Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Legiun Irak, Merek Amerika

10 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ibarat veteran yang sudah banyak makan asam garam, Amerika agaknya tak ingin kecele dalam mengancang-ancang tawuran besarnya dengan Irak. Para perancang strategi perang AS mendesain aneka kiat yang bisa menghunjami jantung Presiden Irak Saddam Hussein dalam waktu singkat dan efektif. Salah satu cara adalah menggunakan orang-orang Irak untuk berperang melawan presidennya sendiri.

Siapa orang-orang ini? Mereka adalah warga Irak yang sudah membelot dan melarikan diri ke AS dan negara-negara lain. Mereka inilah, jumlahnya sekitar 5.000 orang, yang sedang dilatih menjadi "tim perang" Amerika. Masih ingat pasukan Aliansi Utara yang bersekutu dengan AS saat Amerika berperang melawan Afganistan tahun silam? Nah, pasukan pembelot Irak kurang lebih seperti itu.

Bedanya, Aliansi Utara menjadi "tuan rumah" yang menyambut kedatangan tentara AS di Afganistan, tapi pasukan pembelot Irak ini justru datang bersama tentara AS dari Amerika. Mereka akan terlibat mulai dari proses invasi hingga naiknya pemerintahan sipil setelah penggulingan Saddam. "Hal ini merefleksikan pengalaman Amerika dan Inggris di Afganistan, bahwa keamanan dalam pemerintahan baru masih amat rentan," ujar seorang konsultan militer di Pentagon

Para pembelot Saddam ini akan melakukan berbagai tugas. Menjadi penerjemah, penasihat lapangan dalam pertempuran, pemandu serta penghubung antara militer dan warga sipil, penjaga kamp tawanan perang. Mereka juga kelak bertugas sebagai penjaga perdamaian dan keamanan serta berbagai tugas transisional setelah era Saddam. Pasukan ini rencananya akan dilatih selama 6 hingga 16 minggu sebelum diterjunkan.

Begitu vitalnya legiun pembelot ini, invasi ke Irak baru akan dilakukan sampai mereka siap. "Kalau ada operasi, kita perlu memiliki orang yang mahir dialek lokal, yang tahu isu dan mampu membantu militer kalau mereka harus bergerak," ujar Laith Kubba, warga Irak di National Endowment for Democracy. Pasukan ini juga direncanakan sudah mulai aktif dalam serangan awal ke Irak.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Condoleezza Rice, menjelaskan bahwa dalam serangan awal nanti pasukan pertama akan dibekali program psyops—sebuah operasi psikologis—untuk menghasut para komandan Irak agar membelot. Tapi hingga pekan lalu belum jelas di mana pasukan istimewa ini akan berlatih. Menurut pihak Pentagon, pangkalan militer AS di Jerman mungkin akan menjadi salah satu alternatif.

Program ini direstui Presiden George W. Bush pada akhir bulan lalu. Maka Pentagon pun bergegas mengontak Kongres Nasional Irak (INC)—sebuah organisasi para pelarian Irak—untuk menyusun 5.000 nama tersebut.

Pihak AS mengharapkan agar pasukan ini bisa berkembang hingga berjumlah 10 ribu anggota. Departemen Pertahanan, dengan persetujuan Presiden, telah menyiapkan dana US$ 92 juta (Rp 828 miliar) untuk melatih para pembelot Irak ini.

Penggulingan Saddam memang mimpi lama Amerika. Pada 1998, Presiden Bill Clinton mengesahkan US$ 97 juta untuk "membebaskan" Irak dari Saddam. Namun hingga Oktober 2002 dana tersebut baru dibelanjakan US$ 5 juta untuk pelatihan manajemen dan komunikasi—dana ini tak boleh digunakan untuk belanja senjata.

Tapi permainan telah berubah. Amerika mulai amat agresif. Sisa dana US$ 92 juta juga diperbolehkan untuk pelatihan militer—termasuk belanja senjata, tentu saja. Maklumlah, perburuan anggota pasukan pembelot ini cukup makan tenaga dan uang. Bayangkan saja kalau Amerika harus mencari 5.000 orang di antara lebih dari tiga juta pembelot Irak di seluruh dunia.

Problem lain adalah mereka harus bersikap adil dengan semua kelompok pembelot. Setidak-tidaknya ada enam organisasi kaum pelarian Irak saat ini. Ada INC, Uni Patriotik Kurdistan, Partai Demokratik Kurdistan, Majelis Agung untuk Revolusi Islam (SCIRI), kelompok fundamentalis yang bermarkas di Iran. Juga Iraqi National Accord yang mewadahi para mantan anggota militer dan pembelot Partai Baath pimpinan Saddam.

Menteri Pertahanan Donald H. Rumsfeld tampaknya bersemangat betul memburu legiun pembelot ini ke seluruh penjuru bumi. Ketika ditanya wartawan di mana dia akan mendapatkan ribuan orang Irak yang bersedia berperang melawan presidennya sendiri, Rumsfeld hanya menjawab pendek, "Di mana pun warga Irak berada."

Purwani D. Prabandari (The Independent, The Washington Post, The Christian SM)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus