Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jewish Voice for Peace (JVP), kelompok Yahudi anti-Zionis terkemuka di AS, merilis pernyataan pada hari Kamis yang mengatakan bahwa tindakan Israel di Gaza merupakan holocaust. "Banyak di antara kita yang memiliki orang tua, kakek-nenek, dan buyut yang selamat atau tewas dalam pawai kematian Nazi dan kita semua tumbuh dalam bayang-bayang holocaust Nazi," kata JVP dalam sebuah pernyataan .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Negara Israel saat ini sedang melancarkan holocaust, pembantaian massal yang disengaja terhadap rakyat Palestina, dengan senjata yang disediakan oleh Amerika Serikat," tulis kelompok tersebut pada Kamis pekan lalu. JVP menyandingkan gambar-gambar Holocaust dengan foto-foto Gaza saat ini di media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa warga Palestina juga menyebut aksi militer Israel di Gaza sebagai holocaust. Namun, ini adalah pernyataan resmi pertama dari kelompok Yahudi yang menyebut perang Israel di Gaza sebagai holocaust.
Antara tahun 1940 dan 1945, sekitar 1,1 juta orang (sekitar 1 juta di antaranya adalah orang Yahudi) dibunuh oleh Nazi Jerman di kamp pemusnahan Auschwitz. Total sekitar enam juta orang Yahudi dibunuh selama Holocaust.
Sejak Israel melancarkan perang di Gaza Oktober lalu, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 43.000 warga Palestina, setengahnya adalah wanita dan anak-anak, dan menghancurkan sekolah, masjid, rumah sakit, dan tempat penampungan PBB.
Selain menargetkan bangunan sipil, pasukan Israel telah menargetkan jurnalis, pekerja medis, serta pekerja bantuan PBB dan internasional.
Sementara jumlah korban tewas resmi dari kementerian kesehatan hanya lebih dari 43.000 warga Palestina, beberapa perkiraan menyebutkan jumlah korban tewas lebih dari 186.000 warga Palestina.
Selain JVP, tuduhan serupa diungkapkan oleh kelompok hak asasi manusia Israel B'Tselem. Mereka menuduh Israel melakukan pembersihan etnis di Gaza utara.
B'Tselem adalah salah satu kelompok hak asasi manusia paling terkemuka di Israel. Kelompok ini secara khusus merilis laporan delapan halaman pada Januari 2021 yang menyebut Israel sebagai negara apartheid.
Dalam pernyataan yang diterbitkan pada hari Selasa, kelompok itu mengatakan Israel bermaksud secara paksa menggusur penduduk Gaza utara. Tindakan Israel ini disebut sebagai kejahatan paling serius berdasarkan hukum perang.
B'Tselem mengatakan bahwa ratusan ribu orang menderita kelaparan, penyakit tanpa akses ke perawatan medis, serta pemboman dan tembakan yang tiada henti. Israel telah memisahkan mereka dari dunia.
Pernyataan JVP muncul saat pasukan Israel melancarkan pengepungan selama berminggu-minggu di beberapa bagian Gaza utara. Wartawan Palestina mengatakan pasukan Israel telah melakukan pembersihan etnis terhadap separuh wilayah Jabalia di Kota Gaza.
Para saksi mata mengatakan bahwa pasukan Israel mendatangi sekolah ke sekolah di Jabalia dan daerah sekitarnya untuk secara paksa memindahkan warga sipil Palestina yang tidak bersenjata, kelaparan, dan terkepung dari rumah mereka.
Bangunan-bangunan tersebut, termasuk sekolah dan rumah PBB, kemudian dihancurkan atau dibakar oleh tentara Israel untuk mencegah orang-orang kembali. "Foto-foto dan video yang keluar dari Gaza Utara adalah gema mengerikan dari gambaran yang sangat familiar tentang ghetto-ghetto Eropa dan kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II," kata JVP dalam pernyataannya.
"Hari ini, kami berdiri bersama para leluhur kami, dalam solidaritas dengan saudara-saudara kami di Palestina, menuntut embargo senjata segera dan diakhirinya genosida. Kami tidak akan bertindak acuh tak acuh terhadap penderitaan Palestina."
JVP menyerukan kepada para penyintas Holocaust dan keturunan mereka untuk menandatangani pernyataannya, untuk bangkit dan menghentikan genosida.
MIDDLE EAST EYE
Pilihan editor: Top 3 Dunia ; Wasiat Yahya Sinwar dan Israel Membantai Warga Jabalia Gaza