Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Keesaan 30 tahun

Hut dewan gereja-gereja di indonesia (dgi) yang ke-30 diadakan di jakarta dengan tema pokok kesadaran keesaan. dalam sidang raya ix di tomohon yang akan datang akan dibicarakan masalah pelayanan kemasyarakatan.

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADAPUN lambang pemersatu di kalangan Protestan adalah Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI), yang 25 Mei kemarin merayakan HUT-nya ke-30. Di gedung Graha Purna Yudha, Jakarta, di hadapan hadirin yang memenuhi sekitar separuh tempat duduk, salah seorang ketua DGI Dr. P.D. Latuihamallo menyampaikan pesan agar seluruh jemaat merasa terpanggil menjadi "senjata-senjata kebenaran dan keadilan". Tema keadilan, seperti juga hak asasi, tentulah bukan satu-satunya yang perlu ditekankan, meskipun masalah sehubungan dengan itu sering disinggung beberapa tahun terakhir ini. Dalam pesan HUT itu juga diingatkan tugas pemberitaan injil dengan bijaksana. Juga perlunya penuangan kesadaran 'keesaan' dalam kegiatan yang nyata. Dan kesadaran keesaan Gerejalah memang yang merupakan tema pokok DGI. Ada masanya ketika gerak oikoumene itu dipahami sebagai cita-cita ketunggalan eklesiastik alias konfesi. Misalnya di tahun-tahun 50-an, segera sesudah organisasi ini berdiri dengan hanya 18 Gereja. Tetapi Protestantisme adalah Gereja-Gereja yang lahir dari induk sendiri-sendiri (di Eropa Barat dan kemudian Amerika) yang tak saling kenal. Keesaan eklesiastik menjadi terasa muluk. Karena itu orang kemudian lebih banyak memikirkan rasa kebersamaan dalam tindakan. Pada dasawarsa 60-an misalnya Gereja anggota yang sudah menjadi semakin banyak itu menyadari perlunya pembenahan bersama dalam hal kesaksian alias pengabaran injil. Seentara pada dasawarsa terakhir, masalah pelayanan kemasyarakatan mendapat tekanan lebih besar. Ada misalnya yang disebut 'motivator pembangunan'. Mereka ini dicetak untuk disebarkan ke berbagai desa, khususnya ke lingkungan jemaat yang bukan dari Gereja yang sama. Dengan begitu mereka bahkan lebih efektif sebagai 'agen keesaan'. Dan masalah pelayanan itu pula, dalam berbagai bentuknya, yang direncanakan mendapat porsi besar dalam Sidang Raya (diadakan 4 tahun sekali) ke-9 di Tomohon, Sul-Ut. Pindah Gereja Tentu, keesaan eklesiastik bukan pula hal yang tak boleh dibayangkan. Dr. Soritua Nababan, sekjen-DGI, menunjukkan kepada TEMPO bahwa dengan berkembangnya cita-cita oiko llmene tersebu, perpindahan seorang Kristen misalnya dari satu Gereja ke Gereja lain yang berbeda konfesi menjadi mudah. Lain dari itu juga ada kebaktian oikoumenis, yang menerima jemaat tanpa pandang aliran. Dan jangan dilupakan dilakukannya konsultasi teologi antar Gereja. Disayangkan oleh Nababan, konsultasi tersebut sudah sekian lama terhenti- "karena tantangan pembangunan yang lain". Lebih dari itu tidak pula bisa dikatakan, bahwa pikiran-pikiran oikoumenis yang maju dengan cepat terserap di bawah. Di lapisan ini masih cukup besar pertentangan atau persainan antar Gereja -- antara lain sejalan dengan masalah kultur maupun suku, yang di sana-sini terjalin dalam tata ibadat. Bahkan banyak dari mereka yang belum tahu jelas apa sebenarnya DGI. Dan memang, organisasi ini hanya mencakup sebagian Gereja yang ada: 50 Gereja-anggota sekarang, dari sekitar 270 Gereja di tanah air, dengan perkiraan umat 71 juta. Tapi, dalam usianya yang 30 tahun, DGI memang satu-satunya gabungan yang sudah merebut wibawa. Dan tentunya salah satu kawan bicara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus