian, 22 Juni. "Pemecatan Bani-Sadr akan membawa Iran kepada kediktatoran yang mengerikan," kata bekas Menteri Perminyakan Ali Akbar Moinfar ketika masih berlangsung perdebatan di Majlis. Adalah Moinfar saja yang membela BaniSadr pada sidang hari pertama (Sabtu) yang memakan waktu 51h jam. Sidang yang berlangsung tanpa dihadiri Bani-Sadr itu agak sepihak sifatnya. Semula ada rencana untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pihak yang pro dan kontra Bani-Sadr. Tapi ternyata kesempatan itu tak pernah diberikan . Bekas PM Mehdi Bazargan sebelumnya sudah menyatakan ia akan memboikot sidang Majlis karena tidak diberikannya kesempatan menyuarakan pendapat secara bebas. "Mereka (para mullah) ingin melaksanakan mimpi sepihak," komentar Bazargan menanggapi rencana kaum mullah mengadili Bani-Sadr. Dan ancaman yang sama juga dihadapi kaum moderat lainnya. "Secara fisik kami semua ini dalam keadaan bahaya," kata Bazargan. Memang tanda akan diadilinya Bani Sadr sudah diungkapkan Ketua Mahkamah Agung Ayatullah Beheshti beberapa hari sebelum Majlis bersidang. Dalam suatu jumpa pers pekan lalu, Beheshti menyatakan Presiden Bani-Sadr akan di hadapkan ke pengadilan dalam dua perkara yang terpisah. Ia dituduh tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang ditentukan konstitusi. Ayahtullah Mohammed Beheshti, 53 tahun, selama ini memang dikenal sebagai lawan utama Bani-Sadr. Ia juga menjadi Ketua Partai Republik Islam yang dikenal sebagai partai kaum mullah. Karena pernyataan Beheshti itu, banyak pendukung Bani-Sadr menganggap perdebatan dalam Majlis itu akan sia-sia. "Hukuman terhadap Bani-Sadr sudah dijatuhkan lebih dahulu," kata Moinfar. Sementara itu para petugas keamanan menghalang-halangi para pendukung Bani-Sadr untuk hadir di Majlis. Tragis Terlebih dulu Bani-Sadr dicopot dari jabatan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran oleh Ayatullah Khomeini. Kemudian serangan kaum mullah semakin bertubi-tubi. Dan suatu bentrokan fisik -- antara pengikut Bani Sadr dan Hisbullah, pasukan bersenjata para mullah -- terjadi Sabtu lalu. Akibat kejadian itu lebih 30 orang tewas dan sekitar 200 lainnya luka-luka. Menyadari ancaman terhadap dirinya, Bani-Sadr menghilang. "Saya tak tahu di mana dia dan keluarganya berada," kata Robabeh Sakineh. Saudara perempuan Bani-Sadr itu seorang ahli fisika nuklir. "Namun kami serahkan nasibnya kepada Tuhan, semoga Allah melindunginya," ujar Sakineh. Banyak bermunculan berita yang mengatakan Bani-Sadr sudah meninggalkan Iran. Ada yang mengatakan ia melarikan diri ke Turki. Ada pula yang menyebut ia bersembunyi di sekitar Teheran secara berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lain. Tiga jam setelah keputusan Majlis, Jaksa Agung Ali Qoddousi mengumumkan bahwa tidak benar Bani-Sadr telah meninggalkan Iran. Langsung ia menghimbau rakyat Iran agar menangkap Bani-Sadr. Dalam pernyataan itu Jaksa Agung menuduh Bani-Sadr melakukan provokasi politik untuk menolak sistem Republik Islam. Tragis. Benarkah itu? Bani-Sadr yang selama ini menganjurkan pelaksanaan ekonomi Islam dituduh anti-Repblik Islam. Abolhassan Bani Sadr, 48 tahun lahir dari keluarga mullah. Ayahnya Ayatullah Sayed Nasrullah Bani-Sadr, seorang ulama yang disegani. Ia berkenalan dengan Khomeini ketika sang Imam menghadiri pemakaman Bani Sadr tua (1972). Hubungan keduanya kemudian menjadi semakin erat ketika Khomeini berkunjung ke Paris. Ia sempat tinggal di rumah Bani-Sadr. Dan ketika Khomeini menetap sementara di Paris, sebelum Revolusi Iran, Bani-Sadr jadi salah seorang pembantunya yang mengatur berbagai pertemuan. Bahkan ketika TEMPO akan mengadakan wawancara dengan Khomeini di Paris, 1 Februari 1979, adalah Bani-Sadr yang memeriksa lebih dahulu daftar pertanyaan majalah ini. Hubungan baik itu pernah membantu Bani-Sadr terpilih sebagai Presiden Iran. Dengan memenangkan 75% suara 18 bulan lalu, ia memang tokoh yang cukup populer. Juga ia secara diam-diam didukung oleh Mojahedin-e Khalg dan Feda'iyin-e Khalg, keduanya kelompok sayap kiri. Dan karena Bani-Sadr terpojok akhir-akhir ini, keduanya maju menghadapi kelompok Hisbullah dan Pasdaran --Pasukan inti para mullah (lihat Kelompok Kiri yang Islam-Marxis). Maka Khomeini dalam satu pidatonya pekan lalu menuduh Bani-Sadr bersekutu dengan kelompok radikal yang bergerak di bawah tanah. Para pendukung Bani Sadr dinilainya sebagai 'kekuatan yang lebih jahat ketimbang Syah Iran dan familinya'. Dan mungkin di sini puncak pertikaian antara Bani-Sadr dan para mullah. Selama ini Khomeini tak selalu berpihak pada PRI. Ia bahkan telah sering membela Bani-Sadr. Terakhir sekali ketika ia dicopot dari jabatan Panglima Tertinggi, Khomeini perlu menjelaskan bahwa Bani-Sadr masih tetap presiden. Maksudnya, tentu saja, menghindarkan salah pengertian. Namun Khomeini, 81 tahun, mempertegas sikapnya ketika suara Bani-Sadr memberi kesan melawan. Memang Bani Sadr menjawab serangan kaum mullah dan menghimbau agar rakyat Iran siap-siap menghadapi tirani. Siapa yang dimaksudnya dengan tirani tak jelas. Seruannya itu dituduh Khomeini menghasut. Khomeini menganjurkan agar Bani-Sadr meminta maaf. Ternyata ia tak mau meminta maaf. Jengkel sekali rupanya. Pernah dalam suratnya kepada Khomeini, ia menyesalkan sikap sang ayatullah. "Saya kira sikap anda menghadapi saya tidak adil. Saya tidak berbuat jahat terhadap anda dan tanah air. Saya telah mencoba berlaku sejujur-jujurnya," tulis Bani-Sadr. Sekarang mereka harus berpisah. Selama 18 bulan ia jadi Presiden Iran. Sekarang ia dituduh pengkhianat. Siapa pula nanti Presiden Iran yang baru? Menurut konstitusi, selama 50 hari menunggu, kekuasaan berada di tangan triumvirat. Yaitu Ayatullah Mohammed Beheshti (Ketua Mahkamah Agung), PM Mohammad Ali Rajai dan Hajatoleslam Hashemi Rafsanjani (Ketua Majlis). Dan dengan munculnya tokoh PRI ini, pertarungan kekuasaan selama ini selesai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus