SELAIN di udara, kehidupan di Libya dua pekan setelah dikenai sanksi oleh Dewan Keamanan PBB ternyata normal-normal saja. Orang-orang Libya yang datang di Kairo meyakinkan orang Mesir bahwa Libya tetap sebuah negeri yang sama dengan yang kemarin. Yang tak ada hanyalah derum pesawat udara sipil, yang sejak PBB mengenakan blokade udara, di bandara Libya memang tak ada lagi penerbangan internasional dari dan ke Libya. "Selama bahan makanan tersedia, buat apa rakyat ribut-ribut?" kata Aly Syafiq Khandudy, pria Libya berusia 34 tahun yang sedang berlibur di Kairo bersama keluarganya. Ada atau tidak dampak sanksi pada Libya, Muammar Qadhafi, sang pemimpin, tetap saja mencoba agar sanksi diangkat dari negerinya. Dan itu hanya dapat terlaksana bila Libya menyerahkan dua tertuduh pengebom pesawat Pan Am yang meledak di kota Lockerbie, Skotlandia, 21 Desember 1988. Kabar terbaru, Qadhafi akan membiarkan kedua warganya itu diadili di mana saja, termasuk di Amerika atau Inggris, asal saja hakhak mereka dilindungi. Begitu kedua orang itu diserahkan, Qadhafi menuntut agar embargo dicabut. Ia juga mengatakan bahwa setelah kedua orang itu diserahkan, tak ada lagi warga Libya yang boleh dituntut Amerika atau Inggris dalam kasus Lockerbie. Konon Presiden Bush sudah menyatakan bahwa penyerahan kedua orang tertuduh itu masih belum cukup. Karena sasaran akhirnya adalah menggulingkan sang pemimpin alias Qadhafi. Pernyataan inilah yang membuat Presiden Mesir Husni Mubarak, yang mencoba menjadi penengah dalam kasus ini, begitu kesal terhadap Amerika yang seolah menutup jalan kompromi. Dalam suasana seperti itulah, pekan lalu muncul dugaan baru tentang siapa sebenarnya yang menaruh bom dalam pesawat Pan Am yang meledak itu. Roy Rowan, redaktur senior Time, selama lima bulan melakukan investigasi dan kemudian menuliskan kasus Lockerbie itu dengan menampilkan hal-hal baru. Dan yang baru itu membuat tuduhan Amerika terhadap Abdel Basset Ali Al Megrihi dan Lamen Khapifa Fhimah sebagai pelaku pengeboman menjadi lemah. Tak ada bukti bahwa kedua orang Libya itulah yang memasukkan tas berisi bom ke pesawat Pan Am 103 yang meledak itu. Rowan, redaktur Time itu, tak menemukan bukti-bukti tuduhan Amerika bahwa kedua orang Libya itu terbang ke Frankfurt dari Malta membawa tas berisi bom, kemudian mereka memindahkan tas itu ke pesawat Pan Am yang menuju New York. Konon, pihak Amerika memiliki bukti perjalanan tas berbom itu dari catatan komputer milik FAG, lembaga yang mengurusi sistem transfer bagasi di bandara Jerman (Barat). Yang ditemukan Rowan adalah catatan FBI yang melaporkan bahwa komputer FAG sebenarnya tak mencatat asalusul tas itu. Komputer hanya mencatat sebuah tas yang tak diketahui asal-usulnya dikirim ke suatu penerbangan, dan diduga penerbangan itu adalah Pan Am 103. Tampaknya para penyelidik Amerika sampai pada kesimpulan bahwa bom itu berasal dari Malta karena pada pecahan-pecahan bom yang ditemukan itu didapatkan serobek kemeja putih dari merek terkenal, dan itu dijual di sebuah butik di Malta. Si penjual di butik mengenali kemeja eksklusif itu dibeli Al Megrahi, salah seorang yang dituduh AS. Yang diabaikan pada kesimpulan ini adalah catatan bahwa si penjual di butik tersebut sebenarnya ragu, apakah yang membeli kemeja itu benar Al Megrahi atau seorang lain yang bernama Mohamad Abu Talb, seorang Palestina yang kini ditahan di Swedia karena dituduh terlibat berbagai aksi teror. Rowan lebih cenderung menghubungkan peledakan Pan Am 103 dengan kegiatan anak buah Ahmad Jibril, pimpinan Front Populer untuk Pembebasan Palestina. Dua bulan sebelum peristiwa Lockerbie, polisi Jerman Barat menahan 16 orang Palestina yang diduga semuanya adalah anak buah Ahmad Jibril. Kelompok pejuang Palestina radikal yang dilindungi oleh Suriah ini tampaknya dikontrak Iran untuk membalaskan ditembaknya pesawat sipil Iran oleh kapal perang Amerika, Juli 1988, lima bulan sebelum peristiwa Lockerbie itu. Pihak intelijen Amerika menemukan bukti pembayaran sejumlah uang dari Iran pada nomor rekening Front Populer untuk Pembebasan Palestina di sebuah ban di Wina, Austria. Bukti rekening koran itu penting karena kemudian diketahui bahwa bom yang meledakkan Pan Am 103 dengan bom yang ditemukan di markas komplotan 16 orang yang ditangkap oleh polisi Jerman tadi persis sama. Namun, penyelidikan ke arah kelompok Jibril oleh intelijen Amerika dan Inggris tampaknya terhenti. Soalya, menurut investigasi wartawan New York Times Magazine, pihak polisi rahasia Jerman "menghalangi" ikut campurnya Inggris dan Amerika dalam pengusutan 16 orang kelompok Jibril itu. Bahkan, kemudian polisi Jerman melepaskan mereka semua karena tak ditemukan bukti-bukti guna menahan mereka lebih lama. Dan dengan tegas polisi Jerman menyatakan, tak ditemukan hubungan antara keenam belas orang itu dengan peledakan Pan Am 103. CIA, FBI, dan Scotlandyard sempat marah, tapi tak dapat berbuat apaapa: keenam belas anak buah Jibril yang dilepaskan polisi Jerman itu dengan cepat menghilang. Dari investigasi Roy Rowan, tampaknya polisi Jerman tidak salah. Kemudian diketahui, meski ini tetap dirahasikan FBI sampai seseorang membocorkannya kepada Rowan, tak cukup bahan guna menemukan persamaan antara bom yang meledakkan Pan Am 103 dan bom yang ditemukan di markas anak buah Jibril di Jerman. Investigasi redaktur Time itu mengemukakan hal yang sejauh ini tidak disinggung-singgung dalam peristiwa Lockerbie. Yakni, adanya beberapa penumpang penting di antara 259 penumpang dan kru Pan Am 103. Mereka adalah sebuah tim intelijen Amerika yang dipimpin Mayor Charles Dennis MacKee, yang ikut naik pesawat itu. Nama ini bukan sembarang mayor. MacKee tewas dalam usia 40-an tahun. Serdadu yang lulus dalam berbagai pendidikan komando itu pernah tergabung dalam satu komando Amerika terkenal, Green Berets. Si Chuck Capone, nama samaran MacKee dalam tim itu, hanya dikenal sebagai atase militer AS di Beirut, yang bekerja untuk Dinas Intelijen Pertahanan. Tugas utamanya, bekerja sama dengan CIA menyusun rencana pembebasan para sandera Barat di Timur Tengah dengan cara apa pun, termasuk serangan militer. Dari reruntuhan Pan Am 103 kabarnya memang ditemukan kopor berisi uang kontan sekitar US$ 500.000 dan denah kamp latihan para gerilyawan Libanon tempat beberapa sandera disekap. Barang-barang yang tercatat sebagai milik MacKee itu keburu diselamatkan oleh sebuah tim dari CIA yang datang dengan helikopter sesaat setelah ledakan di Lockerbie terjadi. Polisi Inggris dan Skotlandia, yang ditugasi menyelidiki kecelakaan itu, waktu itu memang mencari-cari kopor MacKee. Baru sekitar tujuh hari kemudian mereka menemukan kopor tersebut, tapi kosong. Tampaknya, setelah mengambil isinya, CIA mengembalikan kopor itu ke reruntuhan pesawat Pan Am 103 itu. Adanya tim intelijen ini bocor ke telinga Suriah dan Iran. Belum jelas dalam investigasi Roy Rowan, adakah karena penumpang istimewa ini akhirnya Suriah dan Iran mengontrak Jibril untuk meledakkan Pan Am 103 itu. Bila dikaitkan dengan pembebasan sandera Barat di Timur Tengah beberapa lama lalu, dan disebut-sebut adanya jasa dari Iran, tampaknya pemerintah Teheran mempunyai rencana jangka panjang untuk mengambil hati AS lewat pembebasan sandera. Maka, tim Chuck Capone harus dihentikan, karena dapat menggagalkan rencana Iran itu. Lagi pula, seperti sudah disebutkan, Iran sudah mengontrak Jibril untuk membalaskan ditembaknya pesawat sipil Iran oleh kapal perang AS. Adapun adanya tim Chuck Capone sampai bocor karena seorang agen AS, yang bertugas memasok senjata ke Iran, memberi tahu kedutaan Iran di Beirut soal misi Mayor MacKee. Bila Iran kemudian melibatkan Suriah, bisa jadi karena Jibril memerlukan bantuan Manzer Al Kassar, yang istrinya mempunyai hubungan darah dengan Presiden Suriah, Hafez Assad. Al Kassar, adalah seorang pedagang obat bius yang mempunyai hubungan erat dengan DEA, badan pemberantasan obat bius AS. Dari Al Kassar ini, antara lain, info tentang Timur Tengah masuk Gedung Putih. Diduga keras oleh Rowan bahwa Jibril, yang konon pada 1988 mencium kegiatan Al Kassar, kemudian mendekati pedagang itu dan minta bantuannya. Laporan intelijen mengatakan kedua orang itu terlihat makan bersama di sebuah rumah makan di Paris. Dan Al Kassar, yang memiliki banyak paspor dan banyak indentitas, konon menyanggupi membantu Jibril meledakkan pesawat Amerika. Selain bantuan Al Kassar, diduga dialah yang memasukkan tas berbom ke dalam Pan Am 103. Dan menurut info intelijen, Jibril juga mendapat dukungan dari Libya. Adapun redaktur Time sampai pada nama MacKee karena ibu dari mayor yang tewas itu, Nyonya Beulah MacKee, selama ini tak puas dengan semua penjelasan media massa dan pemerintah Amerika tentang peristiwa Lockerbie. Ia kemudian yakin bahwa Pan Am 103 diledakkan karena anaknya duduk di dalamnya. Sebuah surat dari "John Carpenter", mengaku sebagai agen rahasia Amerika di Beirut, menyatakan ikut berdukacita atas tewasnya MacKee. Si penulis surat menyatakan bahwa ia tidak yakin peledakan pesawat itu ada kaitannya dengan MacKee. Justru karena pernyataan ini, Nyonya Beulah MacKee menjadi yakin bahwa sasaran utama dalam pesawat itu adalah anaknya. Dan kemudian Roy Rowan, wartawan senior yang pernah meliput Perang Korea, jatuhnya Vietnam Selatan, sampai menyusun laporan tentang para bos mafia, menguji keyakinan si ibu itu. Bisa jadi investigasi Rowan benar adanya. Bukankah beberapa waktu lalu Muammar Qadhafi mengaku mempunyai dokumen yang menunjukkan pelaku pengeboman itu? Ia tak menyebut nama, tapi katanya yang jelas bukan orang Libya. Mungkin karena ini ia berani menawarkan menyerahkan dua warganya yang dituduh itu, asal diadili secara jujur. Namun, siapa pelaku sebenarnya, memang belum jelas benar. Andainya bukan orang Libya, lalu apa kata PBB dan AS? A. Dahana (Jakarta) dan Dja'far Bushiri (Kairo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini