Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Lintas Internasional

7 Maret 2005 | 00.00 WIB

Lintas Internasional
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Irak Bom Mobil Lagi

DUA bom mobil meledak di Irak, Kamis pekan lalu. Satu di dekat kantor Kementerian Dalam Negeri, di wilayah timur Bagdad, satunya di Baquba, Bagdad barat. Sedikitnya lima orang tewas. Sasaran ledakan pertama ditengarai sebuah pos polisi yang berdekatan dengan lokasi kejadian.

Pagi itu pihak keamanan Irak yang sedang bertugas melihat sebuah kendaraan menyeruduk ke arah penjagaan. Penjaga langsung menembaki mobil, yang segera meledak. ”Pengaruh ledakannya kecil, tapi asapnya membuat kami tak bisa melihat apa-apa,” kata seorang penjaga.

Ketika para penjaga sibuk mengatasi keadaan, sebuah jip Cherokee melesat dan menabrakkan diri ke arah pos penjagaan. ”Kami sempat mencoba mencegah dengan berondongan tembakan,” kata seorang polisi, sebagaimana dikutip BBC. Upaya itu terlambat.

Sehari sebelumnya, 13 orang tewas ketika dua bom mobil meledakkan diri ke sebuah konvoi pasukan Irak. Dalam catatan kantor berita AP, selama Januari lalu 234 orang tewas karena bom mobil. Sedangkan bulan lalu tercatat 311 orang tewas dan 433 cedera.

Hakim Kasus Saddam Dibunuh

NAHAS benar nasib Hakim Mohammad Mahmud al-Merwani dan pengacara Aryan Barwez al-Merwani. Ayah dan anak itu dibunuh ketika sedang mempersiapkan proses peradilan atas rezim mantan Presiden Irak, Saddam Hussein. Mohammad dan putranya tewas ditembak ketika berangkat ke kantor mereka di Bagdad, Selasa pekan lalu. Mereka sebenarnya sedang mengejar tenggat 40 hari untuk mengadili Barzan Ibrahim al-Hassan al-Tikriti, saudara tiri Saddam, mantan Presiden Taha Yassin Ramadan, serta tiga anggota rezim lainnya.

Pada hari yang sama, segerombolan orang bersenjata juga menembak Wayed al-Jadr, hakim yang juga terlibat dalam pengadilan Saddam. Tiga peluru bersarang di tubuh Wayed. Kendati demikian, pernyataan resmi yang dikeluarkan pengadilan khusus rezim Saddam menyatakan, kedua peristiwa itu tidak terkait dengan aktivitas para korban saat ini. ”Hakim Al-Merwani dibunuh bukan karena ia bekerja di pengadilan khusus, tetapi karena masalah pribadi,” demikian pernyataan itu.

Pengadilan rezim Saddam beranggotakan 30 hakim dan 20 jaksa. Rencananya, pengadilan akan memiliki beberapa kamar sidang, yang masing-masing dipimpin lima hakim. Meskipun namanya tidak pernah dipublikasikan, para hakim itu mengatakan sering mendapat tekanan dan ancaman. Penembakan itu merupakan kejadian pertama bagi para hakim itu.

Wartawati Ditembak AS

Giuliana Sgrena, 57 tahun, diberondong peluru tentara Amerika, Jumat malam. Wartawati Italia ini ditembak justru setelah lepas dari penculikan. Dalam perjalanan menuju bandar udara Bagdad, Giuliana, didampingi dinas intelijen Italia, Nicolas Calipari, diberondong tembakan. Nicolas tewas. Giuliana dilarikan ke rumah sakit.

Wartawan koran Il Manifesto itu diculik sekelompok orang tak dikenal di Bagdad, 4 Februari lalu. Upaya pembebasan dilakukan masyarakat dan koleganya di Italia. Ratusan ribu orang turun ke jalan. Koleganya meminta pembebasan Giuliana dengan berbagai argumen.

Prancis Pengadilan Kejahatan Seks Terbesar

DALAM sejarah peradilan kejahatan seks di Prancis, ini adalah pengadilan terbesar: 39 pria dan 27 wanita disidang dalam sebuah pengadilan terbuka di Kota Angers, bagian barat Prancis, Jumat pekan lalu. Mereka dituduh melakukan kejahatan seks dengan cara mencabuli sedikitnya 45 anak.

Pengadilan yang sedianya dimulai empat bulan lalu itu melibatkan sedikitnya 60 pengacara, 25 ribu halaman barang bukti yang terekam dalam CD-Rom, dan lebih dari 200 saksi. Para korban sengaja tidak ditampilkan dalam sidang itu. Pemerintah harus mengeluarkan dana tak kurang dari 1 juta euro (sekitar Rp 11 miliar) untuk mendanai persidangan. Para terdakwa akan diancam dengan hukuman penjara sampai 30 tahun.

Masyarakat Prancis sendiri sangat terkejut, betapa sebuah kejahatan besar yang melibatkan sekian banyak pelaku dan korban bisa tidak terdeteksi polisi dan pihak berwenang di sana. ”Salah seorang ayah korban malah menjual putrinya hanya untuk mengganti ban mobil,” kata pengacara Philippe Cosnard.

Nepal Menciduk Aktivis Prodemokrasi

NEPAL menjadi negara yang tidak nyaman bagi para aktivis prodemokrasi. Kamis pekan lalu, polisi menangkap sedikitnya enam aktivis politik negeri itu, yang selama ini giat menentang langkah Raja Nepal, Gyanendra, mengambil alih pemerintahan, awal Februari lalu. Para aktivis itu juga menentang kebijakan Raja memberlakukan keadaan darurat dan memberangus kebebasan pers.

Pada hari yang sama polisi juga menciduk Bal Dev Sharma, bekas anggota parlemen. Lusinan aktivis politik, termasuk pemimpin partai besar yang mengorganisasi aksi demonstrasi, disekap dalam tahanan rumah, dijebloskan ke penjara.

Gyanendra melarang aksi demonstrasi yang menentang kebijakannya. Menurut Gyanendra. Sejak 1996 tercatat 11 ribu nyawa melayang dalam upaya memadamkan pemberontakan Maois.

Hong Kong Tung ’Si Buruk Muka’ Mundur

DUA tahun menjelang pergantian kepemimpinannya, Tung Chee Hwa menyatakan mundur, Selasa pekan lalu. Media massa di Hong Kong pun meributkan pengunduran diri pemimpin pemerintahan bekas koloni Inggris itu. Menurut seorang sumber di Beijing, Tung, 67 tahun, mundur dengan alasan kesehatan, dan pemerintah Beijing menerima pengunduran dirinya.

Berbagai reaksi muncul. Tung dianggap gagal menangani krisis keuangan yang melanda kawasan Asia pada 1997, dan wabah SARS pada 2003. Ia juga dianggap sebagai ”si buruk muka” bagi gerakan prodemokrasi, yang mulai meledak tahun lalu.

Menurut Emily Lau, anggota parlemen dari kubu prodemokrasi, pengunduran diri Tung dianggap sebagai upaya Beijing mengontrol Hong Kong lebih ketat. Sebagai pengganti sementara, Cina menunjuk Donald Tsang, wakil Tung.

Ukraina Tewas Sebelum Bersaksi

MESTINYA Yuri Kravchenko bersaksi di pengadilan dalam kasus pembunuhan wartawan Georgiy Gongadze, Jumat pekan lalu. Namun, empat jam sebelum sidang, mantan Menteri Dalam Negeri Ukraina itu ditemukan tewas di rumahnya. Penyelidikan menyatakan, ia tewas bunuh diri. Kravchenko merupakan salah satu saksi kunci pembunuhan wartawan antikorupsi pada September 2000.

Dua pekan sebelumnya, Svyatoslav Piskun, jaksa penuntut umum untuk kasus ini, menyatakan para penyidik telah mengetahui dalang pembunuhan itu. ”Kami tahu siapa yang memberikan perintah,” kata Piskun kepada televisi Ukraina. Ia menyebut Gongadze dibunuh karyawan Departemen Dalam Negeri.

Saat ini tinggal dua orang yang disebut-sebut sebagai saksi kunci. Salah satunya adalah mantan Presiden Leonid Kuchma, yang dianggap mengetahui ihwal pembunuhan itu. Kuchma sendiri secara konsisten membantah mengetahui dan terlibat dalam aksi keji itu.

Wartawan tangguh Gongadze dibunuh secara mengenaskan di Kiev. Sebagian anggota tubuhnya ditemukan tercecer di sebuah hutan, beberapa hari setelah dieksekusi. Gongadze dikenal sebagai wartawan yang intens membongkar berbagai kasus korupsi di negara serpihan bekas Uni Soviet itu.

Amerika Serikat Merasa Senasib karena Tsunami

BENCANA gelombang Tsunami ternyata bisa menyatukan warga serumpun. Paling tidak, penduduk California, Amerika Serikat, yang berasal dari negara yang terkena amukan tsunami seperti Indonesia, Thailand, dan beberapa negara lain di Asia, menyatakan mempunyai ikatan yang kuat sebagai sesama bangsa Asia. Demikian temuan poling Bendixen & Associates of Coral Gables yang disiarkan oleh New California Media, pekan lalu.

Menurut laporan itu, 50 persen orang Asia di California, yang sebelumnya sangat primordial, kini lebih suka mengakui dirinya sebagai orang Asia. Sebagian besar mereka menyumbang korban tsunami. Populasi orang Asia hanya satu persen dari seluruh penduduk California, namun jumlah sumbangan mereka sekitar US$ 200 juta (Rp 1,8 triliun) atau 15 persen dari seluruh donasi warga AS yang mencapai US$ 1,2 miliar. Polling dilakukan dalam delapan bahasa dengan jumlah responden 706 orang Asia-Amerika, termasuk 100 orang Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus