PERABOT belasungkawa memang sudah disingkirkan dari Tembok Kremlin dan Lapangan Merah, Moskow. Tapi, hingga akhir pekan lalu, belum tampak isyarat yang pasti akan sepak terjang Konstantin Ustinovich Chernenko, orang kuat baru Uni Soviet yang terpilih empat hari setelah kematian Yuri Vladimirovich Andropov. Pemilihan Chernenko, 72, memang menyodorkan sejumlah teka-teki. Ditilik dari umur rata-rata lelaki Soviet - 62 tahun pengikut setia Brezhnev ini jauh kedaluwarsa. Tambahan pula, birokrat partal ini sakit-sakitan. Tahun lalu, tiga bulan ia lenyap dari peredaran. Bahkan ketika meninggalkan Mausoleum Lenin, usai pemakaman Aridropov, ia dipapah turun tanga. Menurut dokter-dokter Barat, paling tidak Chernenko mengidap emphysema - semacam gangguan paru-paru. "Chernenko adalah sebuah misteri total," ujar Peter Hauslohner, ilmuwan politik pada Universitas Yale, AS. Chernenko tak punya keistimewaan memimpin Kariernya sebagian besar berkat katrolan Brezhnev. Ia juga tidak luar biasa dalam memecahkan persoalan. Ia tak memiliki Pengalaman, baik militer maupun diplomatik. Ketika akhirnya Andropov mangkat, Kamis petang itu, para Pengamat membayangkan pertarungan kekuasaan yang seru. Ternyata, tak tampak kegiatan istimewa, baik di pusat pemerintahan maupun di markas besar KGB, seperti pada saat Brezhnev wafat. Kedua belas anggota Politbiro yang ditinggalkan Andropov tampaknya sudah menjatuhkan pilihan. Seperti dikatakan Myron Rush, ilmuwan politik pada Universitas Cornell, AS, "karena tak ada anggota Politbiro yang memiliki kekuatan cukup besar, praktis tiap anggota memiliki kans yang sama." Dengan demikian, para pengamat Barat memandang Chernenko lebih sebagai "paus peralihan". Namun, persoalannya barangkali tidak demikian sederhana. Brezhnev pergi seraya meninggalkan tiga pengikutnya yang setia dalam Politbiro. Mereka adalah Perdana Menteri Nikolai Tikhonov, 78, Mikhail Solomentsev, 70, dan Chernenko. Kelompok ini, bersama Mendian Brezhnev, dijuIuki "Mafia Dnepropetrovsk". Andropov meninggalkan enam "pewaris". Yakni Menteri Luar Negeri Andrei Gromyko, 74 Menteri Pertahanan Dmitri Ustinov, 75 Mikhail Gorbachev, 52 Grigori Romanov, 60 Geidar Aliyev, 60 dan Vitaly Vorotnikov, 57. Di tengah kedua kelompok ini berdiri trio "independen": Dinmukhamed Kunayev, 72 Vladimir Shcherbitsky, 66 dan Viktor Grishin, 69. Pada saat terakhir, konon, kelompok "independen" ini bergabung memihak "Mafia Dnepropetrovsk". Ada alasan tertentu memang. Pembersihan yang sempat dilancarkan Andropov banyak melukai Provinsi Kazakhstan, Ukraina, dan Kota Moskow kampung dan kota leluhur Kunayev, Shcherbitsky, dan Grishin. Dari kelompok Andropov cukup banyak yang bisa diandalkan. Ustinov tadinya dianggap calon terkuat, apalagi mengingat pembatalan kunjungannya ke India, enam hari sebelum Andropov meninggal. Tapi, insinyur mesin yang sangat berjasa mengembangkan industri pertahanan Soviet ini tak memiliki basis di Sekretariat Partai syarat mutlak untuk mancal ke atas. Nama yang ramai diperbincangkan justru Gorbachev, anggota termuda Politbiro. Anak petani Stavropol ini khas generasi teknokrat muda idaman Andropov. Ia sarjana hukum lulusan Universitas Negara, Moskow, dan sarjana agronomi dari Institut Pertanian Stavropol. Pengetahuannya di bidang pertanian - titik paling rawan dalam perencanaan ekonomi Soviet - memberi Gorbachev tempat dalam Sekretariat Partai. Pada usia 49 tahun, ia dilantik menjadi anggota Politbiro. Andropov memang tak menyembunyikan sukacitanya terhadap Gorbachev. Pada upacara peringatan hari lahir Lenin, 22 April lalu, pria tegap tinggi berkepala sulah itu diberi kesempatan mengucapkan pidato penting. Andropov sendiri pertama kali tampil di depan umum dalam tugas dan kesempatan yang sama, 1964, di bawah pemerintahan Khrushchev. Ternyata, semua perhitungan yang memihak kaum teknokrat meleset. Jerry Hough, ahli Soviet pada Lembaga Brookings dan Universitas Duke, ikut terperosok ketika meramal, "tanda-tanda yang normal mengacu pada terpilihnya Gorbachev." Ternyata, Soviet belum berpaling dan gerontokrasi - pemerintahan para pemimpin gaek. Tak kalah menarik bahwa Chernenko tampak masih menaruh dendam terhadap Andropov, saingan kerasnya setelah kematian Brezhnev. Waktu memberikan penghormatan terakhir pada jenazah Andropov, ia mengangkat tangan hanya dalam beberapa detik. Radio Moskow tak meratap sehari suntuk, seperti pada peristiwa kematian Brezhnev. Bahkan tak lama setelah menyiarkan berita kematian Andropov, radio dan televisi negara kembali melaporkan jalannya Olimpiade Musim Dingin di Sarajevo, Yugoslavia. ADA pula cerita kecil lain. Ketika para anggota Politbiro mulai mengambil tempat di balkon Kremlin, pengeras suara menangkap bisik seseorang: "Jangan membuka topi" Tak jelas dari mana perintah itu. Yang kemudian terjadi, para anggota Politbiro memang tidak melepas topi barang sesaat untuk menghormati Andropov. Meskipun demikian, diperkirakan bahwa Chernenko tidak akan menikmati kemenanan mutlak. Pemerintahannya akan banyak tergantung pada keputusan kolektif. Dalam masalah pertahanan dan diplomasi, suara Ustinov dan Gromyko pasti menentukan. Wakil Presiden AS, George Bush, yang banyak memuji penguasa baru Kremlin itu, bahkan mengatakan, "tak boleh mengharap terlalu awal bagi hubungan AS-US yang lebih hangat."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini