Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kiat hidup orang rusia

Di rusia, tak terdengar kasus kelaparan. bantuan dari barat mereka gunakan untuk berdagang. sebab bantuan makanan dan obat-obatan belum tentu bermanfaat. kini, veteran perang afghanistan ngemis.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI Presiden Boris Yeltsin habis mengadakan pesta pernikahan, Rusia belakangan ini kebanjiran kado. Bingkisanbingkisan warna-warni yang datang dari berbagai negara itu antara lain ditumpuk di gudang Palang Merah di kawasan Vladimir, 30 km tenggara Moskow. Itulah sejumlah bantuan kemanusiaan untuk warga bekas Uni Soviet. Di gudang yang kumuh dan tampak kelabu itu bingkisan bahan pangan dan obat-obatan itu memang terlihat mencolok. "Kemasan seindah itu tak pernah saya jumpai seumur hidup," kata seorang petugas Palang Merah. "Jadi hati saya tergoda untuk mencaploknya," sambung wanita itu malumalu. Wanita itu baru saja dipecat dari jabatannya. Ia kedapatan menimbun barang bantuan dari Barat, yang dipercayakan padanya, di rumahnya. Kepada TEMPO ia mengaku barang-barang itu kemudian dijualnya di pasar bebas dan uangnya masuk kantong pribadi. Inilah peristiwa yang tampaknya jarang diberitakan ke luar Rusia. Sejak bantuan buat Rusia berdatangan -- untuk mencegah penyelewengan dan korupsi -- pemerintah membentuk tim khusus yang tugasnya mengontrol penyimpanan dan pembagian "kado-kado" dari Barat (dan Jepang) itu. Tim itu dinamai Tentara Penyelamatan. Dan ternyata memang banyak yang terjaring oleh tentara tak bersenjata ini. Petugas Palang Merah yang sudah diceritakan itu tak sendiri. Lebih dari 100 rekannya juga mengalami nasib dipecat karena menimbun barang. Tapi tak diketahui secara pasti berapa jumlah penyeleweng sebenarnya. Yang bisa dihitung, berapa jumlah "kado" yang raib. Menurut keterangan yang diperoleh, hampir separuh dari bantuan pangan dan obat-obatan Barat senilai US$ 2,5 milyar itu diperkirakan tak sampai ke tangan para pensiunan, orang-orang jompo, dan sejumlah panti asuhan yang berhak menerimanya. Maka, sebelum nama Rusia telanjur rusak dan negara pemberi bantuan marah, pemerintah Moskow mengalihkan penyaluran bantuan dari perorangan langsung ke badanbadan sosial dan koperasi, di bawah pengawasan ketat Tentara Penyelamatan. Jumlah bantuan yang raib begitu besar itu memang masuk akal karena barang-barang itu tak cuma dijual di Rusia atau sekitar kota-kota besar tapi juga sampai ke republik Baltik. Di Vilnius, ibu kota Estonia, misalnya, April lalu terbongkar kasus barter gelap barang bantuan yang dilakukan oleh oknum pejabat Rusia. Tapi jalur baru pembagian "kado" tak sepenuhnya bisa menangkal kebocoran. Sampai awal bulan lalu jumlah bantuan yang diterima diperhitungkan tak bakal cukup dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, yakni sekitar 30% dari hampir 150 juta warga Rusia. Kenyataan lain yang juga jadi pemikiran pemerintah Moskow, banyak penerima bantuan yang ternyata melego kembali "kado"nya. "Saya terpaksa menjual ini karena butuh duit," tutur seorang wanita pensiunan sambil menyodorkan dua kotak susu bantuan dari Inggris. "Lumayan buat tambahan uang pensiun yang hanya cukup untuk dua pekan," sambungnya. Sementara itu, dua rekannya di sampingnya menjual dua bungkus rokok Marlboro, sebotol Vodka, dan sebongkah keju dengan harga 40% lebih tinggi daripada harga pasar. Mereka berada di antara sejumlah penjaja yang berbaris di tepi Jalan Tvorskaya di pusat Kota Moskow yang menawarkan sepatu, tas, dan jaket. Tampaknya orang lebih suka bantuan berupa uang daripada bahan makanan yang belum tentu mereka perlukan. Maka perpaduan dua masalah itu -- jumlah bantuan yang tak cukup karena banyak yang raib dan penerima bantuan yang menjual "kado-kado"nya -- membuat pemerintah melakukan kebijaksanaan baru mulai bulan lalu. Sebagian bantuan dari Barat itu dijual lewat toko-toko tertentu di setiap distrik. "Sekitar 40% bantuan itu kami jual dengan harga separuh lebih murah daripada harga pasar," tutur seorang pejabat Pemda Moskow. Dengan begitu terkumpullah dana yang bisa dibagikan sebagai dana sosial bagi para pelajar sekolah, pensiunan, dan mereka yang terdaftar sebagai layak dibantu, antara lain keluarga yang mempunyai lebih dari tiga anak. Jadi memang diadakan perubahan wujud bantuan: dari barang menjadi uang. Para pensiunan menerima bantuan sekitar 400 rubel dan bantuan bagi keluarga yang mempunyai lebih dari tiga anak sekitar 300 rubel. Ternyata oleh banyak keluarga uang bantuan itu masih diputar juga. Misalnya, banyak remaja dari keluarga yang punya lebih dari tiga anak berjualan koran dan majalah serta makanan di stasiun bawah tanah Moskow. Modalnya, ya dari itu tadi, bantuan 300 rubel per bulan. Inilah rupanya kiat orang Rusia untuk tetap hidup di negeri yang standar hidup minimalnya sekitar 900 rubel per bulan itu. Mereka yang tak mampu menggandakan bantuan yang diterimanya untuk memperoleh uang cukup guna hidup sebulan mencari jalan lain meski itu tak terhormat. Di stasiun dan tempat keramaian lain belakangan banyak dijumpai veteran perang Afghanistan yang mengemis. Beberapa tampak berkalung kartun bertuliskan: "Saya, korban penindasan Stalin." Setiap harinya para pengemis di Moskow rata-rata mengantongi 30 sampai 50 rubel. Dan mungkin karena pendapatan para pengemis itu "cukup", banyak anak-anak ikut-ikutan mengemis. Ini bisa dilihat di kawasan Lapangan Merah tiap harinya. Apa pun cara pemerintah Moskow menyalurkan bantuan dari negara lain, yang dicemaskan oleh orang Rusia sendiri dan juga dunia internasional, tak terwujud. Di puncak musim dingin, Januari dan Februari lalu, tak terdengar kasus kelaparan. Masalahnya, tentu saja, bagaimana Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet itu umumnya lalu bisa berdiri sendiri tanpa bantuan. DP (Jakarta) & Denis Petrogradski (Moskow)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus