HARI masih petang -- sekitar pukul 7. Petaling Jaya, daerah
perumahan elite di selatan Kuala Lumpur, telah sepi. Suasana
berbuka puasa membuat orang berkumpul di rumah.
Tapi di ujung Jalan 16/6, Jumat sore itu, suasana terasa agak
lain dari biasanya. Beberapa wajah asing berpakaian preman
terlihat di sana. Ada yang mondar-mandir pakai mobil dan sepeda
motor. Ada pula yang mengendap-endap dibalik pohon karet.
Semuanya mengintai rumah Nomor 50 -- tempat tinggal Menteri
Kebudayaan, Olahraga, dan Pemuda Malaysia Datuk Mokhtar Hashim.
Apa pasal? Mokhtar dicurigai terlibat dalam pembunuhan Ketua
Majelis Negara (setingkat DPRD di Indonesia) Negeri Sembilan
Datuk Mohamad Taha Talib di desa Gemencheh, 14 April, satu
minggu sebelum Pemilu 1982. Tertuduh lainnya, Rahmat Satiman
Noordin Johan, Aziz Tumpuk, dan Aziz Abdullah sudah diciduk
polisi lebih duluan.
Mokhtar sebetulnya sudah akan ditangkap di saat berbuka puasa
petang itu. Gara-gara rencana penangkapannya tercium oleh
wartawan, yang lantas berkumpul di rumah sang menteri, polisi
terpaksa mengundur jadwal. Bahkan mereka membiarkan Mokhtar ke
luar rumah. Tapi selepas dinihari, Mokhtar dicegat 500 meter
dari kediamannya, dan langsung dibawa ke markas besar polisi di
Bukit Aman.
Tak lama kemudian Mokhtar diizinkan pulang mengambil pakaian.
Sementara ia makan sahur dengan keluarganya, polisi yang
mengawalnya, sekitar satu regu, melakukan penggeledahan di
berbagai kamar mencari dokumen. Lepas sahur, Mokhtar dibawa ke
Tampin, sekitar 100 km dari Kuala Lumpur, untuk diajukan
perkaranya ke muka pengadilan rendah setempat -- 10 Juli siang.
MOKHTAR dan empat terdakwa lainnya dituntut berdasarkan pasal 34
dan 302 Penal Code (KUHAP). Bunyinya: di saat tindak pidana
dilakukan oleh beberapa orang, yang kesemuanya dengan niat,
setiap orang itu bertanggung jawab atas perbuatan tersebut dalam
cara yang sama, seperti apabila perbuatan itu dilakukannya
sendiri. Jenis ini terancam hukuman mati.
Sidang di Pengadilan Rendah Tampin berlangsung singkat. Hakim
Sukri Mohamad memerintahkan kasus Mokhtar dan kawan-kawan untuk
dipindahkan ke Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur -- sidang pertama
dibuka 13 Juli. Tuntutan terhadap kelima-tertuduh tidak berubah.
Pengacara Jagjit Singh, yang membela Mokhtar, mengajukan
permohonan agar kliennya bisa ditahan di luar -- tentu saja
dengan uang jaminan. Permohonan itu ditolak Hakim Datuk Hashim
Yeop Sani. Lantas petugas keamanan menggiring kelima terdakwa ke
penjara Pudu, Kuala Lumpur, tempat mereka sampai sidang
dilanjutkan 11 Oktober.
Mochtar, yang dikabarkan masih berdarah Batak, dilahirkan di
Kampung Padang Lebar, Negeri Sembilan, 1 Mei 1942. Di bangku
kuliah ia dikenal sebagai aktivis tangguh. Sesudah tamat
studinya di Universitas Malaya, tahun 1967, Mokhtar menjadi
tenaga riset di perkebunan kelapa sawit Harrisons and Crossfield
di Banting.
Mokhtar, yang kemudian menjadi anggota United Malays National
Organization (UMNO), partai yang memerintah di Malaysia. terjun
ke gelanggang pemilihan umum. Terpilih sebagai anggota Parlemen
mewakili daerah Tampin, Mokhtar jadi pusat perhatian. Maka
Perdana Menteri Tun Abdul Razak (alm.) mengangkat Mokhtar
sebagai Sekretaris Parlemen pada Kementerian Kebudayaan,
Olahraga, dan Pemuda.
Ketika Mokhtar kembali memenangkan kursi parlemen di Tampin,
tahun 1974, Razak mempercayainya untuk menduduki kursi Deputi
Menteri Pertanian dan Pembangunan Desa. Setelah itu Mokhtar
berturut-turut menjabat Deputi Menteri Luar Negeri dan Deputi
Menteri Pertahanan -- dua pos penting di Malaysia.
Di partai Mokhtar juga makin menonjol, lebih-lebih setelah jadi
Deputi Ketua Gerakan Pemuda UMNO. Tahun 198, PM Hussein Onn
langsung mempercayainya menjadi Menteri Kebudayaan. Olahraga,
dan Pemuda. Dia terhitung termuda dalam sejarah Kabinet
Malaysia.
Menjelang Pemilu 1982, April, Mokhtar bersaing dengan Taha, yang
sama-sama dari Tampin, untuk menduduki kursi Parlemen. Tapi satu
minggu sebelum pemungutan suara, Taha, yang baru pulang diskusi,
diketemukan tewas tak jauh dari rumahnya. Pemilihan untuk daerah
Tampin, yang kemudian dimenangkan Mokhtar, terpaksa diundur
sampai 22 Mei.
Orang sejak semula mencurigai Mokhtar terlibat dalam kasus
penembakan Taha. Tapi bukti autentik belum diketemukan. Hingga
PM Mahathir Mohamad kembali mempercayai Mokhtar untuk menduduki
kursi menteri yang dipegangnya sebelumnya. Perintah penangkapan
terhadap Mokhtar dikeluarkan Kepala Polisi Tan Sri Haniff
setelah menemui Mahathir dan Deputi PM Datuk Musa Hitam, 9 Juli.
Polisi dikabarkan punya bukti kuat untuk bisa meyakinkan
Mahathir dan Musa mengenai hasil penyidikan mereka.
Mahathir mengatakan Mokhtar masih tetap sebagai menteri sebelum
pengadilan memutuskan dia bersalah -- meski kenyataannya dia
ditahan di penjara Pudu. "Lain halnya kalau dia mengajukan surat
pengunduran diri," kata Mahathir. Jabatan pentinglain Mokhtar
adalah anggota Parlemen.
Tapi suara yang meminta Mokhtar segera diberhentikan sebagai
menteri maupun anggota Parlemen sudah santer. Terutama dari
pihak oposisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini