Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Korea Utara Dilaporkan Ingin Mulai Kembali Perundingan Nuklir Jika Trump Menang

Korea Utara dilaporkan ingin membuka kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden

1 Agustus 2024 | 16.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump berbicara di taman hotel Metropole selama acara pertemuan Korea Utara-AS kedua di Hanoi, Vietnam 28 Februari 2019. [REUTERS / Leah Millis]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara ingin membuka kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden dan berupaya menyusun strategi negosiasi baru. Hal ini diungkapkan diplomat senior Korea Utara Ri Il Gyu yang baru-baru ini membelot ke Korea Selatan kepada Reuters pada Kamis 1 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kaburnya Ri Il Gyu dari Kuba menjadi berita utama secara global bulan lalu. Ia merupakan diplomat Korea Utara dengan peringkat tertinggi yang membelot ke Korea Selatan sejak 2016.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam wawancara pertamanya dengan media internasional, Ri mengatakan Korea Utara telah menetapkan Rusia, Amerika Serikat, dan Jepang sebagai prioritas kebijakan luar negeri utama mereka untuk tahun ini dan seterusnya.

Sambil memperkuat hubungan dengan Rusia, Pyongyang ingin membuka kembali perundingan nuklir jika Trump – yang terlibat dalam diplomasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Korea Utara selama masa jabatan sebelumnya – memenangkan pemilu kembali pada November, kata Ri.

Para diplomat Pyongyang sedang memetakan strategi untuk skenario tersebut, dengan tujuan mencabut sanksi terhadap program senjatanya, menghapuskan penunjukan negara tersebut sebagai negara sponsor terorisme dan memperoleh bantuan ekonomi, kata Ri.

Komentarnya menandakan potensi perubahan sikap Korea Utara saat ini setelah pernyataannya baru-baru ini mengabaikan kemungkinan dialog dengan AS dan memperingatkan akan adanya konfrontasi bersenjata.

Pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Trump di Vietnam pada 2019 gagal karena sanksi. Ri turut menyalahkan keputusan Kim yang mempercayakan diplomasi nuklir kepada komandan militer yang "tidak berpengalaman dan tidak mengerti".

“Kim Jong Un tidak tahu banyak tentang hubungan internasional dan diplomasi, atau bagaimana membuat penilaian strategis,” ujarnya.

“Kali ini, kementerian luar negeri pasti akan mendapatkan kekuasaan dan mengambil alih, dan tidak akan mudah bagi Trump untuk mengikat tangan dan kaki Korea Utara lagi selama empat tahun tanpa memberikan apa pun.”

Hubungan dengan Rusia dan Bantuan Jepang

Dengan menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia, Korea Utara menerima bantuan dalam bidang teknologi rudal dan ekonominya. Namun, manfaat yang lebih besar adalah memblokir sanksi tambahan dan melemahkan sanksi yang sudah ada, kata Ri, seraya menambahkan bahwa hal ini akan meningkatkan daya tawar Pyongyang terhadap Washington.

“Rusia melakukan tindakan kotor dengan melakukan transaksi gelap dan, berkat itu, Korea Utara tidak perlu lagi bergantung pada AS untuk mencabut sanksi, yang pada dasarnya berarti mereka menghilangkan salah satu alat tawar-menawar utama AS,” katanya.

Di Tokyo, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dia ingin bertemu Kim, namun masalah warga negara Jepang yang diculik oleh Korea Utara pada 1970an dan 80an telah lama menjadi batu sandungan.

Menurut Ri, Kim akan berusaha mengadakan pertemuan puncak dengan Jepang, yang bertujuan untuk mendapatkan bantuan ekonomi sebagai imbalan atas konsesi mengenai masalah penculikan.

Tokyo yakin 17 warganya telah diculik, lima di antaranya kembali ke Jepang pada 2002. Pyongyang menganggap masalah ini sudah selesai, setelah mengakui penculikan 13 warga negara Jepang dan mengatakan mereka yang belum ditemukan telah meninggal atau keberadaan mereka tidak diketahui.

Ri mengatakan Kim bersedia mengubah posisi yang ditetapkan di bawah kepemimpinan ayahnya, Kim Jong Il, untuk mendapatkan dukungan ekonomi.

“Mereka mengatakan bahwa masalah ini telah terselesaikan, namun hal itu hanya untuk meningkatkan kekuatan negosiasi sampai dia membuat konsesi pada pertemuan puncak,” katanya.

Pembelotan

Setelah belajar di sekolah Prancis di Aljazair dan tinggal di Kuba bersama mendiang ayahnya, yang merupakan seorang reporter media pemerintah, Ri mengatakan bahwa dia telah membayangkan kehidupan di Korea Selatan sejak kecil. Namun, ia tidak pernah melarikan diri sampai dia diintimidasi oleh seorang rekannya karena menolak permintaan suap.

Kemudian momen yang menentukan tiba ketika Pyongyang langsung menolak permintaannya untuk mendapatkan perawatan medis di Meksiko, dengan biaya sendiri, karena patah tulang di lehernya.

“Itu meledakkan semua kebencian yang saya simpan terhadap rezim,” katanya.

Penguncian (lockdown) akibat COVID-19 memperdalam kesulitan di dalam negeri dan bagi mereka yang ditempatkan di luar negeri, dengan sebagian besar saluran telepon ke Pyongyang diputus untuk mencegah penyebaran informasi apa pun ke dunia luar, kata Ri.

Masalah keuangan juga memaksa Korea Utara menutup selusin dari 54 misi diplomatiknya.

“Ketika mereka mulai membuka kembali dan memanggil mereka yang bekerja di luar negeri pada awal 2023, mereka meminta untuk membawa pulang segala sesuatu mulai dari sikat gigi bekas hingga sendok, dengan mengatakan tidak ada apa-apa di sana,” katanya.

Ri juga telah menyaksikan - dan dalam pekerjaannya mencoba menghalangi - dimulainya hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Kuba, sekutu Korea Utara pada era Perang Dingin.

“Saya telah melakukan segalanya untuk mencegah hal itu terjadi, namun menjalin hubungan dengan Kuba adalah hal terbaik yang dilakukan Korea Selatan sejak tahun lalu,” ujarnya. “Ini adalah contoh contoh bagaimana arus sejarah telah berubah, dan ke mana arah peradaban normal masyarakat internasional.”

Pilihan Editor:

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus