Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ketika Zainab Tak Datang Mengaji

Kematian nahas Zainab Ansari memicu protes besar di Pakistan. Puncak gunung es ribuan kasus kekerasan seksual terhadap anak.

21 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketika Zainab Tak Datang Mengaji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aku seorang gadis/Aku berumur 7 tahun/Namaku Zainab/Nama ayahku adalah Amin/Aku sekolah di kelas I/Aku suka mangga. Larik-larik tulisan yang aslinya dalam bahasa Urdu itu tulisan tangan terakhir Zainab Amin, bocah perempuan tujuh tahun, di salah satu lembar bukunya. Tertanggal 4 Januari 2018, deretan aksara Urdu itu tersusun rapi: dari kanan ke kiri. Nama Zainab tertera di bawah sebuah stiker Hello Kitty.

"Tulisan itu pekerjaan rumah terakhir Zainab," kata Raza Mehdi, jurnalis dari situs berita Pakistan, Ary News, Kamis dua pekan lalu. Itu adalah tanggal Zainab, anak yang tinggal di Jalan Haji Ali, Kasur, Provinsi Punjab, Pakistan, tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi sampai akhirnya ditemukan lima hari kemudian dalam keadaan tak bernyawa.

Setelah bersekolah hari itu, Zainab menaruh tasnya, yang berwarna ungu-jingga, bergambar Barbie, dan berisi lima buku, di meja rumahnya. Sore harinya ia berangkat mengaji Al-Quran ke rumah bibinya, Rukhsana. Fatima, bibi Zainab yang lain, membekali bocah itu dengan sebotol susu, sama dengan bekal untuk Osman, sepupu Zainab. "Ini adalah bagian dari rutinitas harian mereka," ujar Fatima, bibi Zainab dan Osman, seperti diberitakan situs Dawn.

Zainab-atau dikenal sebagai Zainab Ansari-tidak pernah tiba di rumah Rukhsana. Saat Osman tiba di sana, ia mengaku tak melihat sepupu perempuannya itu. Rukhsana juga mengatakan bahwa Zainab tidak muncul di rumahnya malam itu. "Saat keluarganya menelepon saya 40 menit kemudian untuk menanyakan Zainab, saya kira dia pergi ke salah satu rumah kerabat kami di sekitar sini," kata Rukhsana.

Kedua orang tua Zainab, Muhammad Amin Ansari dan Nusrat, tengah beribadah umrah di Mekah, Arab Saudi, tatkala putrinya raib. Sementara itu, di Jalan Haji Ali, kedua paman dan bibi Zainab menyadari keponakan mereka hilang saat berkumpul untuk makan malam. "Kami meninggalkan makanan dan mulai mencarinya," ujar bibi Zainab yang lain, Abida Shaheen.

Hingga pukul 21.30, pencarian Zainab tak membuahkan hasil. Paman Zainab, Mohammad Adnan, akhirnya menelepon polisi untuk melaporkan orang hilang. "Sebab, ada kejadian serupa beberapa hari lalu, penculikan dan pembunuhan seorang gadis di Jalan Perowala," kata Adnan, merujuk pada daerah sejauh 4 kilometer dari rumahnya.

Polisi menyisir daerah permukiman Road Kot dan sekitarnya. Keluarga Zainab bahkan membuat pengumuman melalui pelantang suara masjid untuk meminta informasi dari penduduk setempat. Namun hasilnya nihil. Hingga akhirnya lima hari kemudian keluarga itu seperti disambar geledek ketika mendapatkan kabar bahwa putri kesayangan mereka telah tewas.

Jasad Zainab teronggok di tempat pembuangan sampah di dekat Jalan Shahbaz Khan. "Mayat gadis itu ditemukan di lokasi yang hanya berjarak 100 meter dari rumahnya di Kasur," kata Muhammad Kausar Zulfiqar, polisi dari Kepolisian Kasur, kepada CNN.

Saat ditemukan, Zainab masih mengenakan pakaian yang sama ketika dia pergi hendak mengaji: kemeja putih, baju terusan oranye, dan celana legging. Hasil autopsi menunjukkan bocah nahas itu meninggal karena dicekik. "Ada luka bekas siksaan pada wajahnya, lidahnya hancur di antara giginya, tulang lehernya retak," ujar Quratulain Atique, dokter yang memeriksa jasad Zainab.

Menurut Quratulain, Zainab telah meninggal selama dua atau tiga hari tatkala mayatnya ditemukan. Selain banyak memar pada tubuhnya, Quratulain mengatakan, Zainab beberapa kali mengalami kekerasan seksual sebelum tewas kehabisan napas.

Kematian Zainab mengguncang Pakistan. Kabar duka dari Kasur menyebar cepat ke penjuru negeri. Sekitar seribu orang berunjuk rasa di Kasur, Lahore, dan Karachi. Sebagian pemrotes mengamuk di kantor polisi. Bentrokan dengan polisi bahkan menewaskan dua pengunjuk rasa, Shoaib dan Mohammad Ali. Aksi solidaritas untuk Zainab juga ramai di media sosial.

Ayah Zainab, Amin Ansari, yang bekerja sebagai karyawan sebuah toko roti di dekat rumahnya, memahami kemarahan para pemrotes terhadap polisi. "Jika polisi bertugas dengan benar, mereka akan menemukan anak saya segera setelah mereka memegang rekaman CCTV," kata Amin, yang bersama istrinya tiba di Pakistan pada Rabu dua pekan lalu.

"Saya tidak menangis karena dia meninggal. Hati saya hancur mendapati dia dianiaya dan dilukai," ucap Laiba, 16 tahun, kakak Zainab.

Nusrat pun tak banyak berkata-kata. "Saya ingin keadilan! Saya ingin keadilan!" ujarnya sembari menangis di tengah kerumunan wartawan saat tiba di Bandar Udara Internasional Benazir Bhutto di Islamabad.

Zainab bukan korban pertama dan satu-satunya. Ia merupakan puncak gunung es dari ribuan kasus pelecehan seksual anak di Pakistan. Sistem peradilan pidana di negara itu dianggap rusak karena gagal mencegah banyak kejahatan terhadap anak. Menurut statistik terakhir, sebanyak 4.139 anak-2.410 perempuan dan 1.729 lelaki-berusia 5-18 tahun telah diculik, diperkosa, atau disodomi di Pakistan pada 2016.

Menurut laporan "Cruel Numbers 2016", yang disusun oleh Sahil, organisasi non-pemerintah Pakistan yang menangani pelecehan seksual anak, angka tersebut meningkat 10 persen dari tahun sebelumnya. Menurut Sahil, rata-rata 11 anak diserang oleh para pedofil di Pakistan setiap hari.

Di Kasur, Zainab korban ke-12 kasus penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan anak dalam dua tahun terakhir. Hanya satu anak yang bisa selamat dari aksi bejat pelaku. Menurut polisi setempat, lima di antara para korban terkait dengan satu tersangka yang sampai kini masih buron. Polisi juga telah mengambil sampel DNA dari 90 orang calon tersangka.

Distrik Kasur pernah menjadi pusat skandal pelecehan seksual anak ketika geng 25 pria dituduh memeras sejumlah anak untuk membuat video seks selama 2009-2014. Kasus itu terungkap pada 2015 dan beberapa tersangka diringkus. "Selama dua tahun terakhir kami dicengkeram takut. Takut membiarkan anak-anak ke luar," kata Amin.

Rekaman kamera pengawas dari toko roti yang diberikan keluarga Zainab kepada polisi menunjukkan bahwa Zainab dipanggil dan diajak pergi oleh seorang pria pada malam nahas itu. Pria tersebut bercambang, mengenakan jaket dan penutup kepala. Dari rekaman itu, polisi sempat menyebarkan sketsa wajah pelaku. Namun perburuannya dinilai lambat.

Kepolisian Pakistan baru mengumumkan penangkapan tersangka pada Rabu pekan lalu, dua minggu setelah Zainab dilaporkan hilang. Kepada kantor berita Reuters, dua polisi menyatakan bahwa ada seorang pria yang dijadikan tersangka utama. "Dari bukti yang kami dapatkan, kami percaya dia pelakunya," ujar seorang polisi tanpa menyebut identitas tersangka.

Keluarga Zainab belum menanggapi temuan polisi. Namun, beberapa hari sebelumnya, paman Zainab, Ghulam Rasool, mengatakan polisi sebaiknya tidak sekadar mencari kambing hitam. "Kami ingin keadilan," katanya. "Kami tidak ingin orang yang tak bersalah dijadikan sebagai pelakunya dan dibunuh (dihukum) hanya untuk mencuci kasus ini."

Mahardika Satria Hadi (ary News, Dawn, Cnn)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus