Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan menyatakan letusan gunung api Cumbre Vieja di La Palma Spanyol secara resmi berakhir pada Sabtu setelah hampir 100 hari memuntahkan lava.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setelah meletus pada 19 September, gunung berapi itu tiba-tiba menjadi tenang pada Senin 13 Desember, tetapi pihak berwenang, yang tetap waspada akan kemungkinan terburuk, menunda hingga Hari Natal untuk memperjelas situasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Apa yang ingin saya katakan hari ini dapat dikatakan hanya dengan empat kata: Letusan gunung sudah berakhir," kata kepala keamanan regional Kepulauan Canary Julio Perez pada konferensi pers pada Sabtu, dikutip dari Reuters, 26 Desember 2021.
Selama letusan, lahar mengalir ke lereng gunung, menghancurkan rumah-rumah, gereja, dan banyak perkebunan pisang yang menyumbang hampir separuh ekonomi pulau itu. Meski banyak properti yang hancur, erupsi tidak menyebabkan kematian.
Maria Jose Blanco, direktur National Geographic Institute on the Canaries, mengatakan semua indikator menunjukkan letusan telah kehabisan energi tetapi dia tidak mengesampingkan reaktivasi di masa depan.
Seorang pilot drone mengambil gambar gunung yang diciptakan oleh letusan gunung berapi Cumbre Vieja setelah 89 hari erupsi, di daerah Las Manchas, di El Paso, di Pulau Canary La Palma, Spanyol, 17 Desember. 2021. [REUTERS/Borja Suarez]
Sekitar 3.000 properti hancur oleh lahar gunung Cumbre Vieja yang sekarang mencakup 1.219 hektar, setara dengan sekitar 1.500 lapangan sepak bola, menurut penghitungan akhir oleh layanan darurat.
Dari 7.000 orang yang dievakuasi, sebagian besar telah kembali ke rumah, tetapi banyak rumah yang tetap berdiri tidak dapat dihuni karena kerusakan akibat abu vulkanik. Dengan banyaknya jalan yang ditutup, beberapa perkebunan kini hanya dapat diakses melalui laut.
Pasangan Jerman Jacqueline Rehm dan Juergen Doelz termasuk di antara mereka yang terpaksa mengungsi, melarikan diri dari rumah sewaan mereka di desa Todoque dan pindah ke perahu layar kecil mereka selama tujuh minggu.
"Kami tidak dapat menyelamatkan apa pun, tidak ada perabotan, tidak ada lukisan saya, semuanya berada di bawah lahar sekarang," kata Rehm, 49 tahun, menambahkan bahwa mereka akan pindah ke Tenerife terdekat setelah Natal.
"Saya tidak yakin ini benar-benar berakhir," katanya.
Deru vulkanik mungkin telah mereda dan penduduk pulau tidak lagi harus membawa payung dan kacamata untuk melindungi diri dari abu, tetapi operasi pembersihan besar-besaran baru saja dimulai.
Pemerintah telah menjanjikan lebih dari 400 juta euro (Rp6,4 triliun) untuk rekonstruksi, tetapi beberapa penduduk dan bisnis La Palma mengeluh dana terlambat tiba.
REUTERS