Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jurus Damai Dari Arab Saudi

Arab saudi berusaha untuk menyelesaikan konflik mesir-israel di luar perjanjian camp david. kini pangeran fahd setuju menggunakan resolusi dk-pbb 242 sebagai dasar penyelesaian damai.

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARAB Saudi tampaknya akan memainkan peran penting dalam penyelesaian masalah Timur Tengah. Terutama sejak macetnya perundingan Mesir-lsrael mengenai otonomi Palestina awal Mei. "Jika Israel menyatakan kesungguhannya untuk mundur dari wilayah yang didudukinya sejak perang 1967, Saudi akan mengajak negara Arab lainnya dan bangsa Palestina untuk bekerja sama bagi penyelesaian sepenuhnya," kata Pangeran Fahd bin Abdul Aziz al Saud. Hal ini yang dikemukakannya di Riyadh dalam wawancara Katharine Graham, ketua The Wasbington Post Co., tentu saja agak mengejutkan. Apalagi selama ini Saudi termasuk kelompok negara Arab yang secara keras menyerang perjanjian Camp David yang disponsori AS. Bahkan sebelumnya Saudi tidak mengakui resolusi Dewan Keamanan PBB 242 sebagai dasar suatu perjanjian. Karena dalam resolusi itu disebutkan perlunya jaminan keamanan bagi Israel sebagai imbalan terhadap mundurnya Israel dari wilayah yang didudukinya. Dan resolusi ini menempatkan bangsa Palestina tidak lebih sebagai pengungsi. Tapi sekarang Fahd yang juga putra mahkota Arab Saudi punya sikap lain. Ia bahkan setuju untuk menggunakan resolusi DK-PBB 242 itu sebagai dasar pembicaraan bagi penyelesaian damai. Namun kemudiau pada Kantor Berita Marokko, dia menyebutkan bahwa isi wawancara Washington Post itu telah disalah tafsirkan. "Arab Saudi tidak akan mengambil inisiatif untuk menyelesaikan konflik Arab-lsrael tanpa ada konsensus dari negara Arab lainnya," ujarnya. Jalan Baru Begitupun, PM Israel Menachem Begin telah mengundang Pangeran Fahd untuk berkunjung ke Jerusalem. Begin juga memintanya untuk berbicara di Knesset, (parlemen Israel). Walaupun Israel sama sekali menolak usul Fahd mengenai persyaratan harus mundur dari wilayah yang didudukinya. "Saya mengundangnya. Barangkali dia bisa meyakinkan saya atau saya yang akan meyakinkannya," ujar Begin. Sementara itu pemimpin Partai Buruh, Shimon Peres, menanggapi pernyataan Fahd itu dengan sangat serius. "Kesediaan untuk berunding atas dasar resolusi DK-PBB 242 itu merupakan tanggapan yang benar," ujar Peres. Buat Israel ini tentu saja sangat menguntungkan, karena dengan dasar itu pembicaraan mengenai hak bangsa Palestina untuk berpemerintahan sendiri bisa dikesampingkan. Tapi Fahd rupanya sudah memperkirakan lebih dahulu. "Hak bangsa Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri merupakan kunci bagi penyelesaian damai," ujarnya. Apakah Fahd akan menerima tawaran Begin? Kelihatannya tidak. Tapi usaha Saudi untuk ikut menyelesaikan konflik Arab-lsrael itu mungkin merupakan jalan baru setelah perundingan Mesir-lsrael macet. Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) belakangan ini juga kelihatan mulai aktif memainkan peran bagi penyelesaian konflik itu. Sebuah sumber diplomatik, seperti dikutip Reuter, mengatakan bahwa inisiatif negara MEE akan muncul dalam bentuk resolusi DK-PBB yang menghimbau agar diberikan hak menentukan nasib sendiri kepada bangsa Palestina. Tapi sumber itu percaya resolusi semacam itu hanya akan melengkapi resolusi sebelumnya. bengan kata lain bukan untuk menggantikan resolusi DK-PBB 242 yang sudah menjadi petunjuk bagi penyelesaian konflik Timur Tengah secara menyeluruh. AS telah memperingatkan bahwa rencana negara-negara Eropa bagi penyelesaian serupa ltU akan merusak perundingan Mesir-lsrael yang merupakan kelanjutan perjanjian Camp David. Raja Hussein dari Jordania dalam wawancara Al Majallab, mingguan berbahasa Arab yang terbit di London, mengatakan bahwa inisiatif MEE untuk membantu proses perdamaian di Timur Tengah akan berarti kembali pada kerangka yang tepat bagi suatu penyelesaian. Dan ia menilai usaha MEE itu akan sejalan dengan resolusi pertemuan puncak negara Arab. Memang mungkin ini adalah saat yang tepat buat negara Arab muncul untuk menawarkan alternatif. Sejak persetujuan Camp David ditandatangani Maret 1979, penyelesaian konflik Timur Tengah seakan-akan hanya tergantung pada Mesir dan Israel dengan AS sebagai sponsor. Padahal sebagian wilayah yang sekarang diduduki Israel adalah milik Jordania, seperti Tepi Barat Jordan. Dan ada juga wilayah Suriah yaitu Dataran Tlnggi Golan. Wasbington Post juga mewawancarai Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz, wakil PM dan panglima Angkatan Bersenjata Arab Saudi. Dia bahkan membayangkan akan adanya titik pertemuan antara Israel dan negara Arab. "Kami dan Jahudi adalah saudara sepupu. Sama-sama keturunan Semit. Sekarang di setiap negara Arab iklimnya sudah siap untuk damai," kata Pangeran Abdullah. Suatu titik terang barangkali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus