Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kepalanya botak. Dadanya yang dulu membusung kini rata. Toh tubuh yang telah loyo oleh kesusahan hidup tak meredupkan semangat Hassan Mehdi Mohammed untuk mengikuti referendum di seantero Irak pada Sabtu, 15 Oktober lalu. Pagi-pagi, dia bergegas ke sebuah sekolah di Adhamiyah, Bagdad. Di gedung sekolah yang telah ringsek itulah tempat pemungutan suara (TPS) disiapkan bagi warga sekitar. Penduduk Adhamiyah didominasi kaum Arab Sunni ortodoks yang menolak referendum berikut konstitusi baru Irak. Tapi Mehdi Mohammed jalan terus.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo