Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Komunisme Ragu-ragu

Erokomunisme, ideologi kaum komunis Eropa Barat, adalah komunisme liberal yang bukan stalinis maupun sosial demokrat. Kaum komunis di Italia, Prancis dan Spanyol masih berideologi Marxisme-leninisme.(ln)

3 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK kurang dari 1500 orang delegasi Partai Komunis Spanyol berkumpul di Madrid pada pembukaan kongres partai tanggal 19 April yang lalu. Ini adalah kongres pertama diselenggarakan dalam 46 tahun terakhir, setelah mereka bergerak secara sembunyi-sembunyi selama pemerintahan Franco almarhum. Dan yang menarik dari kongres ini adalah tindakan untuk menghilangkan "bau" totalitarianisme ataupun sebutan "budak Moskow" atau "boneka Peking" yang selalu melekat di tubuh setiap partai komunis. Justru isyu inilah yang jadi topik utama kongres, yang secara jelas dikatakan oleh Santiago Carillo -- ketua partai -- dalam pidato pembukaannya. Menolak sebutan dikendalikan Moskow, Carillo mengatakan: "Kita akan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka salah duga. Bahwa pilihan lain yang merupakan partai kelas pekerja yang Marxis revolusioner dan demokratis, artinya bukan Stalinis dan bukan Sosial Demokrat, benar-benar pilihan. Dan bukan cuma angan-angan. "Dan gejala ini yang di negeri-negeri Eropa Barat lain baru mulai timbul, di Spanyol sudah lama ada dan hampir jadi kenyataan," sambung Carillo pula. Hal yang dihadapi Carillo, ditambah dengan kegagalan koalisi sayap kiri meraih kemenangan dalam pemilihan umum di Perancis belum lama berselang ternyata merupakan pencerminan dari suatu problim cukup berat yang dihadapi partai-partai komunis Eropa Barat. Kaum komunis Eropa Barat -- terutama yang ada di Perancis, Spanyol dan Italia -- yang ideologinya populer dengan sebutan Erokomunisme, menghadapi kesukaran seragam, bagaimana meyakinkan orang bahwa cap Marxisme yang nemplok pada mereka jauh berbeda dengan Marxisme Uni Soviet. Memang telah bergerobak-gerobak pamflet dan buku-buku kecil disebarkan ke segenap lapisan masyarakat. Itu untuk menunjukkan gambaran bahwa Erokomunisme adalah komunisme liberal atau jauh lebih jinak ketimbang ideologi semacam yang ada di Rusia dan Eropa Timur. Apalagi kalau dibandingkan dengan Cina. Bagaimana pun usaha peyakinan itu dijalankan, tak urung mereka menghadapi tembok tebal. Hal inilah yang membuat kaum komunis Eropa Barat selalu macet dalam usaha mereka menggapai kekuasaan. Bahkan, boleh jadi keinginan untuk berkuasa itu tetap cuma jadi angan-angan belaka. Partai Komunis Perancis misalnya. Usaha mereka sejak akhir Perang Dunia II untuk berkuasa hanya menghasilkan jumlah pemilih berada di bawah 20% saja dalam pemilihan lalu. Partai Komunis Spanyol sampai tahun lalu masih ilegal. Sekarang, walaupun jumlah keanggotaannya berkembang dengan cepat, masih termasuk kecil. Anggota-anggota barunya kebanyakan anak-anak muda belasan tahun atau orang-orang yang sudah tua. Mereka hanya memperoleh 10% dari jumlah pemilih. Ini berarti cuma sepertiga saja dari suara yang dicapai kaum sosialis. Mengejutkanÿ20 Partai Komunis Italia kalau dilihat sepintas memang menunjukkan kenaikan yang mengejutkan. Tahun 1946 mereka merebut 19% suara dan dua tahun silam mereka mengumpulkan jumlah yang mendekati 34%. Partai Komunis Itali nampaknya merupakan satu-satunya partai di Eropa Barat yang berhasil menarik golongan non-komunis. Dalam pemilihan umum terakhir di negeri itu, Jenderal Nino Pasti, bekas salah satu asisten Komando Tertinggi Urusan Nuklir NATO mencalonkan diri sebagai orang independen dalam daftar calon partai komunis. Ia menang. Namun, walaupun Partai Komunis Itali dengan 1,8 juta anggotanya merupakan partai komunis terbesar di Eropa Barat, ukuran ini masih lebih kecil daripada keadaan setelah Perang Dunia II. Di samping itu, karena berkoalisi dengan Partai Kristen Demokrat, banyak sekali anggota golongan mudanya meninggalkan barisan. Partai Komunis Itali memang dekat dengan kekuasaan, tapi mereka belum berkuasa. Nampaknya keadaan ini akan tetap demikian selama elemen-elemen tertentu dalam Partai Kristen Demokrat lebih suka partai mereka terpecah daripada membiarkan orang-orang merah masuk. Tingkat Transformasi Karenanya dapat dikatakan bahwa tak satu pun dari ketiga partai itu punya kekuatan cukup untuk berkuasa dengan mengandalkan pada kekuatan sendiri. Yang lebih penting lagi adalah kenyataan bahwa tak satu pun dari ketiga partai itu punya kekuatan cukup untuk berkuasa dengan mengandalkan pada kekuatan sendiri. Yang lebih penting lagi adalah kenyataan bahwa tak satu pun dari ketiga partai komunis itu telah melalui suatu tingkat transformasi untuk membentuk aliansi kekal dengan elemen-elemen kiri lain yang bukan komunis. Karena itulah kaum sosialis Eropa Barat umumnya mengatakan bahwa partai-partai komunis itu tak akan bisa berkuasa. Mereka cuma mampu mencegah golongan kiri lain -- antara lain kaum sosialis -- naik ke jenjang kekuasaan. Pemilihan Umum tahun 1972 di Perancis memperjelas omongan kaum sosialis itu. Tak lama setelah koalisi kiri antara komunis dengan sosialis terbentuk, Georges Marchais yang sekjen Partai Komunis Perancis segera saja mengadakan rapat rahasia dengan komite sentralnya. Di sana ia mengatakan bahwa koalisi berarti "perjuangan". Bukan perjuangan untuk mengganyang kaum konservatif Perancis, tapi menghancurkan kaum sosialis. Tak mengherankan kalau koalisi ini ambruk dan banyak anggota komunis berang sekali dengan taktik yang dijalankan para pemimpinnya. Kaum komunis Spanyol lain lagi. Seorang wartawan Madrid mengatakan: "Santiago Carillo (pemimpin komunis Spanyol) sangat hebat kalau ia minum sampanye dalam resepsi-resepsi dengan raja Juan Carlos. Tapi ia tak mengerjakan apa pun hal-hal yang belum dilakukan oleh pemimpin-pemimpin komunis terdahulu." Malahan di kalangan istana, Partai Komunis Spanyol menjadi bahan ejekan. Namanya jadi Partai Komunis Kerajaan panyol. Dan betul saja, beberapa pekan silam, Santiago Carillo memutuskan hubungan partainya dengan Kremlin. Jadi transformasi macam apa yang diperlukan oleh kaum komunis Eropa Barat kalau mereka mau berkoalisi dengan golongan kiri non-komunis dan memperoleh kekuasaan? Jelas bahwa ketiga partai itu telah merobah gagasan-gagasan tentang bagaimana memperoleh kekuasaan. Dan hal-hal lain yang menyusul setelah kekuasaan ada di tangan. Mereka tak mau memaksakan cara yang dipakai di Eropa Timur -- sesuatu yang mereka sebut sebagai "keadaan yang tak seimbang antara organisasi ekonomi dengan demokrasi." Sebagian karena pengaruh martir mereka Antonio Gramci, pada umumnya mereka setuju bahwa perubahan-perubahan revolusioner yang ingin dilakukan mereka hanya bisa dilakukan apabila mayoritas mutlak rakyat memang menginginkannya. Semboyan mereka kira-kira berbunyi: "Reformasi sebanyak-banyaknya akan mengakibatkan revolusi." Mereka percaya bahwa perubahan pelan-pelan sikap rakyat banyak yang dikombinasikan dengan pemilihan parlementer, akan membawa mereka ke kemenangan. Kebebasan "burjuis" semacam kebebasan berbicara, pemerintah berdasar hukum dan lain sebagainya tidak lagi dianggap sebagai tipu-tipu kelas. Revolusi dengan kekerasan tak perlu lagi, malahan berbahaya. Revolusi hanya akan menghasilkan hal-hal yang berada di luar jangkauan sosialisme. Aldo Moro Sebagai golongan revolusioner, kaum Erokomunis nampaknya ketinggalan jaman. Dalam kongres kaum pekerja di Napels bulan Silam, tepuk tangan yang paling gemuruh dan panjang terdengar ketika seorang pembicara mengutuk penculikan Aldo Moro oleh kaum teroris kiri. Kantor pusat Partai Komunis Itali mengeluarkan slogan yang bisa membuat Nixon berjingkrak kegirangan: "Hukum dan ketertiban." Namun di samping "liberalisasi" itu masih tertinggal sistem organisasi dan ideologi Marxistis yang totaliter. Mereka masih jadi tawanan apa yang dianut mereka. Marxisme-Leninisme. Dan ini denoan mudah membimbin asosiasi orang ke totaliterisme, dan membawa mimpi buruk tentang Stalin. Jadi soalnya juga sekarang bagi Erokomunisme adalah bagaimana merombak sebagian dari sistem -- maksudnya totaliterisme -- tanpa merobohkan semuanya yakni komunisme yang jadi asas perjuangan. Persoalan ini belum bisa dipecahkan oleh ketiga partai komunis di atas. Hanya Santiago Carillolah yang barubaru ini secara terbuka dan panjang lebar berani mengatakan bahwa Uni Soviet bukanlah merupakan masyarakat sosialis dalam arti murni. Dan baru Partai Komunis Spanyollah yang secara resmi meninggalkan jubah Marxisme-Leninisme dan menggantinya dengan "Marxis demokratis revolusioner." Hanya dengan membuang esensi ideologi dan organisasi Marxis serta memutuskan semua hubungan dengan Moskowlah satu-satunya jalan bagi kaum Erokomunis bisa membentuk aliansi tetap dengan golongan kiri non-komunis. Tapi di samping itu, kalau mereka berani melakukan hal ini, pantaskah mereka mendapat sebutan komunis? Tak heran dalam hal ini mereka masih ragu-ragu. Dan selama itu pula, mereka akan tetap jauh dari pusat kekuasaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus