Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jepang Koizumi Mbalelo
PERDANA Menteri Jepang Junichiro Koizumi kembali mengunjungi Kuil Yasukuni pada Senin pekan lalu. Di sana, dia berdoa bagi anggota militer Jepang yang dikubur di kuil tersebut. Kunjungan ini kembali memancing kemarahan Korea Selatan dan Cina. Sebab, di kuil itu dimakamkan 14 penjahat perang kelas A berdasarkan keputusan pengadilan perang pada 1948. Kedua negara menafsirkan kunjungan itu sebagai simbol tak adanya penyesalan Jepang atas kekejaman militernya pada masa Perang Asia.
Sehari setelah kunjungan Koizumi, pemerintah Cina membatalkan rencana kunjungan Menteri Luar Negeri Jepang Nobutaka Machimura ke Beijing. Seoul mengikuti jejak Beijing sehari kemudian. Menlu Korsel Ban Kimoon menunda perjalanannya ke Tokyo. ”Di tengah situasi sekarang, saya kira tidak tepat berkunjung ke Jepang,” ujar Ban. Pembatalan ini diperkirakan akan diikuti pembatalan kunjungan Presiden Roh Moohyun pada Desember mendatang.
Warga Jepang terbagi dua dalam menanggapi kunjungan itu. Survei Asahi Shimbun memperlihatkan, 42 persen rakyat setuju, 41 persen tidak setuju. Bulan lalu, Pengadilan Osaka memutuskan bahwa kunjungan Koizumi ke Kuil Yasukuni melanggar konstitusi Jepang yang dengan tegas melarang setiap warganya mencampuradukkan negara dan agama.
Koizumi berkilah, kunjungannya ke Yasukuni adalah semata-mata baktinya sebagai warga negara kepada para leluhur.
Malaysia Istri Badawi Meninggal
ENDON Mahmood, 64 tahun, istri Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, meninggal dunia. Penyebabnya, kanker payudara yang telah diidapnya sejak 2002. Nyonya Badawi sempat dirawat di Amerika Serikat selama 18 hari, namun gagal. Kamis pekan lalu, di rumah dinas perdana menteri di Putrajaya, Kuala Lumpur, Endon mengembuskan napas terakhir.
Masyarakat berduyun-duyun melayat ke Putrajaya. Anggota keluarga, termasuk anak dan cucu-cucu Badawi, hadir memberikan penghormatan terakhir. Endon dikuburkan setelah 20 ulama berdoa bareng di Masjid Putrajaya. Sekitar 200 pemimpin lintas agama (Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha) menggelar doa bersama buat almarhumah.
Indikasi kanker Endon tercium ketika Noraini, saudara kembarnya, menderita penyakit serupa. Noraini meninggal pada Januari 2004. Penyakit ini membuat Badawi khawatir kehilangan Endon setelah Februari 2004 ibunya meninggal. ”Saya tidak mau kehilangan kamu juga,” kata Badawi kepada istrinya. Pasangan ini menikah pada 4 September 1965 dan dikaruniai dua anak.
Liberia Weah ke Putaran Kedua
TAK banyak pemain sepak bola Afrika seberuntung George Manneh Oppong Ousman Weah, 39 tahun. Ia sudah bermain di klub-klub beken seperti Paris Saint-German dan Olympique Marseille (Prancis), AC Milan (Italia), dan Chelsea (Inggris). Di masa jayanya, dia terpilih sebagai pemain terbaik dunia 1995—satu-satunya pemain Afrika yang pernah mendapat gelar itu.
Pekan lalu, Weah memenangkan ”pertandingan” di kancah politik. Ia memimpin putaran pertama pemilu di negerinya dengan meraup suara 29,8 persen. Dia dikuntit ketat oleh Ellen Johnson-Sirleaf, 66 tahun, Ketua Partai Persatuan, yang memperoleh 19,7 persen suara. Tak ada yang meraih suara mayoritas. Maka, Weah dan Johnson-Sirleaf akan melaju ke putaran kedua.
Popularitas Weah membantunya terkerek dalam percaturan politik nasional. Kekayaannya yang melimpah membuat banyak pihak yakin ia tak mudah tergoda korupsi kelak. Tapi minimnya pengalaman politik bisa menjadi kendala menghadapi Johnson-Sirleaf, wanita yang pernah menjadi Menteri Keuangan Liberia.
Iran Tegang dengan Inggris
DUA ledakan yang mengoyak Kota Ahwaz, ibu kota Provinsi Khuzestan yang kaya minyak di Iran Selatan. Insiden berdarah pada Sabtu dua pekan lalu itu ikut menggoyang kestabilan politik di London. Enam orang mati, 100 orang menjadi korban seri ledakan ketiga sejak Juni silam. ”Iran amat curiga dengan peran militer Inggris di balik serangkaian ledakan itu,” tulis Kayhan, harian berpengaruh di Teheran yang dekat dengan kekuasaan. Pemimpin Redaksi Kayhan ditunjuk langsung oleh Ayatullah Ali Khamenei. Menurut Kayhan: ”Kita harus memulai dengan reaksi lunak seperti menutup Kedutaan Inggris, sebelum memutuskan hubungan.”
Sehari setelah ledakan, ratusan orang berkumpul di depan Kedutaan Besar Inggris di Teheran. Mereka yakin ledakan di Ahwaz berkaitan dengan program nuklir damai Iran yang sedang diutak-atik pemerintah Amerika Serikat. Inggris diduga menjadi operator ketidaksenangan Abang Sam. Perdana Menteri Inggris Tony Blair berulang kali menuduh bahwa senjata-senjata yang dipasok dari Iran telah digunakan untuk menggasak pasukan Inggris di Irak. Ini juga menjadi alasan mereka berdemo.
Kedutaan Besar Inggris di Teheran menampik tudingan keterlibatan pemerintah mereka pada insiden di Ahwaz. ”Kami menolak tuduhan ini. Kaitan antara pemerintah Inggris dengan aksi teroris benar-benar tak berdasar,” begitu bunyi siaran pers yang dikeluarkan sehari setelah ledakan.
Rusia Matinya Arsitek Perestroika
KAMBING punya susu, sapi punya nama. Yakovlev punya ide, Gorbachev yang tenar ke seantero dunia. Ide Yakovlev itu bergaung di akhir era 1980-an dan awal 1990-an ketika Rusia masih bernama Uni Soviet. Yakovlev saat itu menjadi salah satu elite Politbiro Partai Komunis. Dia mengusulkan keterbukaan dan kebebasan pers (perestroika) sebagai jalan yang harus dilalui Uni Soviet pasca-Perang Dingin. Gorbachev, yang saat itu menjadi presiden, segera mengangguk terhadap usulan ini.
Rabu pekan lalu, Yakovlev, sang arsitek perestroika, meninggal pada usia 81 tahun. Media massa di Rusia memberitakan, dia meninggal karena komplikasi sejumlah penyakit. ”Kematian Yakovlev merupakan kerugian besar bagi setiap orang yang menghubungkan diri mereka dengan perjuangan untuk kemerdekaan dan demokrasi,” ujar Gorbachev seperti dikutip kantor berita Interfax.
Vladimir Pekhtin, anggota senior Partai Rusia Bersatu yang pro-Kremlin, menyatakan, seluruh era perjuangan untuk membangun masyarakat madani ikut lindap seiring dengan matinya Yakovlev.
Amerika Serikat Skandal Kedua
KASUS pembocoran nama agen CIA, Valerie Plame, memasuki tahap menarik: siapakah yang ”bernyanyi” kepada wartawan? Kasus Plame terjadi pada 2003 berkaitan dengan upaya Gedung Putih untuk membenarkan invasi militer mereka ke Irak. Saat itu, Joseph Wilson, suami Valerie Plame, menyanggah keyakinan Bush bahwa Irak sedang mengembangkan senjata pemusnah massal. Wilson menyatakan tak benar Irak mengimpor uranium dari Nigeria.
Tak berapa lama berselang, beredar kabar bahwa istri Wilson adalah agen CIA. Menurut kesaksian para wartawan, info itu datang dari Gedung Putih, Nama Karl Rove muncul. Rove adalah penasihat utama dan orang yang paling dipercaya Presiden Bush. Rove telah diminta kesaksiannya empat kali oleh pengadilan. Sejumlah pihak di Gedung Putih yang awalnya yakin bahwa Rove bisa ”lolos” kini mulai khawatir bahwa cerita bisa berbalik.
Harian The Washington Post punya teori menarik. Skandal umumnya menerpa Gedung Putih ketika presiden yang sama memasuki masa jabatan kedua. Itu yang terjadi pada Richard Nixon dengan Watergate, Ronald Reagan dengan Iran-Contra, dan Bill Clinton dengan Monica Lewinsky. ”Skandal selalu datang kembali ke Gedung Putih. Awalnya dua tahun pertama bersih, tapi setelah itu datang kembali,” tulis harian itu.
Irak Hukuman Mati
SIDANG pertama mantan Presiden Irak Saddam Hussein digelar di Bagdad pada Rabu pekan lalu. Dia dituduh membunuh 143 warga Syiah di Desa Dujail pada 1982. Saddam masuk ke ruang sidang dengan membawa Al-Quran lusuh. Dia duduk di barisan terdepan. Di belakangnya, hadir tujuh terdakwa lain, Barzan Ibrahim Hassan (mantan kepala polisi rahasia), Thaha Yassin Ramadhan (mantan wakil presiden), Awad Hamid al-Bandar (mantan kepala hakim), serta empat mantan pejabat Baath Dujail.
Persidangan—dengan lima anggota majelis—dipimpin oleh Rizkar Muhammad Amin dari suku Kurdi. Sidang ini disiarkan langsung oleh sebuah stasiun televisi Irak. Masyarakat tak bisa masuk ruang sidang. Hanya 25 wartawan yang diizinkan berada di dalam. Saddam menolak semua pertanyaan hakim. Mantan presiden yang diancam hukuman mati itu balik menyerang dan tak mengakui keabsahan pengadilan. Dia akan menghadapi persidangan kasus-kasus lain setelah ini. Seperti pembantaian Halabja (1988), pembasmian pemberontak Syiah (1991), Perang Iran-Irak (1980-1988), dan invasi ke Kuwait (1990-1991).
Akmal Nasery Basral & EKD (BBC/Aljazeerah/malaysiakini.com)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo