ATAP stadion olahraga Beirut berlepasan. Stadion yang selama ini
dijadikan basis latihan dan depot amunisi oleh Organisasi
Pembebasan Palestina (PLO) merana ditembaki Israel. Begitu pula
instalasi militer di tiga kamp pengungsi di kota itu. Beirut
porak-poranda untuk kesekian kalinya. Keadaan yang paling parah
dapat dilihat pada hari ketujuh sejak Israel (6 Juni)
melancarkan serangan beruntun ke Libanon.
Puing-puing hangus berserakan sepanjang jalan. Anak-anak berlari
ketakutan menurutkan langkah orang tua mereka, mencari
persembunyian. Dentuman senapan mesin, ledakan peluru
antipesawat udara dan raungan pesawat tempur Israel
bersahut-sahutan. "Jangan di Beirut, tidak ! " rintih seorang
wanita.
Bergerak dalam tiga lajur, dari pantai Laut Tengah sampai ke
kaki Gunung Hermon, barisan tank Israel menyapu medan sejauh 40
km. Lewat ladang jeruk, satu serangan tank Israel menusuk Kota
Tyre, sementara yang lain memotong ke Sungai Litani dan berhasil
merebut Kastil Beaufort, pos strategis yang selama ini
dimanfaatkan PLO untuk mengamat-amati medan Israel di Lembah
Marjayon.
Serangan besar-besaran itu mencakup 100 tank, 100 kendaraan
angkut personil, berikut 20.000 tentara. Ini masih diperkuat
oleh pasukan payung yang diterjunkan dari 100 helikopter.
Para pengamat PBB menyaksikan dengan takjub bagaimana barisan
tank Israel amat cepat merambah ke daerah netral. Penerobosan
tank dibarengi oleh serangan Lintas Udara dan Laut.
Penyergapan dari laut dilakukan atas Kota Sidon. Pertahanan PLO
di Nabatiye, tenggara Sidon, dihantam tembakan artileri dua jam
berturut-turut. Kemudian PM Menachem Begin berkunjung ke Kastil
Beaufort yang begitu mudah jatuh ke tangan Israel. "Kastil ini
sekarang milik anda," katanya pada Saad Haddad komandan pasukan
sukarela yang memihak Israel.
Operasi militer dengan nama sandi Perdamaian Untuk Galilea itu
merupakan serangan terbesar Israel ke Libanon dalam tempo 4
tahun terakhir. Dan Merrido, Sekretaris Kabinet Israel,
menyatakan-bahwa tujuannya ialah mengusir gerilyawan Palestina
jauh di luar batas pemukiman Israel di utara. Begin mengirimkan
pasukan tank untuk menyingkirkan PLO sampai 40 km di luar
jangkauan artileri Israel.
Sesungguhnya Israel menghendaki semacam buffer zone, daerah
netral, untuk melindungi penduduknya. Gerilyawan Palestina konon
sering menembakkan bom dari kubu persembunyian mereka di
Libanon. Untuk penduduk Israel, kata Begin, "tidak akan ada lagi
Katyusha selama saya menjabat PM." Katyusha adalah roket buatan
Soviet yang dipakai oleh PLO dan tentara Suriah. Semula Suriah
menempatkan 30.000 orang di Libanon dengan alasan mencegah
meluasnya perang antara penganut Islam dan Kristen negeri itu.
Untuk serangan "Galilea" Begin mendapat dukungan suara 94 lawan
3 di Knesset (parlemen). Dan selama serangan gencar tujuh hari
itu, seluruh warga Israel melupakan pertentangan dan
perselisihan sesama mereka. Di balik solidaritas yang khas
Yahudi ini, Menteri Pertahanan Ariel Sharon tersenyum lebar.
Dialah yang mendesak untuk menggempur dan memusnahkan PLO.
Mempersiapkan pertempuran ini, Sharon menghilang, entah di mana.
Ternyata ia di Libanon, berunding dengan golongan Kristen
Falangist. Namun serangan Israel, kata mereka, sebagai balas
dendam atas tertembaknya Sholmo Arvov, dubes Israel di Inggris,
4 Juni silam.
Memang sebelum insiden Argov, seorang diplomat Israel tewas di
Paris, dan dubesnya di Portugal juga pernah terancam usaha
pembunuhan. Tapi para pengamat cenderung berpendapat bahwa
penembakan itu tak lain ulah para ekstremis, yang tidak ada
kaitannya dengan gerilyawan Palestina. Siapa pun mereka, Israel
tidak mau tahu. Tidak peduli.
Sementara itu PLO yang kurang siap baru berhasil membalas
serangan Israel 7 jam sejak dilancarkan. Sumber PLO
memperhitungkan 42 tank dan kendaraan Israel dihancurkan, dua
pesawat dan dua helikopter ditembak jatuh dan 200 tentara Israel
diperhitungkan tewas atau luka-luka.
Israel mengaku lebih dari l00 tentaranya tewas termasuk Mayjen
Yekutial Adam, 55 Deputi Kastaf Israel dan sekitar 600
luka-luka. Kerugian Israel itu diperhitungkan terjadi pada
hari-hari pertama penyerbuan, ketika tentara Suriah juga ikut
terlibat.
Duel udara yang seru terjadi di atas Lembah Bekaa. Lebih dari
150 pesawat jet tempur Israel dan Suriah bertempur, hingga Radio
Damaskus mengisahkannya sebagai "perang udara terbesar dalam
sejarah Timur Tengah." Di darat, pasukan Israel yang bergerak
maju bentrok pula dengan pasukan Suriah yang melindungi
pangkalan peluru kendali mereka di Lembah Bekaa itu.
Menurut kantor berita Suriah Sana, serangan udara Israel pertama
melibatkan 96 pesawat F-15 dan F-16 buatan Amerika, yang
dihadang 62 pesawat tempur Suriah. Pada saat itu, sepuluh
pesawat Israel dan lima Suriah tertembak jatuh. Satu setengah
jam kemudian, rombongan lain pesawat Israel sebanyak 92 buah
kembali ke Lembah Bekaa. Kali ini 11 pesawat Suriah dan 9 Israel
rontok, menurut Sana.
Tapi Sharon menegaskan, tidak ada pesawat Israel yang hilang.
Sebaliknya 22 pesawat MiG 21 dan MiG 23 Suriah dirontokkan,
katanya. Bukan itu saja. Baterai-baterai peluru kendali juga
sekalian dihancurkan, menurut Sharon. Adapun di Lembah Bekaa
sejak April 1982 terpasang 54 peluru kendali yang sanggup
memburu pesawat tempur Israel yang tercepat sekalipun.
Peningkatan perang di Libanon itu mengkhawatirkan banyak pihak.
Presiden AS Ronald Reagan segera mengutus Philip Habib ke Timur
Tengah. Dewan Keamanan PBB sudah memutuskan supaya Israel segera
mengundurkan diri dari Libanon Selatan. AS juga mengatakan yang
sama. Tass di Moskow menyatakan tindakan Israel merupakan perang
ke-5 yang dilancarkan terhadap dunia Arab.
Di Teheran, Presiden Ali Khamenei bahkan menyatakan Iran
bersedia mengirimkan tentaranya untuk melawan apa yang
disebutnya agresi Zionis. Almarhum Raja Khalid dari Arab Saudi
pekan lalu menuduh Israel sudah melancarkan perang terkutuk dan
mendesak umat Islam untuk bersatu dan menghukum Israel. Jepang
mencela serangan Israel, demikian juga Filipina dan Indonesia.
SESUDAH seruan bertubi-tubi dari pelbagai negara, Israel dan
Suriah (11 Juni) mengumumkan gencatan senjata, sedangkan PLO
menyatakan akan mematuhi resolusi PBB yang menghimbau
penghentian permusuhan. Begin menyatakan bahwa Israel sudah
selesai dengan "missinya". Tapi sebelum gencatan senjata,
pesawat tempur Israel menyempatkan peluang yang ada, menembak
jatuh 18 MiG Suriah, hingga seluruhnya jadi 79, menurut sumber
Israel, sementara Tel Aviv mengaku hanya satu saja pesawatnya
korban.
Lebih gila lagi, 10 menit sebelum gencatan Senjata, bom-bom
Israel menghantam apartemen enam tingkat yang merupakan
piligkalan militer PLO di Beirut. Beberapa orang tewas, tapi
tidak satu pun tokoh pimpinan PLO terluka. Yasser Arafat, yang
tempat persembunyiannya digasak oleh roket-roket Israel pada
hari kedua, juga dikabarkan selamat.
Penduduk sipil tetap tercatat sebagai korban terbesar.
Diperkirakan ribuan penduduk Beirut tewas dan luka-luka dalam
perang itu, demikian petugas Komite Palang Merah Internasional
di sana.
PLO betul semakin berkuku, berkat bantuan Libya, Uni Soviet dan
banyak pelindung lainnya. Di Libanon, sekitar 10.000 gerilyawan
PLO yang dipersenjatai. Begitu urusannya selesai di front Sinai,
Israel rupanya "menerkam" ke arah lain. Dan itulah yang terjadi,
dengan nama sandi Perdamaian Untuk Galilea. Sungguh sebuah
"perdamaian" yang luar biasa adanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini