Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Permusuhan di bawah serban

Mujahidin punya potensi konflik intern. kondisi itu akibat banyaknya suku, tradisi, dan sikap politik para pemimpin faksi. sekilas profil pemimpin kelompok moderat dan radikal.

2 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERJALANAN mujahidin adalah perjalanan dari bawah. Ketika Kabul dikuasai rezim komunis, 1978, para ulama dan umat muslim segera menentukan sikap: di Afghanistan hanya ada dua pilihan, Marxist atau Islam. Itulah awal terbentuknya gerilyawan mujahidin, yang arti harfiahnya adalah pejuang-pejuang suci. Pada awalnya mereka hanya bertumpu pada semangat dan keyakinan. Itu sebabnya rezim komunis di Kabul, ibu kota Afghanistan, cuma mencibir. Dengan 80.000 tentara yang dipersenjatai lengkap, dari senapan otomatis sampai MiG-21 buatan Soviet, pemerintah Kabul tak memandang sebelah mata terhadap mujahidin yang cuma bersenjata pistol, granat tangan, senapan, dan paling-paling meriam kecil. Pemerintah Kabul tak ambil pusing meski di 15 dari 28 provinsi di Afghanistan waktu itu muncul gerilyawan muslim. Dan mujahidin sejak awal terbagi dalam dua kelompok besar: Suni yang mayoritas, dan Syiah yang minoritas. Kelompok minoritaslah yang pertamatama yakin bahwa mereka bisa menang. Yakni setelah Ayatullah Khomeini memenangkan revolusi Islamnya di Iran dan mengubah kerajaan itu menjadi Republik Islam Iran. Ketika itu sebuah kota di barat, Herat, diserbu dan dikuasai mujahidin Syiah untuk sementara. Peristiwa Herat tampaknya mengubah sikap Kabul. Lalu diadakanlah penjagaan ketat di kota-kota dan serangan gencar terhadap sarang-sarang mujahidin di pegunungan. Para pejuang muslim pun mengalami kerepotan. Akhirnya mereka terdesak ke perbatasan. Bersama mereka adalah warga muslim yang menolak pemerintahan komunis. Itulah awal munculnya kampkamp pengungsi Afghanistan di perbatasan Pakistan. Baru sejak pertengahan 1980-an rezim Kabul benar-benar dipusingkan oleh mujahidin karena bantuan ekonomi dan senjata kemudian datang dari Barat (terutama Amerika) dan negara-negara Arab, selain Pakistan yang sudah sejak awal menaruh simpati pada umat Islam di negara tetangga yang dikuasai pemerintah komunis itu. Lalu populerlah meriam panggul yang disebut stinger bikinan Amerika. Senjata jenis ini cocok untuk medan berpegunungan guna merontokkan pesawat-pesawat pemerintah Kabul yang dibantu Soviet. Toh tak bisa dikatakan bahwa pasukan mujahidin mengalami kemajuan berarti. Para pengamat bilang, itu karena rezim Kabul didukung sepenuhnya oleh pasukan Soviet. Maka, ketika pasukan Soviet ditarik pulang karena ada sikap baru di Moskow, yakni politik glasnost dan perestroikanya Gorbachev, orang pun berspekulasi, Kabul pasti segera digempur. Dugaan ini meleset. Presiden Najibullah dengan dukungan Partai Watan (nasional)nya cukup menguasai keadaan, dan terutama tentara. Bahkan setelah setahun Afghanistan tanpa tentara Soviet pun -- pasukan Soviet terakhir ditarik pada awal 1989 -- pihak mujahidin belum secara nyata menguasai satu kota pun. Yang terjadi masih saja serangan serbu dan lari. Bisa jadi Najibulah memamg mendapat dukungan tentara dan warga Afghanistan yang tak ikut perang atau mengungsi. Sedikitnya ada tiga masalah yang membentuk kondisi tak akur di antara mujahidin itu. Banyaknya suku maupun sekte yang punya bahasa dan tradisi masing-masing, sistem pemerintahan yang menegaskan kesukuan itu, dan sikap politik para pemimpin faksi sendiri. Di samping tiga pokok masalah itu masih ada masalah minornya: ketegangan antara kaum petani dan suku nomad. Ketegangan ini bersumber pada masalah zamin (tanah), zar (emas, uang), dan zan (perempuan), tulis Robert Canfield, profesor antropologi di Washington University di St. Louis, yang menuliskan hasil risetnya tentang Afghanistan di majalah Middle East Journal. Potensi konflik itu juga terkandung dalam adanya dua jenis pemimpin muslim. Yang pertama disebut ulama, orang yang pandai dalam hukum Islam dan pintar berkhotbah maupun mengajar. Dan pir, atau wali, yang dihormati karena mempunyai karisma tersendiri, bisa memberikan penyembuhan dengan kekuatan supranatural. Para wali ini termasuk warga terpilih yang dipercayai sebagai "keturunan" Nabi Muhammad. Berkuasanya kaum komunis mengakibatkan perubahan mendadak yang mengguncangkan tata kehidupan masyarakat Islam yang sudah dianggap mapan itu. Sumbernya satu: meski mereka sama-sama menetang rezim komunis, ada gradasi sikap dari yang kompromistis sampai yang menggariskan bahwa darah pemeluk komunisme halal dari kakek sampai orok-oroknya. Maka pengelompokan berdasarkan suku atau pemimpin menjadi gartis yang mudah meletus jadi pertikaian. Itulah sumber pertentangan antarfaksi mujahidin itu, yang masih juga meledak di saat rezim komunis tumbang. Dua kelompok besar yang populer bertempur di Kabul mulai Ahad kemarin: kelompok Ahmad Syah Massoud yang moderat dan Gulbuddin Hekmatyar yang garis keras. Kelompok Moderat * Di awalnya, sebenarnya Jamiat-i-Islami (Masyarakat Islam) yang dipimpin oleh Burhanuddin Rabbani, kini 51 tahun, ini tergolong berpendirian keras. Tapi dalam perkembangannya kemudian, teolog dan ahli fikih yang semula mengajar di Universitas Kabul ini, terbuka untuk kompromi. Perubahan jalan pikirannya mewarnai kelompoknya pula, terutama mengubah pula pendirian panglima besarnya, orang yang kini namanya paling populer di Kabul: Ahmad Syah Massoud. Massoud yang dijuluki Singa Lembah Panshir -- nama lembah di kawasan pegunungan di kawasan utara Afghanistan -- kini 39 tahun, adalah lulusan Politeknik Universitas Kabul. Ia mulai populer, dua tahun lalu, sebagai seorang pengatur strategi. Ia panglima yang sabar dan selalu menyiapkan segalanya dengan hati-hati. "Jika kalian ingin menang perang, diperlukan persiapan yang lama," itulah ucapan Massoud yang konon selalu diingat oleh anak buahnya. Dan ia sendiri membuktikan kata-katanya. Keras diduga pasukan Massoud yang kini berada di Kabul dan berhadapan dengan pasukan Hekmatyar adalah prajurit-prajurit yang ia siapkan dua tahun lalu. Ketika itu, awal 1990, Massoud memberikan latihan khusus pada sekitar 2.500 anak buahnya. Kini ia paling cepat masuk Kabul karena hampir semua yang mendengar namanya bersimpati padanya. Itu karena ia selalu bersikap menarik rakyat setempat begitu ia menguasai sebuah daerah. Yang pertama dibentuknya adalah kesatuan polisi penjaga keamanan. Sikap para pemimpin Jamiat-i-Islami ini pula yang menyebabkan meski mereka bersuku Tajik tapi seperempat suku mayoritas Pushtun (sekitar dua juta orang) berlindung di bawah Massoud. Adalah Syekh Jalal, salah seorang ulama Jamiat-i-Islami, yang sudah lama menganjurkan peralihan kekuasaan secara damai. * Dalam kubu moderat ini kelompok penting yang lain adalah Jabhat-Nijat-i-Melli (Front Pembebasan Nasional) yang juga menyebut diri sebagai Jabhat-Qawmiyah-i-Islami (Front Nasional Islam). Kelompok ini dipimpin oleh Sibghatullah Mojadedi, 66 tahun kini, dari segi militer paling lemah. Tapi Mojadedi, pemimpin gerilya yang menguasai lima bahasa, bak sebuah samudra: ia bisa menerima gagasan-gagasan dari faksi mana pun. Itu sebabnya ia dicalonkan jadi pemimpin dalam pemerintahan peralihan nanti. * Lalu ada Harakat-i-Inqilab-i-Islami atau Gerakan Revolusioner Islam pimpinan Mohammad Nabi Mohammadi, bekas guru agama yang bisa diterima oleh hampir semua ulama Afghanistan. Mohammadi punya peranan unik dalam sejarah mujahidin. Dialah orang yang selalu mencari jalan tengah jika ada yang berselisih. Ini yang menyebabkan ia disepakati untuk menjadi pemimpin pemerintahan Afghanistan dalam pengasingan beberapa tahun lalu di Peshawar, Pakistan -- meski pemerintahan yang cuma di kertas. * Yang juga perlu disebutkan adalah kelompok Mahaz-i-Islami (Front Islam Nasional) pimpinan Sayyid Ahmad Gaylani. Di antara kubu moderat dialah yang paling propemerintahan ala Barat meski tak keberatan kembalinya pemerintahan feodal Raja Zahir Syah yang digulingkan di awal 1970-an. Gaylani, mengaku keturunan Nabi Muhammad, pengikut mazab Qadiriyah, yang kini berusia 59 tahun itu dikenal suka berpakaian indah dan rapi. Kelompok Radikal * Partai Islam atau Hezb-i-Islami terbagi dalam dua garis. Hezb pimpinan Maulvi Yunus Khalis, 73 tahun, dan sempalannya yang dipimpin oleh Gulbuddin Hekmatyar, 44 tahun. Yunus Khalis adalah seorang pemimpin politik yang juga pemimpin gerilya. Dia juga dikenal sebagai seorang mullah yang tegas. Menurut pendangan politiknya, yang diperlukan di Kabul adalah landasan hukum pemerintah yang sudah ditulis dalam Quran. Namun, Yunus Khalis masih dianggap lemah oleh Hekmatyar, muridnya, lulusan Politeknik Universitas Kabul, teman kuliah musuh besarnya kini, Ahmad Massoud. Hekmatyar sangat ketat pandangannya. Baginya, wanita harus tetap seperti apa yang sudah digariskan hukum Islam, terselubung purdah, tinggal di rumah, dan dilarang mencampuri urusan lelaki. Si Mata Elang ini sangat terkenal dengan prajuritnya yang diperkirakan lebih dari 10.000 dan konon punya keberanian luar biasa. Ia sangat anti-Barat, tapi paling banyak mendapat bantuan senjata dari Amerika. * Dalam kelompok radikal ini ada kelompok yang tak begitu populer, yang pemimpinnya pengikut fanatik paham Wahabi. Itulah Ittihaj-i-Islami (Persatuan Islam Pembebasan Afghanistan), pimpinan Abdul Rasul Sayyaf, 51 tahun. Bekas guru agama lulusan Al-Azhar ini, lebih dari Hekmatyar, paling keras menentang rencana PBB membentuk pemerintahan peralihan Afghanistan. * Di samping mujahidin Suni itu tadi ada sembilan faksi Syiah, yang oleh pemerintah Iran disarankan bergabung jadi satu. Itulah Hezbi-Wahadat-i-Islami, yang tak menonjolkan tokoh tertentu, karena konon begitu bergantung pada Iran. Markas besarnya pun ada di teheran. Sri Indrayati (Jakarta) & Dja'far Bushiri (Kairo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus