Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kota Isfahan di Iran mendadak menarik perhatian masyarakat dunia usai dugaan serangan drone yang dilakukan Israel. Baik Iran maupun Israel memilih tak memperpanjang insiden tersebut. Iran menyebut bahwa serangan belum tentu dilakukan oleh Israel, sebaliknya Israel memilih bungkam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Isfahan yang terletak di jalur dari Teheran ke Teluk Persia, menjadi tuan rumah salah satu komunitas Yahudi tertua di Persia. Komunitas Yahudi ini berasal dari berbagai periode sejarah awal seperti yang dilaporkan oleh sumber-sumber Pehlevi, Armenia, dan Muslim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di tengah dugaan serangan Israel, di Isfahan saat ini terdapat sekitar 1.500 orang Yahudi Iran. Kota ini memiliki satu sinagoga pusat dan 13 sinagoga kecil.
Menurut Perpustakaan Virtual Yahudi, yang pertama kali didokumentasikan pada masa pemerintahan penguasa Sassanid Frz pada tahun 472 M, komunitas Yahudi di kota tersebut menghadapi penganiayaan, termasuk eksekusi separuh penduduknya. Di bawah pemerintahan Arab sejak 641, komunitas ini sangat dinamis, dengan kawasan Yahudi di Isfahan, Jayy, menjadi begitu penting sehingga disebut "kota Yahudi". Isfahan juga merupakan tempat lahirnya gerakan sektarian Yahudi yang dipimpin oleh Abu 'Is pada masa Bani Umayyah.
Yahudi Isfahan Dianiaya Pada Abad ke-17
Terkenal karena keilmuannya dalam tata bahasa dan penafsiran Ibrani, populasi Yahudi di kota ini diperkirakan berjumlah 15.000 pada abad ke-12 oleh Benjamin dari Tudela. Komunitas ini berkembang pesat di bawah dinasti Safawi, terlibat dalam berbagai kerajinan dan perdagangan. Namun, pada abad ke-17, orang-orang Yahudi setempat sangat menderita karena penganiayaan dan pemaksaan pindah agama. Penderitaan mereka selama periode ini didokumentasikan dengan baik dalam kronik-kronik Yudeo-Persia dan oleh berbagai saksi mata.
Kehidupan keagamaan Yahudi di Isfahan secara tradisional ortodoks, dengan beberapa sinagoga, sekolah, dan lembaga komunal. Pada abad ke-17 terjadi penerjemahan teks-teks alkitabiah ke dalam bahasa Persia, sehingga meningkatkan budaya sastra Yahudi. Namun, keunggulan komunitas tersebut menurun seiring dengan perpindahan ibu kota Dinasti Qajar ke Teheran pada akhir abad ke-18. Meskipun ada ancaman dari aktivitas misionaris pada abad ke-19, kehidupan budaya komunitas tersebut sebagian ditopang oleh pendirian sekolah Yahudi oleh Alliance Israélite Universelle pada tahun 1901.
Isfahan tetap menjadi tempat ziarah, khususnya makam Serah bat Asyer di dekat Pir Bakran, yang menandakan signifikansi budaya dan agama yang abadi bagi orang Yahudi.
Selain dihuni komunitas Yahudi tertua di Iran, Isfahan adalah salah satu kota paling terkenal dan bersejarah. Kota ini terkenal dengan masjid-masjidnya yang berwarna biru kehijauan dan ungu, jembatan melengkung yang indah, dan Grand Bazaar. Daerah ini juga menjadi tuan rumah sejumlah situs militer Iran.
JERUSALEM POST | NEW YORK TIMES
Pilihan editor: Tiga Warga Filipina Tewas Akibat Banjir di Dubai