Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pencabutan undang-undang Section 377 tentang larangan hubungan seksual di kalangan gay di India pada 9 September 2018, bisa dibilang hasil kerja keras Manvendra Singh Gohil, 52 tahun. Manvendra adalah pangeran pewaris tahta Kerajaan Rajpipla yang terletak di negara bagian Gujarat barat, India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari abc.net.au pada Jumat, 21 September 2018, Manvendra merupakan pangeran India yang dikenal sangat terbuka dan pejuang hak-hak gay. Dia berkampanye tanpa lelah, bahkan sering menggunakan dana pribadi untuk memperjuangkan agar undang-undang Section 377 dicabut. India adalah negara bekas jajahan Inggris selama 160 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Saya sangat gembira. Kami memesan kue tar dengan tulisan 377 diatasnya. Kami memotong kue itu dan menari," kata Manvendra, mengenang saat undang-undang itu sah dicabut.
Manvendra menceritakan tidak memiliki ikatan batin dengan ibunya karena sejak kecil dirawat oleh pengasuh. Dia bahkan selama bertahun-tahun sempat mengira pengasuhnya adalah ibunya.
Pada usia ke 25 tahun, Manvendra menikah melalui sebuah perjodohan. Namun pernikahan itu hanya bertahan selama 15 bulan. Meski tidak lagi menjalin komunikasi, tetapi Manvendra melihat istrinya lebih bahagia dalam pernikahannya yang kedua.
Alasan terjadinya perceraian adalah impotensi. Manvendra mengatakan sangat umum salah persepsi di kalangan masyarakat India bahwa laki-laki gay adalah orang impoten.
Ibunya mencoba menyelamatkan reputasi keluarga dengan mendesak Manvendra agar melakukan tes kesehatan. Hasil tes membuktikan bahwa dia memang tidak impoten.
Manvendra menceritakan dia merasa seperti patung terbakar ketika mengungkapkan orientasi seksnya. Orang-orang yang dulu menghormatinya karena dia seorang pangeran dan memperlakukannya seperti Tuhan, mendadak berseru agar gelar kebangsawanannya dicopot.
"Leluhur saya telah dihormati selama berabad-abad, saya sangat bangga dengan hal itu dan saya tidak pula ingin mempermalukan mereka. Saya tidak menyalahkan orang-orang ini. Saya menyalahkan ketidakpedulian mereka, namun kalau saya ada diposisi mereka, saya pun mungkin akan melakukan hal sama," kata Manvendra.
Manvendra yang saat ini masih bergelar pangeran, berperan penting upaya melawan dalam putusan pengadilan tinggi Delhi pada 2009 yang mendiskriminasi seks di kalangan gay. Setelah empat tahun perjuangan, putusan ini lalu dibalikkan oleh Mahkamah Agung, dimana kalangan LGBT akhirnya bisa merasakan kebebasan.