Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
PDIP melobi partai lain agar pilkada di sejumlah daerah diikuti calon tunggal.
Sejumlah sumber menyebutkan ada kesepakatan agar PDIP ikut mengamankan kursi partai lain pada 2024.
Partai mengklaim calon tunggal menghindarkan luka pilkada dan lebih efisien.
MELALUI telekonferensi pada Selasa, 11 Agustus lalu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Puan Maharani mengumumkan 75 pasangan calon yang akan bertarung dalam pemilihan kepala daerah 2020. Didampingi ibunya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Puan merilis para calon pemimpin daerah tersebut dari Jalan Teuku Umar, Jakarta. Seusai pengumuman itu, Megawati menyatakan mereka yang diusung tak dipilih oleh dirinya, tapi oleh partai. “Semua adalah calon pemimpin yang telah dipilih oleh partai, bukan saya,” ujar Megawati.
Para pasangan itu melengkapi daftar calon sebelumnya yang diumumkan PDI Perjuangan pada Juli dan Februari lalu. Di antara sederet nama calon kepala daerah itu, sejumlah pasangan di berbagai daerah berpotensi menjadi calon tunggal. Jika tak ada calon perseorangan, mereka akan melawan kotak kosong.
Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan Bambang Wuryanto mengatakan, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ada sejumlah daerah yang berpotensi memiliki satu pasang calon. Di Jawa Tengah saja, menurut Bambang, potensi itu muncul di sepuluh kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Sragen, Grobogan, Pemalang, Kediri, Demak, Kota Semarang, dan Kota Solo. “Tapi semuanya masih bisa berubah dan menunggu pendaftaran 4-6 September,” ujar Bambang.
Di Surakarta, misalnya, Gibran Rakabuming Raka berpeluang besar melawan bumbung kosong meski belakangan muncul calon independen Bagyo Wahyono-F.X. Supardjo, yang masih menunggu verifikasi dari Komisi Pemilihan Umum Surakarta. Putra sulung Presiden Joko Widodo yang berpasangan dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Solo tiga periode, Teguh Prakosa, itu mengantongi dukungan dari semua partai kecuali Partai Keadilan Sejahtera. Gabungan partai itu memiliki 40 dari 45 kursi DPRD.
Dukungan tersebut tak lepas dari upaya lobi yang dilancarkan PDI Perjuangan. Bambang mengakui, di Jawa Tengah, partainya mendorong munculnya calon tunggal. Dia beralasan kehadiran calon tunggal lebih menguntungkan partai dan calon. Menurut dia, koalisi dengan banyak partai membuat luka-luka dalam pilkada dapat dihindari. “Musyawarah lebih bagus daripada bertempur,” ujar Ketua PDIP Jawa Tengah ini.
Bambang mengaku aktif berkomunikasi dengan pengurus partai lain di Jawa Tengah. Wakil Ketua Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat ini, misalnya, mengaku berkomunikasi dengan Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno. “Untuk urusan pilkada Jawa Tengah, saya dengan Pak Bambang suka berkomunikasi karena sama-sama pimpinan komisi,” kata Eddy.
Di Jawa Tengah, PAN berkoalisi dengan PDI Perjuangan di 19 kabupaten/kota atau 95 persen dari 21 pilkada. Eddy mengatakan calon yang didukung PAN tidak semata-mata keputusan dari pusat, tapi mempertimbangkan usul pengurus daerah. Menurut dia, selain diusulkan dari daerah, Gibran didukung PAN karena merupakan sosok milenial yang potensial. “Di Solo, basis suaranya kuat. Rekam jejak ayahnya di Solo juga bagus. Jadi pilihan ideal bagi kami mendukung Gibran,” ujar Eddy.
Menurut sejumlah petinggi partai yang mengetahui lobi-lobi itu, dukungan tersebut tak cuma-cuma. Mereka mengatakan dukungan PAN untuk kader-kader PDI Perjuangan akan diikuti pengamanan PAN pada Pemilihan Umum 2024. Suara PAN di Jawa Tengah dalam pemilihan anggota legislatif tahun lalu ambyar. Partai ini kehilangan semua kursi di provinsi itu. Padahal, pada Pemilu 2014, PAN bisa mendulang delapan kursi.
Dimintai tanggapan, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan membantah kabar tersebut. “Tidak ada partai yang membantu partai lain dalam pileg. Mustahil,” kata Zulkifli melalui WhatsApp. Menurut Zulkifli, yang dapat menentukan keberhasilan dalam pemilu adalah kinerja partai itu sendiri. Adapun Bambang Wuryanto tak menampik anggapan bahwa koalisi dalam pilkada merupakan penjajakan untuk koalisi Pemilu 2024. “Yang terpenting dalam koalisi adalah rasa percaya,” ujarnya.
Di sejumlah daerah, PDI Perjuangan juga sepakat mendukung kepala daerah dari partai lain yang berpotensi pula menjadi calon tunggal. Di Kebumen, misalnya, partai banteng mengusung kader Partai Golkar, yakni Arif Sugiyanto, sebagai calon bupati. Padahal, jika dilihat dari perolehan kursi, PDI Perjuangan bisa mengusung kader sendiri. PDI Perjuangan mendapat 12 kursi, disusul Partai Kebangkitan Bangsa 9 kursi, Gerindra 7 kursi, dan Golkar 6 kursi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PDI Perjuangan menyerahkan salinan kepengurusan sebagai syarat untuk mengikuti Pilkada 2020 di KPU RI, 4 Agustus 2020. Tempo/Nurdiansah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arif saat ini menjabat Wakil Bupati Kebumen. Dalam pemilihan yang akan digelar pada 9 Desember 2020, Arif berpasangan dengan Ristawati Purwaningsih. Ristawati adalah Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Dewan Pengurus Cabang PDIP Kebumen. Dia istri mantan Ketua DPRD Kebumen, Cipto Waluyo. Mengantongi dukungan dari delapan partai politik, Arif-Rista hampir dipastikan menjadi calon tunggal. Koalisi delapan partai itu memiliki 48 dari 50 kursi di DPRD Kebumen.
Ketua Pemenangan Pemilu Jawa Tengah-Yogyakarta Dewan Pengurus Pusat Partai Golkar Iqbal Wibisono mengatakan koalisi itu muncul karena adanya kesepakatan antara PDI Perjuangan dan Golkar. Iqbal menilai koalisi tersebut menguntungkan kedua partai. “Ketika kita sudah mengusung bersama, harus saling menguntungkan,” ujar Iqbal. Menurut dia, dari 24 daerah yang menggelar pilkada yang diikuti Golkar di Jawa Tengah dan Yogyakarta, separuh di antaranya berkoalisi dengan PDIP. Iqbal mengaku kerap berkomunikasi dengan Bambang Wuryanto dan pengurus partai lain.
Iqbal menyatakan calon tunggal bisa saja muncul jika calon yang diusung berpotensi besar untuk menang. Apalagi sejumlah calon tunggal yang muncul adalah inkumben, termasuk Arif-Rista. Dia pun tak menampik anggapan bahwa keberadaan calon tunggal bisa juga menguntungkan partai dari sisi kocek kampanye. “Lebih efisien,” ujarnya.
Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Utut Adianto mengatakan partainya berharap bisa menempatkan kadernya sebagai kepala daerah di Kebumen. Sejak 2004, PDIP tak pernah menempatkan kepala daerah atau wakilnya di sana. “Kalau lancar, ini pertama kalinya sejak 2004,” ujar Ketua Fraksi PDIP di DPR ini. Dalam pilkada tahun ini, PDI Perjuangan, kata Utut, mengharapkan menang di 83 daerah.
Lembaga pemerhati pemilu, Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), memprediksi akan ada calon tunggal di 31 daerah yang menggelar pilkada 2020 secara serentak. Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengatakan jumlah tersebut sangat mungkin berubah. Sebab, proses pencalonan masih berlangsung hingga ditutup pada September mendatang. Titi menilai calon tunggal membuat masyarakat hampir tak punya pilihan lain. “Calon tunggal ini penuh risiko karena dapat membuat masyarakat makin skeptis dan memilih kotak kosong,” ujar Titi.
DEVY ERNIS, PRAMONO, NOFIKA DIAN NUGROHO (NGAWI), AHMAD RAFIQ (SOLO), HARI TRI WARSONO (KEDIRI), JAMAL A.NASHR (SEMARANG), DAVID PRIYASIDHARTA (BANYUWANGI)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo