Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kota Angers tak lagi hanya dikenal sebagai kota turis dengan istana abad pertengahan dan bangunan katedral bergaya gotik. Kota itu, yang terletak di sebelah barat daya Paris, kini juga kondang sebagai "istana kaum pedofil".
Pengadilan Angers menyeret 66 penduduk distrik Saint-Leonard, kawasan tepi Kota Angers, ke bangku pesakitan. Ketika mahkamah dibuka pekan lalu, para terdakwa duduk tepekur dengan wajah tampak gelisah dan mata lurus menatap ujung kaki.
Jejeran kursi terdakwa sesak dengan orang dewasa berusia 27 hingga 66 tahun. Jaksa menuduh mereka memperkosa dan menjajakan 45 anak, termasuk bayi berusia enam bulan. Sebagian besar terdakwa telah mengaku melakukan tindakan bejat itu selama proses pemeriksaan polisi dan jaksa.
Begitu banyak jumlah terdakwa sehingga pemerintah kota harus mengeluarkan uang 1 juta euro (Rp 12 miliar) untuk membangun ruangan baru di gedung pengadilan, lengkap dengan hamparan karpet birunya. Tak kurang dari 60 pengacara dan jaksa terlibat dalam pengadilan akbar ini. Jaksa butuh waktu tiga hari untuk membacakan berkas perkara setebal 430 halaman, mempertontonkan 25 ribu lembar bukti yang dikemas dalam cakram digital, dan bersiap menghadirkan lebih dari 200 saksi.
"Saya tak pernah melihat kasus kriminal dengan skala sebesar ini di Prancis," ujar Pascal Rouiller, pengacara lima terdakwa.
Penyidik menyatakan, para terdakwa memperkosa dan melecehkan secara seksual anak-anak itu lebih dari 100 kali sejak Januari 1999 hingga Februari 2002. Sebagian besar pemerkosaan dilakukan di apartemen, mobil karavan, dan gudang milik dua bekas germo, Franck dan Virginie Vergondy. Di gudang itu seorang gadis berusia 10 tahun diperkosa lebih dari 30 orang dewasa. Bahkan orang tua Franck, yang juga salah seorang terdakwa, dituduh memperkosa cucunya, dan merekam adegan pemerkosaan itu.
"Anak-anak itu menjadi obyek seksual selama berbulan-bulan," ujar pengacara Meriem Baba-Ronciere, yang mewakili 12 korban.
Sebagian besar terdakwa berasal dari kelompok miskin berpendidikan rendah di Saint-Leonard, distrik tetangga Kota Angers. Sebagian dari mereka bahkan buta huruf. Setengahnya pengangguran, yang hanya hidup dari santunan sosial pemerintah. "Salah seorang dari mereka menjual anak perempuannya untuk bisa membeli ban mobil baru," ujar Philippe Cosnard, salah seorang jaksa. Sedangkan korban lainnya ditukar untuk sejumlah uang, makanan, minuman keras, atau hanya untuk sebungkus rokok. Untuk semua itu, seorang gadis berusia 10 tahun diperkosa lebih dari 30 orang dewasa, termasuk oleh ayahnya.
Hukum pidana Prancis mengancam tiga terdakwa dengan hukuman seumur hidup jika terbukti bersalah memperkosa anak berusia di bawah 15 tahun dan aktif berpartisipasi dalam lingkaran bisnis pelacuran. Selebihnya menghadapi ancaman hukuman 10 hingga 20 tahun.
Kasus ini mencuat pada 2000, ketika seorang gadis berusia 16 tahun mengaku diperkosa kekasih ibunya dan saudara laki-lakinya. Sejak itu polisi dan petugas sosial mengawasi sejumlah orang yang pernah terlibat dalam jaringan pedofil.
Kasus ini dianggap kasus pedofil terbesar dan terburuk dalam sejarah Prancis. Bahkan pengacara terdakwa mengaku kasus ini sebagai ambruknya nilai moral, sosial, dan kemanusiaan di Prancis. "Ini bukan (kasus) negara ketiga, tapi negara keempat," ujar Monika Pasquini, salah seorang pengacara.
Monika pantas gusar. Sebab, pada Mei tahun silam 14 orang dewasa berusia 24 hingga 67 tahun juga diseret ke pengadilan di Outreau, kawasan utara Prancis. Jaksa menuduh mereka memperkosa 18 bocah.
Salah satu terdakwa, seorang perempuan berusia 37 tahun, mengaku memperkosa satu dari empat anaknya. Dia sendiri korban perkosaan ayah kandungnya. "Saya menjadi dewasa saat berusia delapan tahun, ketika ayah memperkosa saya," katanya. Di depan pengadilan, dia mengaku tak tahu alasan kenapa tega memperkosa darah dagingnya sendiri.
Meningkatnya kasus pedofil membuka mata rakyat Prancis. "Sebelumnya kami tidak tahu," kata Thierry Choubrac, psikolog anak. "Kini ternyata ada lebih banyak pedofil dan inses di Prancis daripada sebelumnya." Dia yakin kasus pedofil di Angers itu sering terjadi sebelumnya, tapi terpendam sebagai rahasia kelam keluarga.
Kini sebagian besar bocah malang itu hidup dengan keluarga asuh. Ada yang punya masalah makan, dan lainnya menjadi agresif saat didekati orang asing, atau menjadi anak yang pendiam. "Pengadilan ini merupakan panggung penting untuk membangun kembali hidup mereka," ujar pengacara Meriem Baba-Ronciere.
Raihul Fadjri (AFP, BBC, Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo