Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ari Fuji, kapten pilot perempuan pertama Jepang, masih ingat saat itu dia masih di sekolah menengah ketika bercita-cita menjadi pilot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi di Jepang, negara di mana patriarki masih mengakar kuat dan pilot perempuan jarang terdengar, cita-cita Fuji tak lebih seperti mimpi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dinding penghalangnya tinggi," katanya, dikutip dari CNN, 7 Mei 2019.
"Pasukan Bela Diri Jepang tidak merekrut perempuan karena saat itu tidak ada pilot perempuan. Aku menyadari, tiba-tiba, bahwa jalan untuk menjadi pilot sangat sempit."
Yang membuat keadaan semakin sulit, tubuh Fuji juga terlalu kecil untuk memenuhi syarat masuk Sekolah Penerbangan Sipil Jepang.
Namun dia tidak menyerah. Sebaliknya, dia mencari peluang di luar negeri,
dan akhirnya menuju ke Amerika Serikat untuk mendapatkan lisensi pilotnya.
"Aku tidak merasa jalanku tertutup," papar Fuji. "Aku hanya punya perasaan santai seperti, 'Aku bisa pergi ke luar negeri jika Jepang bukan tempat yang tepat'."
Ari Fuji menyadari bahwa dia ingin menjadi pilot ketika dia masih muda.[Foto Ari Fuji/CNN]
Setelah mendapatkan lisensi pilot di Amerika Serikat, ia kembali ke Jepang untuk mencoba menjadi pilot maskapai penerbangan komersial, tetapi dia mendapat reaksi negatif.
"Ada banyak pria yang mengatakan kepada saya bahwa tidak mungkin menjadi pilot di Jepang, terutama pilot maskapai komersial. Aku tidak pernah bertanya mengapa, tetapi aku pikir mereka mengatakan itu 'mustahil' hanya karena tidak ada pilot perempuan pada saat itu."
Fuji akhirnya memasuki program pelatihan di JAL Express, anak perusahaan Japan Airlines. Kesempatan itu membuka jalan baginya untuk membuat sejarah.
Pada 2010, ia menjadi kapten maskapai penerbangan komersial perempuan pertama di Jepang.
Terlepas dari pencapaian itu, mengenakan seragam kapten dengan empat garis di epulet bahu membuat Fuji berada di bawah banyak tekanan.
"Setiap kali sebelum pelatihan, Aku akan mengatakan di cermin: 'Aku kapten'," kenang Fuji.
"Di luar, aku merasa aku tidak akan pernah bisa menunjukkan kelemahan. Hal terakhir yang ingin aku dengar dari orang-orang jika aku gagal adalah bahwa masih terlalu sulit untuk perempuan di sana."
"Orang-orang, terutama pilot yang lebih tua, tidak terbiasa dengan kapten perempuan dan tidak punya bayangan tentang bagaimana berinteraksi dengan saya," kata Fuji.
"Ketika saya menikah, setahun setelah menjadi co-pilot, pilot lain berkata kepada saya, 'Anda menjadi pilot, pekerjaan impian Anda, dan menikah. Mengapa Anda tidak berhenti sekarang?" kenang Fuji yang terkejut.
Fuji merasa rekan pilot prianya berpikir bahwa sebagai seorang perempuan, dirinya hanya menjalani profesi pilot sebagai hobi.
Selain menjadi kapten, Ari Fuji (kiri) juga instruktur pilot. [CNN]
Di luar perannya sebagai kapten, Fuji juga seorang instruktur penerbang, mendidik generasi pilot berikutnya, baik perempuan maupun pria.
"Saya ingin mereka mengatur gaya hidup mereka sendiri, mengetahui bahwa gender bukanlah masalah. Ketika saya menjadi kapten, beberapa laporan dirilis mengatakan bahwa saya telah mencapai sesuatu yang baik. Dan yang mengejutkan saya adalah menjadi kapten perempuan bisa menjadi tajuk berita. Untuk saya pribadi, saya kira saya berperan dalam mempromosikan fakta bahwa perempuan juga bisa menjadi pilot," katanya.
Fuji juga mengaku Sekolah Penerbangan Sipil Jepang juga menurunkan persyaratan tinggi badannya setelah dia menjadi kapten pilot dan kadang kala Fuji menjadikan ini sebagai guyonan dengan mengatakan kepada orang-orang, "Saya telah mengubah aturan penerbangan di Jepang," tukasnya.