Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah dari balik tembok kremlin

Pemimpin uni soviet tak lagi takut membeberkan kebijaksanaan politiknya. presiden andrei gromyko menerbitkan biografinya setebal 800 halaman. mengungkap banyak soal, diantaranya kehidupan keluarganya.

5 Maret 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG-orang penting di Kremlin rupanya lagi demam menulis buku. Setelah era Glasnost (keterbukaan) tahun silam diperkenalkan tokoh Nomor 1 Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, dengan menerbitkan buku Perestroika, menyusul Presiden Andrei Gromyko membeberkan perjalanan hidupnya dari kecil sampai menjadi orang "tak tersingkirkan" dari zaman Stalin hingga Gorbachev. Biografi Gromyko, yang terbit dalam dua jilid itu, mengungkap banyak soal. Ada pengalaman masa kecilnya yang pahit sebagai anak buruh miskin. Ada cerita tentang perundingan-perundingan penting yang ditanganinya. Ada pula pengalaman pribadi yang tak pernah terbetik ke luar selama ini. Tak heran, Gromyko, kini 78 tahun, adalah orang yang paling banyak melakukan lawatan ke luar negeri. Ia, yang menduduki kursi menteri luar negeri Uni Soviet selama 2 tahun, merupakan satu-satunya pejabat Kremlin yang pernah berdebat dengan sembilan presiden dan 14 menteri luar negeri Amerika Serikat. Dalam biografi setebal 880 halaman itu Gromyko untuk pertama kalinya mengungkapkan kehidupan keluarganya. Ia, misalnya, mengatakan bahwa usia perkawinannya dengan Lidya telah 55 tahun lebih, dan ia sudah punya seorang cicit (anak dari cucunya) bernama Oleg. Selain itu, negarawan gaek ini juga mengungkapkan kekagumannya pada Mendiang Presiden John Kennedy dan perkenalannya dengan bom seks Hollywood, Marilyn Monroe. Tapi yang paling banyak mengundang perhatian orang adalah penuturannya tentang keinginan "besar" Mao Zedong. Menurut Gromyko, orang kuat Cina ini perna berupaya bekerja sama dengan Soviet untuh menggempur tentara Amerika dengan senjata nuklir pada 1950-an. "Mao tampakny yakin negaranya bakal tetap hidup, walaupun harus kehilangan 300 juta jiwa rakyatnya dalam perang nuklir," tulis Gromyko. Gromyko, yang memasuki dunia diplomatik pada usia 30 tahun, melesat dengan cepat ke puncak karier. Pada 1943, ia diangkat sebagai duta besar Soviet di Washington, lalu pindah ke London pada 1952. Lima tahun kemudian ia menduduki kursi menteri luar negeri, dan tak turun-turun sampai ia diberi kursi presiden Soviet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus