Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Falsafah melayu untuk co thach

Kunjungan menlu nguyen co thach ke muangthai, birma dan malaysia untuk membicarakan masalah kampuchea. vietnam dikabarkan bersedia menarik mundur sebagian pasukannya dari kampuchea. (ln)

7 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETIBANYA di bandar udara Don Muang, Bangkok, Menlu Nguyen Co Thach sudah ditunggu oleh serombongan anti-Vietnam. "Thach, kami tak suka Anda," teriak para demonstran. Mereka menamakan diri The People Rightist Club (PRC), yang menuduh Vietnam suka mencampuri urusan dalam negeri Muangthai dengan melintasi perbatasan dalam menguber Khmer Merah. Aksi anti-Vietnam yang digerakkan PRC itu ternyata tidak mempengaruhi sikap Pemerintah Muangthai terhadap Thach. Pembicaraan Thach dengan Menlu Muangthai Siddi Savetsila pekan lalu mengenai soal Kampuchea dikabarkan berlangsung hangat. Hasilnya? "Lebih dari yang diharapkan," ujar Savetsila, tanpa memperinci isi pembicaraan mereka. Muangthai adalah negeri terakhir -- selain Burma, Singapura, dan Malaysia -- yang dikunjungi Thach dalam muhibah selama dua pekan, dimulai 16 Juni, khusus membicarakan situasi Kampuchea. Vietnam dikabarkan bersedia menarik mundur sebagian besar pasukannya dari Kampuchea bila Muangthai mau menghentikan bantuan kepada Khmer Merah -- gerilyawan Kampuchea yang dipimpin Khieu Samphan. Tapi "penarikan mundur total pasukan masih akan tergantung dari ada atau tidaknya ancaman RRC terhadap Indo cina -- Vietnam, Kampuchea, dan Laos," ujar Thach seperti dituturkan kembali oleh Menlu Malaysia Tan Sri Chazali Syafei ketika ia berada di Jakarta minggu lalu. Waktu menjamu Thach di Kuala Lumpur, Ghazali sempat berpetitih pada tarnunya. "Ada tiga hal yang patut diketahui tentang falsafah bangsa kami. Pertama, ilmu bambu. Kedua, ilmu padi. Ketiga, ilmu durian," kata Ghazali. Ilmu bambu, menurut Ghazali, mengibaratkan bahwa ASEAN tidak ingin tumbuh sendiri, tapi hidup sebagai rumpun. Sedang ilmu padi menunjukkan sikap arif -- makin berisi kian tunduk. Yang menarik adalah ungkapannya mengenai ilmu durian. "Buah durian itu akan matang pada saatnya. Pohonnya tak perlu diguncang-guncang karena buah durian tak akan jatuh sebelum masak," kata Ghazali. Maksud Ghazali dengan petitih Melayu itu ialah masalah Kampuchea tak perlu diselesaikan secara tergesa-gesa, tapi perlu ditunggu usaha yang dilakukan ASEAN dan koalisi Pangeran Norodom Sihanouk, Khieu Samphan, dan Son Sann. Usaha itu juga untuk mencari penyelesaian politik di Kampuchea. Sampai sekarang, ASEAN masih belum mengakui rezim Heng Samrin yang bercokol di Phnom Penh sudah hampir tiga tahun dengan bantuan Vietnam. "Tapi bila tentara Vietnam telah keluar dari Kampuchea, maka pemerintahan siapa dan bagaimanapun bentuknya tidak akan menjadi persoalan lagi bagi ASEAN. Asalkan itu dibentuk oleh rakyat Kampuchea sendiri dan melalui pemilihan umum," ujar Ghazali. Hal yang menggembirakan, kata Ghazali, ialah sikap Vietnam terhadap penyelesaian masalah Kampuchea sudah lebih terbuka dibanding tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, Vietnam pada prinsipnya menyetujui usul untuk mengajukan kembali soal Kampuchea ke konperensi internasional. Juga Thach dapat memahami keprihatinan negara non-Komunis di Asia Tenggara terhadap kehadiran 150.000 serdadu Vietnam di Kampuchea -- bahkan sudah berjanji akan menarik mereka kembali. Tapi imbalan yang diminta Thach juga tak kecil. Ia menginginkan ASEAN membujuk RRC untuk menandatangani perjanjian nonagresi dengan Vietnam. RRC, menurut Thach, masih membangkitkan kebencian negara tetangganya terhadap pemerintahan pro-Soviet di Indocina -- Vietnam, Kampuchea, dan Laos. Itulah sebabnya Thach secara terus terang menyatakan Hanoi mungkin membuka pintu bagi Soviet untuk mendirikan pangkalan militer di wilayah Vietnam. Ancaman RRC, menurut Thach, tidak hanya tertuju pada Vietnam semata tapi juga pada Burma dan ASEAN Muangthai, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filipina. Bukti yang dikemukakan Thach bahwa hampir selama 30 tahun terakhir negara-negara di Asia Tenggara telah dirugikan RRC dengan bantuannya pada gerilyawan Komunis setempat. Tak heran bila ASEAN juga menginginkan Vietnam yang kuat. Maka berkata pula Ghazali: "Bila Vietnam kuat, maka negeri itu akan menjadi bumper bagi ASEAN dalam menghadapi ancaman Cina."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus