Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kiat Sharon tetap Bercokol

Serangan militer besar-besaran ke Palestina. Untuk konsumsi politik domestik Israel?

10 November 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Azan subuh masih terngiang di telinga warga Palestina ketika sekitar 100 tank Israel merangsek memasuki Kota Gaza, Kamis pekan lalu. Jalan yang lengang dan gelap membuat mereka leluasa memasuki kawasan Talalhawa, markas pasukan keamanan Palestina dan studio televisi Palestina. Barisan tank lain menderu menuju Sabra, tempat tinggal Syekh Ahmad Yassin, pemimpin kelompok militan Islam Hamas. Serdadu Israel menembakkan senjata ke udara. Mereka menguasai jalan-jalan kecil di kota dan mendobrak pintu-pintu rumah. Menurut pernyataan resmi Palestina, serangan subuh ini merupakan serangan paling besar selama dua tahun terakhir. Sehari sebelumnya, tank Israel sudah terlebih dahulu menyerbu Nablus, sebuah kota di Tepi Barat. Dilindungi helikopter bersenjata, sekitar 150 kendaraan militer yang sarat berisi serdadu Israel menyapu kota itu. Di Nablus Israel memburu pelaku penembakan di Kibbutz Metzer, dalam wilayah Israel. Pada 10 November lalu, sekelompok orang menyerbu permukiman Yahudi itu, membunuh lima warga Israel—dua di antaranya anak berusia empat dan lima tahun yang akan berangkat tidur. Brigade Al-Aqsa, kelompok militan yang menurut Israel berafiliasi dengan Al-Fattah pimpinan Yasser Arafat, mengaku bertanggung jawab terhadap serangan itu. Tapi para pemimpin Fattah sendiri menolak klaim atas pembunuhan terhadap warga sipil itu. Serangan militer Israel ke Nablus agak mencurigakan, mengingat kota itu merupakan markas Hamas yang cenderung tidak sependapat dengan Arafat. Bagaimanapun, Israel kini telah menguasai kota itu. Serangan mereka terkonsentrasi di kawasan Kota Tua, dua kawasan dekat Universitas An Najah, termasuk kamp pengungsi Balata dan Askar di tepi kota. Sempat terjadi baku tembak sporadis, tapi tak jatuh korban. Hanya dalam waktu satu jam militer Israel sudah sepenuhnya menguasai kota itu, sedangkan kawasan Kota Tua dikepung barisan tank. Operasi berlangsung dari pintu ke pintu. Hasilnya, Israel menangkap 30 militan Palestina yang selama ini memang dicari Israel. Sebagian besar mereka adalah anggota kelompok Hamas. Ketika Israel menyerbu Nablus April silam, banyak bangunan bersejarah di kawasan Kota Tua hancur akibat gempurannya. Tak sedikit pula penduduk Nablus yang tewas di dalam rumah ketika militer Israel merobohkan rumah mereka. Penduduk kota selama sebulan penuh harus mematuhi jam malam, dan sekarang hal itu akan berulang. Anak-anak pun berjalan ke sekolah harus melintasi barisan tank di sepanjang jalan. Satu hal yang pasti, Israel sendiri mengaku belum berhasil menangkap penyerang Kibbutz. Militer Israel mengidentifikasi pelaku bernama Sirhan Sirhan, berusia 19 tahun. Tapi Israel menangkap Muhammad Naifeh, 30 tahun, anggota senior kelompok bersenjata yang masih merupakan kelompok Fattah. Israel menuduh Naifeh-lah yang mengirim Sirhan melakukan penembakan di Kibbutz. Rangkaian serangan Israel ini menewaskan seorang remaja di Nablus. Yasser Arafat pun mencak-mencak dengan menyebut serangan Israel itu sebagai sebuah tindak kriminal perang yang baru. "Kelompok fanatik sedang berkuasa di Israel," umpatnya. Pada saat yang sama memang Perdana Menteri Ariel Sharon dan Menteri Luar Negeri Benjamin Netanyahu sedang dalam satu forum Partai Likud di Tel Aviv. Kedua seteru ini sedang berusaha merebut posisi pemimpin Partai Likud, yang bakal menjadi kandidat perdana menteri pada pemilu akhir Januari tahun depan. "Arik, raja Israel," teriak pendukung Sharon dalam pertemuan itu. Tapi Netanyahu sudah sesumbar, jika ia terpilih sebagai perdana menteri, hal pertama yang akan ia lakukan adalah menyingkirkan Yasser Arafat. Gagasan ini didukung oleh Menteri Pertahanan Israel yang baru Shaul Mofaz. Sebenarnya Sharon setali tiga uang dengan Netanyahu, tapi Sharon sudah terikat komitmen dengan Presiden Bush untuk tidak mencelakai Arafat. Tapi tampaknya Sharon terprovokasi oleh pernyataan saingannya, Netanyahu. Dan kini, penembakan di Kibbutz telah menjadi dalih bagi Sharon untuk mengencangkan otot militernya yang sudah merajalela dalam dua tahun terakhir, dan menyelamatkan posisi politiknya yang goyah. Penembakan itu sendiri ironis. Kibbutz bukanlah kawasan Israel yang biasa menjadi sasaran serangan militan Palestina. Kibbutz merupakan pertanian kolektif yang penduduknya sangat moderat dan cenderung lebih suka berdamai dengan Palestina. Bahkan penduduk Kibbutz pernah menawarkan tanah mereka asal militer Israel menghentikan penggusuran pohon minyak zaitun milik petani Palestina. Media Israel sendiri menyebutkan serangan ke Nablus sudah direncanakan sebelum penembakan di Kibbutz, untuk konsumsi politik domestik Israel. Raihul Fadjri (The Independent, AFP, New York Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus