Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Terkenal karena toleransi dan kanal-kanal indah, Amsterdam sedang mengalami perubahan sikap radikal yakni mencegah wisatawan mengunjungi kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Toleransi, tampaknya, telah mencapai batasnya di ibu kota Belanda, yang sekarang secara aktif mendesak wisatawan untuk pergi ke tempat lain. Jutaan wisatawan yang datang ke kota menyebabkan penduduk setempat frustrasi dan mengeluh merasa dikepung oleh pengunjung yang menggunakan jalan-jalan kota yang dipenuhi sepeda sebagai tempat bermain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Tekanannya sangat tinggi," kata Ellen van Loon, seorang mitra di firma arsitektur Belanda OMA yang terlibat dalam mengadaptasi kota untuk masa depan.
"Kami tidak ingin berubah menjadi Venesia. Masalah yang kami hadapi saat ini adalah bahwa Amsterdam sangat dicintai turis, kami hanya memiliki begitu banyak yang datang ke kota," kata Ellen, dikutip dari CNN Travel, 24 Mei 2019.
Meskipun Ellen Van Loon mengakui aspek positif pariwisata, yang menghasilkan ekonomi Belanda sekitar 82 miliar euro (Rp 1.323 triliun) per tahun, namun dia juga khawatir bahwa jumlah pengunjung yang meningkat bisa menghancurkan jiwa kota kosmopolitan.
Distrik Lampu Merah di sepanjang kanal, Amsterdam, Belanda.[dutchnews.nl]
Seperti Venesia dan tujuan wisata lain di Eropa, Amsterdam telah menjadi buah bibir untuk overtourism, sebuah fenomena yang terjadi karena meningkatnya perjalanan udara yang lebih murah sehingga membuat pengunjung membanjiri tempat-tempat tertentu. Namun wisatawan sering merusak tempat yang mereka datangi.
Baca juga: Kenapa Orang Belanda Suka Bersepeda?
Ketika beberapa kota wisata lain masih merumuskan cara untuk mengatasinya, Amsterdam menghadapi lonjakan pengunjung selama satu dekade dan diperkirakan akan terus meningkat.
Kunjungan meningkat dari 18 juta pada 2018 menjadi 42 juta pada 2030, atau lebih dari 50 kali populasi saat ini.
Pejabat turis Belanda baru-baru ini mengambil keputusan berani untuk berhenti mengiklankan negara itu sebagai tujuan wisata.
Dalam laporan "Perspektif 2030" mereka, yang diterbitkan awal tahun ini, menyatakan bahwa fokusnya sekarang adalah pada "manajemen tujuan" daripada "promosi tujuan."
Dokumen itu juga menguraikan strategi masa depan Belanda, mengakui bahwa keberlangsungan kota Amsterdam akan sangat dipengaruhi oleh "pengunjung yang berlebihan" jika tindakan tidak diambil.
Solusi yang diusulkan termasuk mencegah kelompok pengunjung dengan membatasi atau sepenuhnya menutup "produk akomodasi dan hiburan" yang ditujukan untuk mereka, serta menyebarkan pengunjung ke bagian lain Belanda.
Beberapa langkah-langkah ini sudah mulai berlaku.
Tahun lalu, papan nama "I amsterdam" yang terkenal telah dipindahkan dari luar Rijksmuseum, galeri seni utama kota, atas permintaan kota Amsterdam, karena menarik terlalu banyak orang ke ruang yang sudah terbatas.
Instalasi setinggi dua meter itu telah dipindahkan ke berbagai wilayah yang kurang dikenal dalam upaya untuk mengalihkan wisatawan dari pusat kota Amsterdam.