Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Apel Pahit untuk Beijing

Polisi Hong Kong menggeruduk kantor Apple Daily dan menahan pendirinya, jutawan Jimmy Lai. Mengapa media itu menjadi sasaran?

15 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Penangkapan pendiri Apple Daily, Jimmy Lai oleh polisi Hong Kong, Cina, 10 Agustus 2020. Reuters/Tyrone Siu
Perbesar
Penangkapan pendiri Apple Daily, Jimmy Lai oleh polisi Hong Kong, Cina, 10 Agustus 2020. Reuters/Tyrone Siu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Polisi Hong Kong menggeruduk kantor koran Apple Daily, yang kerap mengkritik Beijing.

  • Pendirinya, jutawan Jimmy Lai, ditahan dengan tuduhan bersekongkol dengan pihak asing.

  • Setelah Jimmy Lai ditahan, oplah Apple Daily malah melonjak jadi 500 ribu eksemplar.

PADA Rabu dinihari, 12 Agustus lalu, Jimmy Lai Chee-ying melangkah keluar dari Kantor Polisi Mong Kok, Hong Kong, bersama empat pengacaranya. Pendiri Apple Daily, koran yang dikenal sebagai pendukung gerakan demokrasi, itu dibebaskan dengan uang jaminan setelah ditahan 40 jam lebih. Lai harus membayar jaminan sebesar HK$ 300 ribu atau Rp 568 juta lebih ditambah tanggungan sekitar Rp 373 juta. Pria 72 tahun itu ditahan dengan tuduhan telah berkolusi dengan pihak asing, suatu pelanggaran terhadap Undang-Undang Keamanan Nasional.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus