Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Arsitek Fakultas Psikologi

Slamet Iman Santoso menjadi pelopor pendidikan psikologi di Indonesia. Mengubah sistem penerimaan mahasiswa di kampus negeri.

15 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Prof. Slamet Iman Santoso, tahun 1981. TEMPO/Afrizal Anoda
Perbesar
Prof. Slamet Iman Santoso, tahun 1981. TEMPO/Afrizal Anoda

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Slamet Iman Santoso pernah dimarahi Presiden Sukarno karena dianggap menciptakan aristokrasi intelektual.

  • Slamet berulang kali menyatakan pentingnya seleksi psikologis dalam penerimaan mahasiswa baru.

  • Sukarno memuji sistem penerimaan mahasiswa baru yang digagas Slamet.

SLAMET Iman Santoso terkaget-kaget saat tiba di Bandar Udara Kemayoran, Jakarta Pusat, pada minggu pertama Januari 1952. Baru saja pulang dari mengikuti seminar pendidikan di luar negeri, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu disambut Wakil Presiden Mohammad Hatta. Setelah bersalaman, Hatta meminta Slamet berpidato dalam dies natalis Universitas Indonesia di Fakultas Pendidikan Teknik UI di Bandung, kini Institut Teknologi Bandung. “Kenapa saya? Bukankah masih ada yang lainnya?” ujar Slamet seperti tertulis dalam bukunya yang berjudul Warna-Warni Pengalaman Hidup R. Slamet Iman Santoso.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus