Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Waswas itu akhirnya melindas Uni Eropa. Obat antiviral Tamiflu produksi Roche diborong pemerintah berbagai negara Eropa. Ini semacam aksi sedia payung sebelum hujan jika flu burung sampai mengetuk pintu negeri mereka. ”Uni Eropa tak bisa melindungi dirinya sendirian. Harus ada solidaritas internasional dengan negara-negara Asia,” kata Markos Kyprianou, Kepala Badan Kesehatan UE.
Flu burung, pandemi yang bermula di Hong Kong pada 1997, menjadi salah satu topik bahasan para Menteri Luar Negeri anggota UE yang bertemu di London, Rabu lalu. Beberapa jam sebelumnya, Menteri Kesehatan Yunani Nikitas Kaklamanis mengumumkan, kasus itu ditemukan di O Inouses, kawasan dekat Laut Aegea. Yunani adalah anggota UE pertama yang positif terjangkit flu burung setelah dua negara Eropa non-UE, Turki dan Rumania, mengumumkan adanya kasus serupa.
Dibanding penyakit infeksi saluran pernapasan akut parah (SARS) yang sudah menginfeksi sekitar 8.400 orang di dunia—800 di antaranya tewas—sejak munculnya pada 2002, flu burung tak mencatat angka penderita yang tinggi. Data per 10 Oktober 2005 yang dilansir WHO menyebutkan ”cuma” 117 penderita. Namun, tingkat kematiannya lebih mengerikan karena 60 dari penderita flu tewas akibat varian virus H5N1—satu dari 15 virus yang awalnya hanya menyerang unggas, namun kini mampu menginfeksi manusia.
Virus ini menorehkan kenangan buruk masyarakat Eropa terhadap pandemi yang terjadi pada 1918 ketika flu Spanyol menewaskan jutaan jiwa di seantero kontinen. Musim migrasi burung yang sedang berlangsung saat ini juga menjadi salah satu pertimbangan. ”Kepedulian utama kami sekarang adalah potensi penyebaran flu burung melalui migrasi burung ke utara dan timur Afrika,” ujar Joseph Domenech, Ketua Balai Peternakan UE yang berkantor pusat di Roma, Italia.
Kabar buruk pun susul-menyusul. Awal bulan ini, Menteri Pertanian Rusia menyatakan, flu burung yang terdeteksi di wilayah Siberia selama musim panas sudah bisa diatasi. Pandemi itu ditemukan di enam wilayah Siberia dan Pegunungan Ural. Sejauh ini, virus itu belum ditemukan di wilayah Rusia yang masuk benua Eropa.
Akhir pekan lalu, dilaporkan kasus serupa terjadi di daerah Tula, Rusia Tengah, sekitar 220 kilometer di selatan Moskow. Koran lokal Vremya Novostoi melaporkan, sebanyak 247 ekor ayam dan angsa di Desa Yandovka mati karena infeksi pernapasan parah. Akibatnya, Yandovka kini diisolasi karena diduga kematian unggas itu dipicu oleh flu burung.
Menanggapi kejadian di Rusia, pemerintah Belanda dengan sigap mengeluarkan keputusan melarang warganya memelihara burung di luar rumah. Bulgaria yang berbatasan dengan Turki dan Rumania langsung mengadakan penelitian terhadap sejumlah burung liar yang ditemukan mati di perbatasan dengan kedua negara. Prancis langsung memesan 200 juta masker dan obat antiviral bagi 14 juta penduduknya. ”Pengetatan pemeriksaan di bandara ditingkatkan,” ujar Perdana Menteri Prancis, Dominique de Villepin. Pemerintah Spanyol menyatakan sudah memesan 10 juta dos antiviral lagi sebagai tambahan 2 juta dos yang sudah tiba.
Skenario muram dikemukakan oleh Profesor Neil Ferguson dari Imperial College London, Inggris. Jika virus H5N1 bermutasi dan memiliki kemampuan menyebar antarmanusia layaknya virus influenza biasa, maka di Inggris saja sedikitnya akan ada 50 ribu orang tewas. ”Ada dua cara untuk menekan jumlah korban hanya di bawah 200 kasus,” katanya seperti dikutip Nature. Cara pertama adalah mengidentifikasi virus secara lengkap sebelum jatuh korban lebih banyak. Kedua, untuk setiap korban tewas, 20 ribu orang di sekitarnya harus segera mendapat obat antiviral seperti Tamiflu.
Alhasil, flu burung kini mendapat ”kehormatan” di birokrasi Uni Eropa: virus ini menjadi salah satu agenda utama yang dibahas oleh pemerintah negeri-negeri Eropa.
Akmal Nasery Basral (BBC, Reuters, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo