Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengunjuk rasa di Bangladesh mendesak agar peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus memimpin pemerintahan sementara setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu. Nahid Islam, seorang mahasiswa sosiologi berusia 26 tahun yang mempelopori gerakan protes terhadap kuota pegawai negeri itu mengatakan dalam sebuah unggahan video di media sosial bahwa Yunus telah setuju untuk mengambil alih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ingin melihat prosesnya berjalan besok pagi," kata Islam pada Senin malam. "Kami mendesak presiden untuk mengambil langkah-langkah sesegera mungkin untuk membentuk pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Dr. Yunus."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyelenggara protes dijadwalkan bertemu pejabat militer pada hari Selasa, kata militer dalam sebuah pernyataan.
Islam mengatakan para mahasiswa tidak akan menerima pemerintahan yang dipimpin tentara. “Kami telah memberikan darah kami, menjadi martir, dan kami harus memenuhi janji kami untuk membangun Bangladesh baru,” katanya.
"Tidak ada pemerintahan lain selain yang diusulkan oleh para mahasiswa yang akan diterima. Seperti yang telah kami katakan, tidak ada pemerintahan militer, atau pemerintahan yang didukung oleh militer, atau pemerintahan fasis, yang akan diterima."
Yunus, 84, menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2006 setelah ia memelopori pinjaman mikro. Dikenal sebagai "bankir bagi kaum miskin", ia menghadapi tuduhan korupsi di Bangladesh dan diadili selama pemerintahan Hasina. Ia tetap bersikeras bahwa tuduhan terhadapnya bermotif politik.
Juru bicara Yunus mengatakan dia telah menerima permintaan para mahasiswa untuk menjadi penasihat pemerintah sementara. Pemenang Nobel itu akan kembali ke Bangladesh "segera" setelah menjalani prosedur medis kecil di Paris, kata juru bicara itu.
Usai Hasina mengundurkan diri, situasi di ibu kota Bangladesh, Dhaka, berangsur pulih. Meski masih ada ketegangan, para mahasiswa meminta agar rakyat Bangladesh tenang.
Menyusul penggulingan Hasina pada hari Senin, panglima militer Jenderal Waker-Uz-Zaman mengatakan untuk sementara mengambil alih kendali negara. Tentara mencoba membendung kerusuhan yang berkembang.
Ia mengatakan telah mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin partai politik utama, kecuali Liga Awami yang berkuasa lama di bawah Hasina. Ia mengumumkan Bangladesh akan dipimpin pemerintahan sementara.
Zaman juga berjanji akan menyelidiki kematian sedikitnya 135 orang di seluruh Bangladesh sejak pertengahan Juli. Inia dalah pertumpahan darah terburuk di negara itu sejak perang kemerdekaan pada 1971. "Tetap percaya pada militer. Kami akan menyelidiki semua pembunuhan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab," katanya.
Mohammed Shahabuddin, Presiden Bangladesh, mengumumkan bahwa pemerintah sementara akan menyelenggarakan pemilihan umum baru sesegera mungkin. Ia mengatakan bahwa telah "diputuskan dengan suara bulat" untuk segera membebaskan ketua oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan musuh bebuyutan Hasina, Begum Khaleda Zia. Ia dihukum dalam kasus korupsi pada 2018 tetapi dipindahkan ke rumah sakit setahun kemudian karena kesehatannya memburuk.
AL JAZEERA | REUTERS
Pilihan editor: 41 Daftar Negara di Amerika Utara dan Ibukotanya