YANG biasa dipanggil Pak Abet itu kini tak akan lagi bisa
dijumpai di DPR. Dengan surat yang ditujukan Presiden bertanggal
6 Juni 1981, ditandatangani Ketua Umum Soenawar Soekowati dan
Wakil Sekjen Jusuf Merukh, DPP PDI menarik kembali keanggotaan
Abdullah Eteng sebagai anggota F-PDI di DPR dan mengusulkan dr.
Panangian Siregar, Ketua DPD PDI Sum-Ut sebagai penggantinya.
Eteng dengan begitu menyusul lima anggota F-PDI yang sebelumnya
mengalami nasib serupa: Usep Ranawijaya, Abdul Madjid, Ny. D.
Walandouw, Santoso Donoseputro dan Sulomo. Mereka berlima kena
recall Februari lalu, hanya sebulan setelah Soenawar Soekowati
berhasil memenangkan jabatan ketua umum .
Mewakili daerah pemilihan Sumatera Utara, Abdullah Eteng, 66
tahun, dikenal sebagai wakil rakyat yang suka blak-blakan,
membela nasib rakyat yang dianggapnya tersikut, terutama masalah
tanah. Ia misalnya bicara lantang dalam kasus Gunung Bokor,
Siria-ria dan Jenggawah.
Hingga ada dugaan ia diganti karena sikapnya yang keras dan
dianggap menyulitkan posisi DPP PDI. Tapi Ketua DPP PDI
Hardjantho Sumodisastro membantah ini.
Lantas beredarlah suatu cerita, bahwa penggantian Eteng hanya
ekor dari suatu komitmen. Konon menjelang Pemilu 1977 tercapai
persetujuan antara Abdullah Eteng, calon nomor 1 PDI di Sum-Ut,
dengan T.D. Pardede yang menjadi calon nomor 3 (calon nomor 2
ketika itu adalah Sabam Sirait). Isi perjanjian tertulis yang
disaksikan Sanusi Hardjadinata dan Usep Ranawijaya antara lain
berbunyi begitu Eteng terpilih, jabatannya sebagai anggota DPR
akan diserahkan pada Pardede sedang keanggotaan MPR tetap
dijabat Eteng.
T.D. Pardede juga membenarkan. "Perjanjian itu memang ada. Dan
itu biasa dalam politik. Tapi sudahlah. Kalau Pak Eteng mau
duduk, ya silakan," kata pengusaha terkenal di Sumatera Utara
itu pada TEMPO pekan lalu.
Hardjantho juga membenarkan adanya komitmen itu. Menurut dia,
DPP lama tak pernah melaksanakannya. "Komitmen tetap komitmen.
Kalau itu tidak dilaksanakan, siapa lagi yang bisa dipercaya? "
ujarnya. Menarik kembali Eteng, menurut Hardjantho, berarti juga
memenuhi aspirasi daerah pemilihan Eteng. Sebab pertengahan Mei
lalu DPD PDI Sum-Ut mengirim surat, menyerahkan penyelesaian
masalah Eteng pada DPP.
Tapi menurut Ketua DPD PDI Sum-Ut, dr. Panangian Siregar, yang
mendesak agar Eteng di-recall justru DPP PDI. Menurut dia,
setelah Kongres II DPP meminta agar DPD PDI Sum-Ut mengirim
surat yang isinya mendesak recalling Eteng. Karena DPD tak
menanggapinya, DPP Maret lalu mendesak lagi hingga putusan
masalah ini diserahkan pada DPP.
Bekas Ketua DPP PDI Usep Ranawijaya mengakui menjadi saksi
penandatangan perjanjian itu. Komitmen itu, menurut dia, dibuat
karena ada pikiran agar Eteng dapat mengkhususkan diri memimpin
partai di Sum-Ut. Tapi ternyata akibat banyaknya "gangguan",
memimpin partai secara khusus ternyata tidak efektif hingga
Eteng tidak terlalu perlu selalu harus ada di Sum-Ut. Kecuali
itu, Pardede sendiri kemudian enggan menjadi anggota DPR dan
tidak menuntut haknya.
Ada alasan lain. Wakil Sekjen DPP PDI Jusuf Merukh
mengungkapnya. Menurut penilaiannya, Eteng telah melangkah
sangat jauh dari garis partai. "Eteng aktif bergerak ke
cabang-cabang, mempengaruhi para tokoh PNI agar tidak mendukung
PDI pada pemilu mendatang. Tak hanya itu. Aktivitasnya mengarah
ke Golput. Dan ini sudah banyak yang tahu," ujar Merukh.
Namun beberapa rekan Merukh di DPP sendiri ternyata tidak tahu.
"Saya belum pernah mendengar hal itu. Yang saya dengar Pak Eteng
tetap akan membantu PDI," katanya. Hardjantho juga membantah
Merukh.
Tatkala ditemui wartawan TEMPO Monaris Simangunsong Sabtu sore
lalu, Abdullah Eteng sendiri tampak santai. Duduk di kursi
plastik di teras rumahnya di jalan Medan - Tanjung Morawa
kilometer 12,5 ia cuma memakai celana pendek dan bajunya dibuka.
Sambil memandang pohon-pohon cengkih, kelapa dan rambutan di
kebunnya yang terletak di seberang jalan depan rumahnya, ia
berkata: "Saya sudah lama siap mental menghadapi recalling ini."
Eteng tahu ia akan di-recall karena ia termasuk kelompok yang
menentang dilangsungkannya Kongres II PDI Januari lalu.
Diakuinya ia bergaul erat dengan "Kelompok Empat".
Tentang recalling-nya ini Abdullah Eteng tak akan protes. Tapi
ia ingin agar pimpinan PDI menjelaskan pada rakyat pemilihnya
"apa salah saya". "Supaya jangan ada yang menafsirkan saya
direcall karena terlibat PKI atau DI," ujarnya. Tampaknya Eteng
memang populer di Sum-Ut.
Apa rencana Eteng? "Saya akan jadi penulis. Duaratus limapuluh
kilogram buku saya bawa dari Jakarta. Selama enam bulan ini saya
mau memperdalam pengetahuan saya. Setelah itu saya akan menulis
di suratkabar sebagai bukti perjuangan saya yang tak padam untuk
rakyat," katanya. Ada lagi. "Saya punya kebun dua hektar. Itu
akan saya kerjakan," kata bekas Bupati Asahan, Labuhan Batu,
Tanah Karo, Deli Serdang antara 1946-1963 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini