Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

14 Maret 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cina Undang-undang untuk Menyerang Taiwan

CINA mulai unjuk gigi kepada Taiwan. Selasa pekan lalu, Negeri Panda itu mengumumkan rancangan undang-undang yang mengizinkan penggunaan kekuatan militer terhadap Taiwan jika negeri itu memisahkan diri. "Tindakan (militer) itu hanya digunakan sebagai upaya terakhir jika reunifikasi secara damai gagal," kata Wang Zhaogou, anggota parlemen Cina. Beberapa kali Cina berang melihat langkah pemerintah Taiwan yang secara resmi ingin memisahkan diri. Undang-undang itu sengaja dirancang untuk melegalkan Cina melakukan tindakan militer terhadap wilayah yang diklaim sebagai bagian dari daratan Tiongkok itu.

Taiwan sendiri tak kalah gigih. "Cina komunis berupaya menggunakan undang-undang itu untuk mengingkari kedaulatan Republik Cina (Taiwan), dan secara unilateral mengubah posisi status quo Selat Taiwan," kata Chiu Taishan, Wakil Ketua Dewan Urusan Cina Daratan. Tapi keberatan Taiwan tidak mengubah tekad Cina. Penguasa Beijing bersikeras bahwa Cina bisa berbuat apa saja terhadap Taiwan untuk mempertahankan kedaulatannya. Kemungkinan besar parlemen Cina akan mengesahkan undang-undang itu pada 14 Maret ini.

Cina Wartawan Diganjar 10 Tahun Penjara

PROFESI wartawan kembali menelan pil pahit. Shi Tao, wartawan Contemporary Trade News, tidak lama lagi akan merasakan pengapnya penjara. Tuduhannya: membocorkan rahasia negara. Jumat pekan lalu, hakim di pengadilan Shanghai, Cina, sudah selesai mengadili kasusnya. Kemungkinan besar pengadilan yang berlangsung secara tertutup itu akan memutuskan hukuman minimal 10 tahun penjara. "Kami tidak boleh masuk, hanya bisa memandangnya ketika pengadilan usai," kata saudara lelaki Shi.

Jaksa menuntut Shi karena menyebarkan informasi dalam dari dokumen tentang pembantaian mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada 1989. Artikel itu ia sebarkan lewat Internet. Polisi menangkap Shi di Kota Changsha, ibu kota Provinsi Hunan, pada November tahun lalu atas perintah Biro Pengadilan Pelanggaran Konstitusi Cina di Shanghai. Pemerintah Beijing secara rutin mengadili pembocor rahasia negara dan memenjarakan orang yang menentang pemerintah Partai Komunis di depan publik. Kasus semacam itu biasanya berlangsung secara tertutup dan terdakwa dipastikan divonis bersalah.

Irak Lagi, Bom Bunuh Diri

BOM bunuh diri kembali meledak ketika umat Syiah khusyuk mengikuti upacara pemakaman di Masjid Shahidain, yang terletak di kawasan penduduk miskin di Mosul, Kamis pekan lalu. Akibatnya, 47 orang tewas dan sekitar 90 orang terluka. Pembawa bom menerobos kerumunan orang yang sedang berduka dan meledakkan dirinya di dalam masjid. "Saya melihat bola api dan mendengar ledakan keras," kata Tahir Abdullah Sultan, 45 tahun. Darah dan serpihan daging manusia berserakan di lantai masjid.

Mosul merupakan kota di wilayah kaum Kurdi di utara Irak, yang mayoritas penduduknya Arab Sunni. Kota itu menjadi arena pertempuran antara pejuang Sunni dan pasukan Amerika Serikat serta pemerintah Irak, sejak November tahun lalu. Konflik pun mulai meluas antara tiga kelompok utama di kawasan itu, yakni Arab Sunni, Syiah, dan Kurdi. Pejabat Irak menuduh kelompok perlawanan Sunni dalang bom bunuh diri itu, dengan tujuan menimbulkan perang sipil antara kaum Sunni, Syiah, dan Kurdi. Terlebih setelah kelompok Syiah dan Kurdi mencapai kesepakatan berbagi kue kekuasaan.

Palestina Pembangkangan Terhadap Presiden Abbas

PEMERINTAHAN Presiden Mahmud Abbas yang baru seumur jagung mulai mendapat perlawanan. Kamis pekan lalu, sekelompok anggota brigade berani mati Al-Aqsa menyerbu ruang pertemuan kelompok Fatah di Ramallah, Tepi Barat. Dengan kepala berbalut topeng, seragam militer, dan senjata di tangan, mereka memaksa seribu anggota Fatah bubar. Setelah semua peserta lari lintang-pukang, kelompok ini melepas tembakan ke udara selama beberapa menit di luar ruangan. "Kami menuntut perubahan dan reformasi," ujar Manwar Al-Aqraa, komandan Al-Aqsa di Ramallah.

Presiden Abbas, yang juga ketua Fatah, meminta kelompok Al-Aqsa melucuti senjata. Permintaan ini ditolak. Menurut Manwar, kelompoknya tidak akan meletakkan senjata untuk melicinkan pembicaraan damai Palestina dengan Israel. Abbas, yang tak hadir dalam pertemuan itu, memohon pada kelompok militan Palestina semacam Hamas dan Jihad Islam agar melucuti senjatanya dan menghentikan serangan terhadap Israel. Ia memberikan komitmen gencatan senjata dalam pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon di Kairo, Februari lalu.

Inggris Polisi Bebaskan Tahanan yang Diduga Teroris

HAKIM Inggris membebaskan dengan membayar jaminan seorang keturunan Aljazair yang diduga teroris, Kamis pekan lalu. Langkah itu akan diikuti dengan membebaskan delapan orang lainnya. Abu Qatada, ulama keturunan Suriah, yang disebut pemerintah Inggris sebagai mentor Mohammad Atta, tersangka pemimpin pembajakan pesawat serangan 11 September 2001 di New York, termasuk yang dibebaskan. Namun rumah mereka tetap dimonitor dengan ketat, karena aparat keamanan yakin mereka bagian dari jaringan teroris.

Polisi menahan mereka selama dua hingga tiga tahun tanpa diadili. Hal itu dimungkinkan oleh undang-undang antiterorisme. Namun tahun lalu hakim memutuskan lain: penahanan itu merupakan tindakan ilegal. Karena itu mereka harus dibebaskan. Undang-undang antiterorisme, yang menjadi dasar penahanan itu, berakhir masa berlakunya pekan lalu. Kini sedang dibahas rancangan undang-undang yang baru untuk menggantikan. Perdana Menteri Inggris Tony Blair berharap RUU yang sedang diperdebatkan di parlemen itu segera bisa disahkan. Namun Partai Konservatif yang beroposisi, bahkan anggota parlemen dari Partai Buruh, menentang undang-undang itu.

Filipina Ubi Goreng Maut Memakan Korban

DERAI air mata orang tua mengiringi pemakaman 27 siswa sekolah dasar di San Jose yang berusia 7 hingga 13 tahun di Kota Mabini, Pulau Bohol, Filipina, Kamis pekan lalu. Bocah-bocah itu meninggal karena keracunan akibat menyantap ubi goreng yang diberi tepung. Makanan kecil ini mereka beli dari pedagang kaki lima pada jam istirahat sekolah. Ubi maut itu juga membuat lebih dari seratus anak lainnya dirawat di rumah sakit, empat di antaranya dalam kondisi kritis. Menurut Jenifer Hutuhot, seorang guru sekolah, setelah 15 menit anak-anak asuhannya masuk kelas, mereka mulai muntah. "Mereka segera kami bawa ke rumah sakit," katanya.

Polisi dan petugas kesehatan kini sibuk meneliti cara pedagang menggoreng ubi itu. Dua penjual ubi pun ikut dilarikan ke rumah sakit, sedangkan penjual lainnya dibawa ke kantor polisi agar tidak diamuk orang tua murid. "Saya tak bisa menerima anak saya meninggal," ujar Lorenza Asas, ibu Sherwin Asas, 7 tahun. Kecelakaan ini memaksa Presiden Gloria Macapagal Arroyo mengunjungi keluarga korban. "Saya berdoa agar kasus ini tak terulang," ujarnya.

Amerika Serikat PC Segera Gantikan TV

ERA menonton televisi perlahan akan menjadi aktivitas masa lalu. Setelah puluhan tahun menjadi produk yang paling diidamkan, kini popularitas TV perlahan berkurang. Hasil polling yang dilakukan sebuah lembaga riset pasar global asal Amerika, GMI—disiarkan pekan lalu—menunjukkan mayoritas masyarakat dunia saat ini lebih mendambakan komputer pribadi (PC) daripada TV. Polling ini melibatkan 20 ribu responden di 20 negara, termasuk Cina, India, Inggris, Amerika, Jerman, dan Afrika Selatan. Setelah PC dan TV, produk teknologi yang paling diminati pada urutan ketiga adalah telepon genggam, yang ternyata merupakan produk yang paling suka diganti-ganti, terutama di Cina dan India. Sementara di Amerika orang lebih suka mengganti PC.

Raihul Fadjri, Philipus Parera (Reuters, AP, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus