Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serika dan Korea Selatan harus membuat solusi baru terkait kebuntuan yang terjadi di Semenanjung Korea. Kim Hyong Ryong Wakil Menteri Pertahanan Korea Utara pada Senin, 21 Oktober 2019, memperingatkan kerapuhan sejumlah kebijakan terhadap Pyongyang akan mengarah pada sejumlah konsekuensi serius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ini sudah lebih dari setahun sejak Korea Utara – Amerika Serikat mengadopsi pernyataan bersama. Tidak ada kemajuan dalam hubungan bilateral kedua negara, ini benar-benar karena Amerika Serikat menyalahi kondisi, membuat kebijakan-kebijakan yang rentan terhadap Korea Utara,” kata Kim, seperti dikutip dari reuters.com.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Korea Utara menembakkan rudal. Sumber: KCNA via Reuters/rt.com
Kim juga menuduh Korea Selatan telah memperlihatkan dua sikap berbeda. Negeri Gingseng itu terus melakukan latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat dan membeli peralatan militer tingkat tinggi.
“Tolong diingat kami berusaha menjaga perdamaian di kawasan. Otoritas Amerika Serikat dan Korea Selatan harus menahan diri dari segala tindakan yang bisa mengganggu stabilitas dan datanglah dengan sebuah jalan keluar yang baru,” kata Kim.
Menurut Kim, Korea Utara telah melakukan upaya terbaik, namun situasi yang terjadi telah memantik ketegangan, lingkaran setan dari ketegangan yang semakin parah karena tindakan pemerintah AS dan Korea Selatan.
Pernyataan Kim itu dilontarkan untuk mengekspresikan kurangnya kemajuan atas sejumlah diplomasi yang dilakukan dengan Washington. Pada Oktober ini Korea Utara telah mengeluarkan sebuah ancaman akan memulai kembali aktivitas uji coba rudal jarak jauh yang selama ini telah dibekukan. Gertakan itu disampaikan di tengah – tengah sanksi ekonomi yang masih berlanjut dan tekanan agar Korea Utara menghentikan program nuklirnya serta rudal balistiknya.
Korea Utara melakukan uji coba rudal dalam beberapa bulan terakhir, termasuk rudal balistik. Uji coba ini dilakukan menyusul gagalnya upaya perundingan lanjutan Korea Utara – Amerika Serikat pada awal Oktober 2019.