NASIB 50 orang Amerika yang disekap mahasiswa militan di Teheran
selama 7 bulan itu tampaknya masih akan terkatung-katung. Bahkan
bayangan semula akan adanya penyelesaian setelah Majlis
(Parlemen) dilantik juga semakin kabur. Yadollah Sahabi,
penjabat ketua Majlis, mengatakan pada radio Teheran bahwa
pembicaraan mengenai masalah sandera baru akan berlangsung akhir
Juli.
Bertepatan dengan pelantikan Majlis pekan lalu, mahasiswa
militan mengingatkan kembali pesan Ayatullah Rohullah Khomeini
pada hari-hari pertama penyanderaan itu "Para sandera tidak akan
dibebaskan jika Syah dan seluruh harta kekayaannya tidak
dikembalikan ke Iran. Setiap keputusan yang lain dari ini harus
dijelaskan dengan alasan yang tepat kepada rakyat Iran."
Pernyataan serupa ini tentu saja bukan hal yang baru. Tapi
selama pembukaan sidang Majlis itu tidak satu pembicara pun yang
menyebut masalah sandera. Sidang itu yang diawali dengan
pembacaan ayat suci Al Quran hanya dihadiri 234 anggota. Masih
36 kursi belum terisi karena beberapa daerah belum melangsungkan
pemilu di samping adanya pertikaian soal penghitungan suara.
Ayatullah Khomeini menyampaikan pesan yang dibacakan putranya,
Sayed Ahmad Khomeini, supaya Majlis menjunjung hukum Islam dan
mempcrhatikan keadaan kaum tertindas. Sementara Presiden
Abolhasan Bani Sadr secara panjang lebar membeberkan masalah
yang dihadapi Iran, terutama tentang keadaan ekonomi yang
semakin memburuk.
Selama ini keadaan ekonomi Iran rupanya di luar jangkauan
pemikiran kaum mahasiswa militan dan para mullah yang berhaluan
keras. Mereka disibukkan oleh tuntutan utama supaya Syah
dikembalikan dan diadili. Penduduk Iran terutama kaum ibu mulai
mempersoalkan kenaikan harga bahan makanan yang meroket.
Berbelanja di Teheran, orang kini mengeluh karena harus membayar
sekitar Rp 2500 untuk 4,6 ons daging yang berisi lemak dan
tulang.
Seorang bankir mengeluh, "inflasi sudah sampai 50% dan tak ada
yang tahu kapan itu akan berhenti." Dan Bank Sentral Iran
mengumumkan bahwa pada April dan Mei harga barang di wilayah
perkotaan naik 25,6% dari awal tahun ini. Sedang harga sayuran
meningkat sampai 57% dan daging sekitar 30,5%.
Itu pun tidak mudah dibeli. Sekarang setiap orang hanya dapat
membeli 1 kg daging dan satu botol susu untuk satu keluarga.
Tidak peduli berapa besar jumlah keluarganya.
Lebih parah lagi ialah industri Iran sekarang hampir berhenti
sama sekali. Terutama karena kekurangan bahan baku. Dan produksi
minyaknya juga menurun ke 500 ribu barrel sehari, dibanding
sebelum revolusi berkisar 6 juta barrel.
Kenyataan ini akhirnya mengecewakan rakyat banyak. Apalagi
sedang terjadi suatu perubahan yang besar dalam gaya hidup
sebagian ulama. Ada ulama yang sekarang ini mengendarai mobil
Mercedes baru atau Chevrolet.
Ada yang menduga bahwa aksi pengambil alihan - dana yang
ditinggalkan Syah Iran memancurkan rezeki. Bahkan koran-koran
Iran banyak menyoroti beberapa tokoh agama yang menyimpan uang
jutaan dollar di perbankan luar negeri. Namun Khomeini telah
memperingatkan para ulama untuk tidak melakukan penyelewengan.
Ia juga sudah memerintahkan supaya diselidiki ke mana perginya
dana yang ditinggalkan Syah.
Semakin Dikucilkan
Dalam keadaan serupa ini tekanan terhadap Iran datang
bertubi-tubi. Mahkamah Internasional yang bersidang di Den Haag,
sekali lagi memerintahkan agar Iran segera membebaskan sandera.
Negara Masyarakat Ekonomi Eropa telah mengikuti jejak AS dalam
mengenakan sanksi ekonomi terhadap Iran, walaupun tidak sekeras
yang diharapkan AS. Inggris, misalnya hanya melarang dibukanya
kontrak baru dalam perdagangan dengan Iran.
Sulit untuk menduga apakah Iran mampu menghadapi sanksi ekonomi
oleh AS dan sekutunya. Ternyata Iran masih belum segera mengubah
sikapnya mengenai masalah sandera.
Menurut seorang pejabat AS, sanksi yang dilancarkan negara MEE
itu tidak lebih dari simbol suatu solidaritas. "Tak seorang pun
yang percaya bahwa dengan sanksi itu Iran akan bertekuk lutut,
katanya.
Sanksi ekonomi itu menimbulkan kesan bahwa Iran sekarang semakin
dikucilkan oleh AS dan sekutunya. Tapi Kanselir Bruno Kreisky
dari Austria yang berkunjung ke Iran pekan lalu, bersama
delegasi Sosialis Internasional, mengatakan bahwa sanksi itu
hanya akan menunda pembebasan sandera. "Jika ada tekanan baru,
ini akan melahirkan problem baru," ujarnya.
Dalam poll pendapat yang diselenggarakan koran Kahyan, dari 31
anggota Majlis, 17 menghendaki para sandera diadili, sedang 7
menghendaki tindakan keras tanpa pengadilan. Koran itu
menyimpulkan bahwa pendapat mayoritas di Majlis akan setuju bila
sandera itu diadili. Tapi dari Washington, Presiden Carter telah
memperingatkan Iran bahwa bila sandera diadili, AS akan
mengambil tindakan tegas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini