Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Konflik Armenia-Azerbaijan Memanas, Akan Ada Rusia Vs Ukraina Jilid 2?

Armenia mengatakan 49 tentaranya tewas dalam bentrokan dengan Azerbaijan, sementara AS dan Rusia minta kedua negara menahan diri.

13 September 2022 | 16.10 WIB

Kendaraan militer penjaga perdamaian Rusia melewati sebuah mobil yang rusak dekat Lachin di wilayah Nagorno-Karabakh, 13 November 2020. Ratusan personel penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke daerah kantong yang dipersengketakan Nagorno-Karabakh untuk mengakhiri konflik di kawasan itu.. REUTERS/Stringer
Perbesar
Kendaraan militer penjaga perdamaian Rusia melewati sebuah mobil yang rusak dekat Lachin di wilayah Nagorno-Karabakh, 13 November 2020. Ratusan personel penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke daerah kantong yang dipersengketakan Nagorno-Karabakh untuk mengakhiri konflik di kawasan itu.. REUTERS/Stringer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Armenia mengatakan setidaknya 49 tentaranya telah tewas dalam bentrokan di sepanjang perbatasan dengan Azerbaijan setelah peningkatan tajam dalam permusuhan yang mendorong Rusia dan Amerika Serikat menyerukan kedua negara menahan diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Eskalasi permusuhan puluhan tahun antara negara-negara Kaukasus selatan ini telah memicu kekhawatiran bahwa perang penuh kedua bisa pecah di dunia pasca-Soviet, selain invasi Rusia ke Ukraina.
 
Armenia mengatakan beberapa kota di dekat perbatasan dengan Azerbaijan, termasuk Jermuk, Goris dan Kapan, diserang pada Selasa dini hari, 13 September 2022. Armenia menuding Azerbaijan melakukan "provokasi skala besar".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebaliknya, Azerbaijan mengklam Armenia yang lebih dulu menyerang.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menuduh Azerbaijan menyerang sejumlah kota karena tidak ingin bernegosiasi mengenai status Nagorno-Karabakh, sebuah kantong yang berada di Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia.
 
"Intensitas permusuhan telah menurun tetapi serangan terhadap satu atau dua front dari Azerbaijan terus berlanjut," kata Pashinyan dalam pidatonya di depan parlemen, menurut media Rusia.

Azerbaijan, yang menuduh Armenia melakukan kegiatan intelijen di sepanjang perbatasan dan memindahkan senjata, mengatakan posisi militernya diserang oleh Armenia. Media Azeri melaporkan bahwa perjanjian gencatan senjata telah dilanggar segera setelah diberlakukan pada Selasa pagi.

Tidak ada solusi militer

Baik Rusia maupun Amerika Serikat meminta Baku dan Yerevan untuk menahan diri.
 
"Seperti yang telah lama kami jelaskan, tidak akan ada solusi militer untuk konflik tersebut," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan. "Kami mendesak diakhirinya permusuhan militer segera."

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa konflik antara Armenia dan Azerbaijan "harus diselesaikan secara eksklusif melalui cara politik dan diplomatik".

Rusia, yang mengoperasikan pangkalan militer di Armenia, mengirim ribuan penjaga perdamaian ke wilayah tersebut pada 2020 sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri enam minggu permusuhan di mana Azerbaijan membuat keuntungan teritorial yang signifikan di dan sekitar Nagorno-Karabakh.

Moskow adalah perantara kekuatan utama di kawasan itu dan sekutu Yerevan melalui Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Moskow dan bersidang pada Selasa untuk membahas situasi tersebut. Turki mendukung Azerbaijan.

Para menteri pertahanan Armenia dan Rusia berbicara pada Selasa pagi dan sepakat untuk mengambil langkah-langkah menstabilkan situasi di perbatasan. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berbicara dengan timpalannya dari Azeri Jeyhun Bayramov dan menyerukan Armenia untuk "menghentikan provokasinya".

Charles Michel, presiden Dewan Eropa, juga mendesak Pashinyan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Michel bertemu dengan Pashinyan dan Presiden Azerbaijaini Ilham Aliyev bulan lalu di Brussel untuk pembicaraan tentang normalisasi hubungan antara kedua negara, masalah kemanusiaan dan prospek perjanjian damai atas Nagorno-Karabakh.

Reuters

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus