Di balik suasana akrab

KETIGA pemimpin itu bagaikan sobat kental, rukun melangkah dalam suasana akrab, menuju Ruang Lonjong Gedung Putih. Juru potret sibuk merekam peristiwa bersejarah itu: Presiden AS Ronald Reagan, Presiden Mesir Husni Mubarak, dan Raja Hussein dari Yordania bertemu pertama kalinya untuk membahas upaya perdamaian di Timur Tengah. Mubarak secara agak mengejutkan telah mendesak Reagan agar bersedia berunding dengan pemimpin PLO Yasser Arafat. Ia tak luput memuji Arafat sebagai pemimpin bertanggung jawab yang menunjukkan keberanian pada saat-saat paling sukar. Bagaimana sikap Reagan? Ini baru jelas tiga hari kemudian, ketika Washington mengulangi janji pada Israel untuk tidak berhubungan dengan PLO. Mubarak sendiri sudah menduga akan begitu. "Mereka tentu menolak usul saya itu," katanya menjawab para wartawan dalam satu kesempatan di luar Gedung Putih. Tak lupa Mubarak menegaskan bahwa kunci pertama pemecahan konflik Timur Tengah ialah penarikan mundur tanpa syarat tentara Israel dari Llbanon. Banyak pengamat mengkhawatirkan pertemuan segitiga Washington itu tidak akan melanjut ke tingkat lebih serius, karena Reagan tetap melihat krisis Timur Tengah dari kepentingan Israel. Dalam sikap seperti itu, AS tidak akan pernah bisa berbuat banyak. Seorang pengamat bahkan berkata, "Pemerintah AS tidak pernah menawarkan suatu terobosan yang hisa mengantarkan krisis Timur Tengah ke arah penyelesaian yang tuntas." terobosan itu juga tidak ditawarkan baik Hussein maupun Mubarak.