Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menang, tapi kurang populer

Ali akbar rafsanjani memenangkan pemilihan presiden untuk kedua kalinya, tapi popularitasnya dinilai merosot.

19 Juni 1993 | 00.00 WIB

Menang, tapi kurang populer
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MENANG tapi menurun popularitasnya. Itulah yang dialami oleh Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, 58 tahun, yang akhir pekan lalu memenangkan pemilihan presiden di Iran. Dengan demikian, bekas ketua parlemen pada masa Ayatullah Khomeini itu berhak duduk di kursi kepresidenan untuk periode kedua, tahun 1993 sampai 1997 nanti. Dalam pemilu kali ini, Rafsanjani yang bernama asli Hojatoleslam Akbar Hashemi Behramani hanya meraih 63 persen dari 16,3 juta pemilih. Dalam pemilihan presiden empat tahun silam, ia meraih 94,5 persen suara. ''Ini menandakan rezim ini sedang kurang populer,'' ujar seorang pengamat Barat. Bahkan, Ahmed Tavakoli, bekas menteri perburuhan yang menjadi saingan ketatnya dalam pemilihan presiden ini, menyebutkan bahwa ''hasil pemilihan ini menunjukkan rakyat tak bahagia.'' Melorotnya kepopuleran Rafsanjani terletak pada kesulitan ekonomi yang diderita negeri berpenduduk 60 juta jiwa itu. Inflasi merayap setinggi 40 persen setahun, sedangkan utang luar negerinya sudah membubung sampai US$ 36 miliar. Namun, untuk mengatasi itu, Rafsanjani sudah berusaha keras. Antara lain, ia berhasil meyakinkan sejumlah negara untuk memberikan pinjaman senilai US$ 35 miliar. Utangnya senilai US$ 2,9 miliar juga sudah dijadwalkan kembali pembayarannya oleh sejumlah bank luar negeri, pekan lalu. Sejumlah pengamat Barat menduga, merosotnya ekonomi Iran antara lain disebabkan meningkatnya kasus korupsi di kalangan atas Iran. Ini akibat dari penanganan yang salah dari program nasionalisasi sejumlah perusahaan swasta dari zaman Syah Iran dulu, pada masa awal revousi Iran. Karena itulah, tak heran bila kaum mullah beraliran radikal yang kini banyak duduk di sejumlah industri milik negara tak bersedia mendukung program swastanisasi yang dilancarkan Rafsanjani, sejak empat tahun silam, ketika ia dilantik menjadi presiden Iran. Konon, mereka yang tak sepaham dengan Rafsanjani itu mencemaskan, kebijaksanaan presiden ini tak akan berhasil membuat ekonomi Iran bisa membayar utang jangka pendeknya yang sebesar US$ 3 miliar. Tapi besar kemungkinan para mullah itu takut kehilangan sumber rezekinya, bila perusahaan itu diswastakan. Padahal, langkah itu menjadi salah satu andalan program pembangunan lima tahun tahap kedua, yang akan diumumkan pekan depan, yakni meningkatan pendapatan minyak, gas, pembangunan pembangkit listrik, sarana telekomunikasi, transportasi, dan perumahan. Pelita pertama yang dianggarkan senilai US$ 112 miliar saja tak berhasil, apalagi pelita kedua ini. ''Kami khawatir, seberapa jauh presiden bisa melangkah,'' ujar seorang diplomat Barat. Melihat perkembangan ekonomi yang tak menggembirakan itu, Rafsanjani, yang biasa bekerja sehabis sembahyang subuh hingga hampir tengah malam ini, harus bekerja keras lagi. ''Saya berharap, pada akhir masa jabatan kedua, negeri ini akan berubah secara total,'' kata Rafsanjani, yang dijuluki Kuseh (ikan hiu) karena gaya sisiran rambutnya yang khas Mongolia itu. Mungkinkah ia bisa mendongkrak ekonomi Iran? Rafsanjani, yang dilahirkan dari keluarga miskin di Desa Behraman, mungkin harus berhati-hati. Ia mungkin perlu mendengar salah seorang pegawai negerinya yang mengatakan bahwa ketidakpuasan makin merebak setelah Ayatullah Khomeini wafat, empat tahun silam. ''Dulu kami bisa merasa senasib sepenanggungan,'' kata bapak tua berusia 52 tahun yang tak mau disebut namanya. ''Tapi kini perpecahan di kalangan atas mulai terasa.'' Indrawan dan DP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus