Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kesediaan arafat dan tafsirannya

AS menolak berunding langsung dengan PLO. sebaliknya PLO menolak resolusi 242 kecuali dilengkapi dengan klausul yang menyangkut penentuan nasib sendiri bagi palestina. (ln)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH delegasi Congress AS menemui Yasser Arafat di sebuah kantor PLO di Beirut Barat. Pembicaraan 75 menit di antara mereka itu menghasilkan sebuah dokumen. Isinya singkat: "Ketua Arafat menerima resolusi PBB yang berkaitan dengan masalah Palestina." Di bawah tulisan itu tertera tandatangan Arafat, dalam tinta hitam, tertanggal 25-7-'82. Dokumen itu kemudian ramai dibicarakan. Paul N. McCloskey Jr, salah seorang dari 6 anggota delegasi itu menjelaskan pada wartawan, "Ketua Arafat telah menandatangani untuk kami kesediaannya menerima resolusi PBB termasuk hak eksistensi Israel." Resolusi yang dimaksud adalah resolusi Dewan Keamanan PBB No. 242 dan 338. Dan dengan penuh semangat McCloskey berharap agar rekan-rekannya yang lain ikut memberikan rekomendasi pada Menlu George Shultz agar AS mengadakan perundingan langsung dengan PLO. Menurut analisa para pengamat, memang itu yang ditunggu PLO dalam keadaan terjepit di Beirut Barat sekarang ini. Kontak langsung AS-PLO diduga akan memudahkan keberangkatan gerilya Palestina keluar Libanon di samping bisa memperkuat posisi PLO dalam perundingan Arab-Israel. Tapi kesediaan Arafat menerima resolusi PBB itu disambut dingin di AS. Bahkan dokumen itu secara teknis ditafsirkan bahwa pemimpin PLO itu masih belum eksplisit mengakui Israel. Jurubicara Gedung Putih Larry Speakes menandaskan AS tidak akan berunding dengan PLO sampai "penerimaan Arafat atas resolusi DK PBB 242 dan 338 dinyatakan secara jelas dan nyata." Menurut penilaiannya sebuah tanda-tangan Arafat saja tidaklah memenuhi syarat. Katakanlah, tidak resmi. McCloskey, anggota Republik dari California, sementara itu mengakui bahwa ia pribadi menafsirkan pernyataan Arafat sebagai pengakuan PLO atas Israel, cuma tidak spesifik. Ditambahkannya Arafat memang baru bisa menerima resolusi itu bila satu paket dengan resolusi PBB yang lain yaitu yang membenarkan hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri, dan hak untuk membentuk sebuah negara Palestina merdeka. Tapi bagaimana sebenarnya isi resolusi DK PBB 242 itu? Intinya begini: Israel harus melepaskan wilayah-wilayah yang telah direbutnya yaitu Tepi Barat, Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan jika negara-negara Arab mengakui hak-hak Israel atas batas-batas teritorial yang aman. Resolusi ini dicetuskan untuk mengakhiri Perang Enam Hari tahun 1967 di saat Israel menikmati kemenangannya yang gilang-gemilang. Adapun resolusi DK PBB 338 pada dasarnya berisikan himbauan agar Perang Oktober 1973 segera diakhiri. Dan bunyinya lebih sederhana, sekedar mendesak pihak-pihak yang terlibat peperangan untuk "segera melaksanakan resolusi DK PBB 242 dalam segala seginya." Dalam kedua resolusi itu, nasib Palestina sama sekali tidak diperhitungkan. Bisa dimak]umi bila semua tokoh PLO sejak mula keberatan menerimanya. Memang, pada Agustus 1977 Arafat pernah mengisyaratkan bahwa ia akan mendukung resolusi 242 jika AS mengakui Palestina sebagai bangsa dan mengakui hak mereka atas sebuah tanahair. Jadi tidak semata-mata sebagai pengungsi, seperti yang disinggung dalam resolusi. Tapi diplomasi Arafat yang lebih pragmatis ini dulu segera sirna tanpa dukungan unsur militan dalam PLO. Bahkan Persetujuan Camp David yang menawarkan satu formula untuk otonomi Palestina tetap tidak mereka acuhkan. Usul perdamaian Pangeran Fahd dari Arab Saudi yang dicanangkan Agustus tahun silam sama intinya: Arab akan mengakui Israel dengan imbalan sebuah tanahair untuk Palestina. Usul ini pun kandas di kalangan Arab sendiri. Sekarang, dengan prakarsa McCloskey keadaan tidak berubah. AS masih menolak berunding langsung dengan PLO. Sebaliknya, PLO menolak resolusi 242 kecuali dilengkapi dengan klausul yang menyangkut penentuan nasib sendiri bagi Palestina. Di pihak lain, Israel kini tetap menolak berunding dengan PLO dalam kondisi apa pun dan bagaimanapun juga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus