Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penjara benteng Bastille merupakan monumental rekonsiliasi seluruh rakyat Prancis di dalam kekuasaan monarki Raja Louis XVI. Pada 14 Juli 1789 rakyat Perancis menyerbu Bastille sebagai simbol tirani kerajaan sekaligus menandai Revolusi Prancis.
Sejak saat itu, setiap 14 Juli diperingati sebagai Hari Nasional Prancis atau dikenal sebagai Hari Bastille. Peringatan ini dirayakan setiap tahun untuk merayakan penyerbuan Bastille sebagai simbol pemberontakan yang mengantarkan Revolusi Prancis. Lantas apa itu penjara benteng Bastille?
Bastille adalah benteng yang dikenal sebagai "bastide", yang kemudian diubah menjadi kastil oleh Raja Charles V. Mengutip dari britannica.com, benteng Bastille dibangun masa kekuasaan Charles V pada 22 April 1370. Bastille dibangun dengan delapan menara setinggi 100 kaki atau 30 meter. Lalu dihubungkan oleh tembok dan dikelilingi parit selebar 80 kaki atau 24 meter.
Pada awalnya, Bastille dibuat sebagai benteng pertahanan yang melindungi Paris dari serangan Inggris. Namun, Charles VI mengubahnya menjadi benteng independen dengan menutup bukaan pada 1557.
Terletak di Gerbang Saint-Antoine, Bastille kemudian digunakan sebagai perlindungan raja jika terjadi pemberontakan oleh rakyat Paris. Lalu menjadi pusat administrasi kerajaan di era Raja Charles V dan menyimpan perbendaharaan kerajaan pada masa Raja Henry IV.
Terlepas dari itu, Bastille pernah dijadikan sebagai penjara pada abad ke-17 dan ke-18. Mengutip dari frenchmoments.eu, Bastille sempat dijadikan tempat penahanan bagi orang-orang penting pada masa pemerintahan Louis XI. Seperti tokoh paling berpengaruh di kerajaan, françois de Montmorency, Charles d'Angoulême, Pangeran de Condé dan Inspektur Jenderal Keuangan Nicolas Fouquet.
Bastille juga mengurung beberapa orang lainnya. Mulai tahanan bertopeng besi, Voltaire yang dituduh melawan bupati, dan tujuh tahanan orang pada 1789.
Bangunan yang dialiri oleh air Sungai Seine ini juga ikut menguras keuangan absolut Prancis. Dilansir dari elysee.fr, hal ini lantaran Bastille dijadikan sebagai simbol absolutisme kerajaan dan melambangkan tirani monarki Prancis sehingga membutuhkan biaya pemeliharaan. Oleh sebab itu, Necker yang menjabat sebagai menteri kala itu, ingin menghancurkannya pada 1784.
Namun demikian, bangun yang memegang tempat penting dalam Revolusi Prancis ini dihancurkan atas perintah pemerintah Revolusioner. Peristiwa ini dilakukan usai penyerbuan Bastille dan benteng penjara secara sistematis dibongkar sampai tidak tersisa.
Pilihan Editor: 234 Tahun Revolusi Prancis, Apa Peran Napoleon Bonaparte?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini