Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Majelis Baru, Mercedes Baru

Pelantikan majelis Iran, yadollah sahabi dipilih sebagai penjabat ketua majelis. keadaan ekonomi iran makin memburuk & muncul orang kaya baru sementara inflasi mengamuk & soal sandera mengambang.(ln)

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NASIB 50 orang Amerika yang disekap mahasiswa militan di Teheran selama 7 bulan itu tampaknya masih akan terkatung-katung. Bahkan bayangan semula akan adanya penyelesaian setelah Majlis (Parlemen) dilantik juga semakin kabur. Yadollah Sahabi, penjabat ketua Majlis, mengatakan pada radio Teheran bahwa pembicaraan mengenai masalah sandera baru akan berlangsung akhir Juli. Bertepatan dengan pelantikan Majlis pekan lalu, mahasiswa militan mengingatkan kembali pesan Ayatullah Rohullah Khomeini pada hari-hari pertama penyanderaan itu "Para sandera tidak akan dibebaskan jika Syah dan seluruh harta kekayaannya tidak dikembalikan ke Iran. Setiap keputusan yang lain dari ini harus dijelaskan dengan alasan yang tepat kepada rakyat Iran." Pernyataan serupa ini tentu saja bukan hal yang baru. Tapi selama pembukaan sidang Majlis itu tidak satu pembicara pun yang menyebut masalah sandera. Sidang itu yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran hanya dihadiri 234 anggota. Masih 36 kursi belum terisi karena beberapa daerah belum melangsungkan pemilu di samping adanya pertikaian soal penghitungan suara. Ayatullah Khomeini menyampaikan pesan yang dibacakan putranya, Sayed Ahmad Khomeini, supaya Majlis menjunjung hukum Islam dan mempcrhatikan keadaan kaum tertindas. Sementara Presiden Abolhasan Bani Sadr secara panjang lebar membeberkan masalah yang dihadapi Iran, terutama tentang keadaan ekonomi yang semakin memburuk. Selama ini keadaan ekonomi Iran rupanya di luar jangkauan pemikiran kaum mahasiswa militan dan para mullah yang berhaluan keras. Mereka disibukkan oleh tuntutan utama supaya Syah dikembalikan dan diadili. Penduduk Iran terutama kaum ibu mulai mempersoalkan kenaikan harga bahan makanan yang meroket. Berbelanja di Teheran, orang kini mengeluh karena harus membayar sekitar Rp 2500 untuk 4,6 ons daging yang berisi lemak dan tulang. Seorang bankir mengeluh, "inflasi sudah sampai 50% dan tak ada yang tahu kapan itu akan berhenti." Dan Bank Sentral Iran mengumumkan bahwa pada April dan Mei harga barang di wilayah perkotaan naik 25,6% dari awal tahun ini. Sedang harga sayuran meningkat sampai 57% dan daging sekitar 30,5%. Itu pun tidak mudah dibeli. Sekarang setiap orang hanya dapat membeli 1 kg daging dan satu botol susu untuk satu keluarga. Tidak peduli berapa besar jumlah keluarganya. Lebih parah lagi ialah industri Iran sekarang hampir berhenti sama sekali. Terutama karena kekurangan bahan baku. Dan produksi minyaknya juga menurun ke 500 ribu barrel sehari, dibanding sebelum revolusi berkisar 6 juta barrel. Kenyataan ini akhirnya mengecewakan rakyat banyak. Apalagi sedang terjadi suatu perubahan yang besar dalam gaya hidup sebagian ulama. Ada ulama yang sekarang ini mengendarai mobil Mercedes baru atau Chevrolet. Ada yang menduga bahwa aksi pengambil alihan - dana yang ditinggalkan Syah Iran memancurkan rezeki. Bahkan koran-koran Iran banyak menyoroti beberapa tokoh agama yang menyimpan uang jutaan dollar di perbankan luar negeri. Namun Khomeini telah memperingatkan para ulama untuk tidak melakukan penyelewengan. Ia juga sudah memerintahkan supaya diselidiki ke mana perginya dana yang ditinggalkan Syah. Semakin Dikucilkan Dalam keadaan serupa ini tekanan terhadap Iran datang bertubi-tubi. Mahkamah Internasional yang bersidang di Den Haag, sekali lagi memerintahkan agar Iran segera membebaskan sandera. Negara Masyarakat Ekonomi Eropa telah mengikuti jejak AS dalam mengenakan sanksi ekonomi terhadap Iran, walaupun tidak sekeras yang diharapkan AS. Inggris, misalnya hanya melarang dibukanya kontrak baru dalam perdagangan dengan Iran. Sulit untuk menduga apakah Iran mampu menghadapi sanksi ekonomi oleh AS dan sekutunya. Ternyata Iran masih belum segera mengubah sikapnya mengenai masalah sandera. Menurut seorang pejabat AS, sanksi yang dilancarkan negara MEE itu tidak lebih dari simbol suatu solidaritas. "Tak seorang pun yang percaya bahwa dengan sanksi itu Iran akan bertekuk lutut, katanya. Sanksi ekonomi itu menimbulkan kesan bahwa Iran sekarang semakin dikucilkan oleh AS dan sekutunya. Tapi Kanselir Bruno Kreisky dari Austria yang berkunjung ke Iran pekan lalu, bersama delegasi Sosialis Internasional, mengatakan bahwa sanksi itu hanya akan menunda pembebasan sandera. "Jika ada tekanan baru, ini akan melahirkan problem baru," ujarnya. Dalam poll pendapat yang diselenggarakan koran Kahyan, dari 31 anggota Majlis, 17 menghendaki para sandera diadili, sedang 7 menghendaki tindakan keras tanpa pengadilan. Koran itu menyimpulkan bahwa pendapat mayoritas di Majlis akan setuju bila sandera itu diadili. Tapi dari Washington, Presiden Carter telah memperingatkan Iran bahwa bila sandera diadili, AS akan mengambil tindakan tegas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus