Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Malaysia Lockdown telah membuat panic buying pada Senin kemarin seiring kasus virus Corona yang terus meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan Malaymail, 17 Maret 2020, beredar foto dan video media sosial yang menunjukkan warga Malaysia berbondong-bondong ke supermarket atau toko sembako terdekat mereka untuk menyimpan bahan makanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antrean panjang terlihat di sebagian besar pusat perbelanjaan, dengan orang-orang memuat barang-barang ke troli dan mengosongkan rak seiring meningkatnya kecemasan bahwa pemerintah dapat menerapkan langkah-langkah penguncian untuk memerangi tingkat infeksi.
Seorang pengguna Twitter dengan akun @Mkhairulazri mengunggah foto-foto orang yang panik membeli di Tesco di Cheras.
"Ayo Malaysia...Tolong jangan melakukan panic buying. Lokasi: Tesco Cheras, 11:30," tulisnya.
R. Mages, 58 tahun, yang sedang berbelanja seperti biasa di Tesco di Cheras mengatakan bahwa kerumunan pembeli pada sore hari kerja adalah hal yang tidak biasa.
"Sepertinya orang-orang membeli bahan makanan karena Covid-19. Antrian panjang terlihat di semua konter," katanya.
Forget #tourism or #oil. The hottest business in #Malaysia right now is #groceries. Rumours of am impending lockdown are fuelling panic buying in #supermarkets. pic.twitter.com/Y2BRborw90
— Check-in Asia (@CheckinAsia) March 16, 2020
Sementara itu, Check-in Asia, sebuah perusahaan perjalanan dan perhotelan, berbagi foto orang-orang yang membeli bahan makanan di sebuah supermarket dan mengatakan bahwa bisnis terpanas saat ini di Malaysia adalah bahan makanan.
"Lupakan pariwisata atau minyak. Bisnis terpanas di Malaysia saat ini adalah bahan makanan. Rumor tentang penguncian yang akan datang memicu kepanikan membeli di supermarket," tulis perusahaan yang berbasis di Kuala Lumpur itu.
The Star juga melaporkan lalu lintas di Johor Causeway mulai meningkat satu jam setelah Malaysia memberlakukan perintah Lockdown menyusul kenaikan kasus COVID-19.
Rekaman dari Johor Causeway di situs web Onemotoring yang berbasis di Singapura pada pukul 11.28 malam pada hari Senin, menunjukkan bahwa kemacetan sudah mulai meningkat di jalan menuju pos pemeriksaan Woodlands di Singapura. Lalu lintas baru normal satu jam kemudian.
Akun Twitter Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Urusan Konsumen Malaysia (KPDNHEP) memperingatkan orang-orang untuk tidak menyebarkan berita palsu terkait COVID-19.
"Berita atau pesan yang berkaitan dengan saran dari Departemen Kesehatan mendesak orang untuk membeli bahan makanan dan tindakan penguncian adalah berita palsu," tulis KPDNHEP.
Pemandangan dari pos pemeriksaan Woodlands menuju Johor, seperti yang terlihat di situs web Onemotoring, 16 Maret 2020.[The Star]
KPDNHEP juga mengatakan pihaknya berharap warga Malaysia tidak akan panik membeli karena situasi ini akan menciptakan dampak negatif pada harga dan pasokan bahan makanan.
Pada akhirnya, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah memerintahkan penguncian sebagian dari semua kegiatan publik di negara itu dari 18 hingga 31 Maret pada Senin pukul 10:26 PM waktu Malaysia, dikutip dari Free Malaysia Today.
Pemerintah Malaysia telah mengeluarkan Perintah Kontrol Pergerakan yang menyerukan langkah-langkah, seperti melarang acara publik dan keagamaan, larangan perjalanan, larangan turis, penutupan sekolah dan lembaga pendidikan, sampai penutupan senagian bisnis kecuali sektor vital.
Sehari sebelum pengumuman Lockdown, Malaysia mengkonfirmasi 190 kasus COVID-19 baru, yang sebagian besar terkait dengan acara keagamaan yang berlangsung antara 28 Februari dan 1 Maret, di Sri Petaling, menjadikan total kasus virus Corona pada 438.
Angka ini merupakan lonjakan satu hari terbesar dalam kasus virus Corona di Malaysia hingga saat ini. Lonjakan ini juga membuat Malaysia menjadi negara Asia Tenggara yang paling parah terkena dampak virus Corona.