Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel menyerang sejumlah cabang lembaga keuangan Hizbullah, Al-Qard Al-Hassan (AQAH), di Nabatieh dan Tyre, Lebanon pada Ahad malam hingga Senin pagi, 20 Oktober-21 Oktober 2024. Serangan tersebut menghantam pinggiran selatan Beirut, Lebanon selatan dan Lembah Beqaa di timur laut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Serangan itu merupakan bagian dari upaya Israel untuk melumpuhkan infrastruktur keuangan Hizbullah dan melemahkan kemampuannya untuk mendanai operasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari NDTV, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa sedikitnya 11 cabang AQAH telah mereka serang. Mereka menyebut serangan itu merupakan bagian dari kampanye yang bertujuan untuk membongkar akses Hizbullah ke sumber daya keuangan yang vital.
Didirikan pada tahun 1983, Al-Qard Al-Hassan, yang berarti "pinjaman yang baik hati," menyebut dirinya sebagai organisasi amal yang menganut prinsip keuangan Islam, yang melarang bunga atau riba.
Misi lembaga keuangan itu adalah menyediakan pinjaman tanpa bunga kepada penduduk Syiah Lebanon, khususnya mereka yang berpihak pada Hizbullah. AQAH menawarkan pinjaman dengan agunan seperti emas atau perhiasan yang menawarkan kredit yang sangat dibutuhkan bagi penduduk Lebanon yang tengah berjuang melawan ekonomi yang menurun.
AQAH diduga mengoperasikan 30 cabang di seluruh Lebanon, banyak di antaranya berlokasi di wilayah Beirut yang dikuasai Hizbullah. Pengaruh lembaga itu melonjak setelah keruntuhan keuangan Lebanon pada tahun 2019 karena bank-bank tradisional sangat membatasi akses para deposan ke tabungan mereka.
Di sisi lain, AQAH yang terus beroperasi memungkinkan mereka yang menyimpan uang di bank tersebut untuk menarik uang tunai ketika lembaga keuangan lain tidak dapat melakukannya.
AQAH beroperasi di bawah lisensi yang diberikan oleh pemerintah Lebanon. Departemen Keuangan AS pernah menjatuhkan sanksi kepada AQAH pada tahun 2007 dengan menuduh lembaga itu bertindak sebagai lengan finansial Hizbullah.
Seorang pejabat AS berpendapat bahwa meskipun AQAH dapat melayani populasi Syiah Lebanon, lembaga ini juga digunakan untuk memindahkan dana Hizbullah melalui rekening cangkang, yang memungkinkan kelompok tersebut memperoleh akses ke sistem keuangan internasional, meskipun ada sanksi yang dirancang untuk memutus sumber dayanya.
Dilansir dari Aljazeera, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengatakan serangan tersebut menargetkan lokasi yang digunakan untuk menyimpan uang bagi sayap militer Hizbullah, termasuk al-Qard al-Hassan, yang mendanai pembelian senjata dan digunakan untuk membayar pasukan Hizbullah.
Dia mengklaim Hizbullah menyimpan ratusan juta dolar di cabang-cabang tersebut, tanpa memberikan bukti. Avichay juga menyebut serangan itu ditujukan untuk mencegah kelompok tersebut mempersenjatai kembali diri.
Penggunaan AQAH oleh Hizbullah
Hizbullah telah lama mengandalkan jaringan hawalah atau pengalihan utang piutang dan mekanisme keuangan untuk membangun dan mempertahankan dukungan, terutama di antara populasi Syiah Lebanon.AQAH telah menjadi elemen penting dalam strategi Hizbullah selama bertahun-tahun.
Di Lebanon, terdapat sistem hawalah yang berfungsi sebagai tempat penukaran uang dan memindahkan sejumlah besar uang. Banyak warga Lebanon, khususnya daerah pemilihan Hizbullah, bergantung pada AQAH untuk pinjaman dengan agunan sederhana seperti perhiasan atau emas.
Meskipun pinjaman rata-rata tidak melebihi US$ 5.000, pinjaman ini merupakan jalur hidup penting bagi mereka yang berusaha membiayai pernikahan, pendidikan, atau memulai usaha kecil.
Dalam beberapa tahun terakhir, Hizbullah telah memperluas undangan bagi semua warga Lebanon, terlepas dari sekte atau afiliasi politik mereka, untuk memanfaatkan layanan AQAH. Kelompok tersebut telah mempromosikan AQAH sebagai alternatif dari sistem perbankan tradisional, yang runtuh di tengah krisis ekonomi 2019.
Pimpinan Hizbullah telah terbuka tentang ketergantungan kelompok tersebut pada AQAH untuk dukungan finansial. Setelah organisasi tersebut diretas pada tahun 2020 dan nama-nama kliennya bocor, mantan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, secara terbuka membela AQAH.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa salah satu serangan menargetkan brankas di bawah gedung rumah sakit di Beirut, yang mereka klaim menyimpan $550 juta yang dimaksudkan untuk mendanai kegiatan militer Hizbullah.
Menurut Israel, sumber daya keuangan ini, sangat penting bagi Hizbullah untuk terus membeli senjata dan membayar para pejuang.
Pejabat pertahanan Israel menuduh bahwa AQAH bertanggung jawab untuk menjaga dana Iran sebanyak US$ 750 juta per tahun, selain pendapatan dari perusahaan kriminal Hizbullah lainnya, termasuk perdagangan narkoba dan pencucian uang.
Adapun Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel, menandatangani perintah pada hari Senin yang menetapkan AQAH sebagai organisasi teroris.
NDTV I AL JAZEERA
Pilihan editor: UNRWA Desak Israel Beri Akses Operasi Penyelamatan di Gaza Utara