DC-10 Garuda Indonesia yang ditumpangi Presiden Soeharto menyentuh landasan bandar udara Ninoy Aquino, Manila, pukul 08.00 waktu setempat, Senin pekan ini. Setengah jam kemudian, pintu dekat cockpit terbuka dan Pak Harto menuruni tangga pesawat. Bertindak sebagai penyambut tamu adalah Kris Aquino, putri presiden Filipina. Dalam gaun abu-abu, Kris, yang juga dikenal sebagai penyanyi, tampak cantik. Dengan senyum ramah ia mengucapkan selamat datang, seraya mengalungkan bunga bagi Pak Harto. Acara penyambutan tak berkepanjangan. Di bawah bidikan kamera televisi Filipina Channel 4 dari jarak cukup jauh, Presiden bersama rombongan memasuki sedan Mercedes Benz antipeluru. Konvoi rombongan Presiden, yang dikawal hanya oleh sebuah jip militer dan dua polisi bermotor, segera bergerak menuju Philippines International Convention Center (PICC), tempat KTT diselenggarakan. Dalam perjalanan menuju PICC rombongan tamu Indonesia itu mendapat pengawalan tiga helikopter -- 2 HUEW dan sebuah Puma berwarna putih. Pengawalan di sisi-sisi jalan tak mencolok, mungkin karena jalan protokol itu sudah dibebaskan dari angkutan umum. Pada jarak yang agak jarang, anggota Constabulary -- polisi Filipina -- terlihat menyandang senapan otomatis M-16. Di luar daerah yang diamankan, jajaran keamanan justru sangat ketat, dengan pasukan khusus Scout Ranger dan marinir yang memeriksa kendaraan yang lalu lalang. Menjelang pukul 09.00 Presiden Soeharto tiba di pelataran PICC. oalam gaun kuning, berkerah putih dengan garis-garis hitam, Presiden Filipina Nyonya Corazon "Cory" Aquino menyambut hangat, dan memperkenalkan pejabat-pejabat Filipina yang hadir di sana. Di antaranya Wakil Presiden Salvador Laurel dan Ketua Kongres Filipina Ramon Mitra Jr. Presiden Soeharto, yang datang pada hari KTT dibuka, Senin pekan ini, adalah kepala negara yang paling akhir tiba di Manila. Kepala negara lain sudah tiba sehari lebih cepat. Datang paling awal kepala negara Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah kemudian PM Mahathir Mohamad dari Malaysia yang datang hampir bersamaan dengan PM Lee Kuan Yew dari Singapura yang terakhir datang pada hari itu PM Muangthai, Prem Tinsulanonda. Seperti halnya Presiden Soeharto, mereka disambut dengan upacara kenegaraan. Bukan di lapangan terbang atau Istana Malacanang, tapi di PICC -- semata-mata demi pertimbangan keamanan. Segera setelah kedatangan Presiden Soeharto, KTT yang berjarak 10 tahun dari KTT II, tahun 1977, dibuka -- KTT pertama berlangsung di Bali tahun 1976. Tepat pukul 10.00 waktu setempat, Nyonya Presiden Cory Aquino memasuki ruang sidang, dan tak lama kemudian ia terpilih secara aklamasi menjadi ketua KTT. Setelah menerima palu sidang dari PM Mahathir Mohamad -- ketua sidang KTT 1977, Kuala Lumpur -- Cory meminta para kepala negara untuk mengucapkan pidato sambutan. Isi pidato segera menunjukkan pokok-pokok masalah yang dibahas KTT. Yang terbanyak disinggung adalah masalah terganggunya kedaulatan Kamboja, akibat kehadiran pasukan Vietnam di sana sejaktahun 1979. "Masalah Kamboja dan pendudukan Vietnam di sana memprihatinkan," kata Mahathir dalam pidato sambutannya. Masalah kawasan bebas nuklir Asia Tenggara dikemukakan Presiden Soeharto dan masalah kehadiran pangkalan Amerika Serikat di Filipina disinggung Cory Aquino. Di samping itu, masalah ekonomi, yang memang menjadi dasar kerja sama ASEAN, dikemukakan semua kepala negara. Pembicaraan KTT, seperti sudah diduga, didominasi masalah ekonomi. Deklarasi Manila yang diumumkan Rabu pekan ini pun hanya menyinggung masalah ekonomi. Semua kepala negara menyepakati untuk menggiatkan kerja sama ekonomi, yang hingga kini terasa masih tersendat. Tidak hanya kerja sama regional tapi juga mengintensifkan kerja sama dengan badan-badan ekonomi internasional, sejauh menguntungkan negara-negara anggota ASEAN. Kerja sama ekonomi dengan Jepang dibahas khusus dalam KTT. Pada pembicaraan dengan Perdana Menteri Takeshita, Rabu sore pekan ini, Jepang mengesahkan bantuan ekonomi sebesar US$ 2 milyar. Kendati perekonomian mengambil porsi pembicaraan yang besar, masalah politik dan keamanan muncul sebagai pokok bahasan yang serius. Pada pertemuan tingkat tinggi ini untuk pertama kali dibicarakan secara eksplisit konsep ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom, and Neutrality) dan NWFZ (Nuclear Weapon Free Zone). Mempertimbangkan kehadiran pangkalan Amerika Serikat, Clark dan Subic di Filipina, tekad melaksanakan ZOPFAN dan NWFZ hanya sampai pada Pernyataan Bersama -- jadi tidak diformulasikan sebagai "perjanjian" ataupun deklarasi. Anggota ASEAN yang lain memberikan kelonggaran pada Filipina untuk menyelesaikan urusan pangkalan militer itu dengan Amerika Serikat, yang memegang kontrak arealnya sampai tahun 1990. Konsep ZOPFAN dan NWFZ sudah lama diajukan Indonesia dan Malaysia. Terhitung sejak tahun 1971 dalam pertemuan ASEAN di Kuala Lumpur. Tapi pembicaraan tentang kenetralan Asia Tenggara ini tak pernah terwujud, karena perbedaan persepsi yang besar di antara anggota. Singapura dan Filipina menentang kenetralan, karena menganggap perlunya kehadiran pangkalan AS di Asia Tenggara. Kedua negara berbicara dalam konteks perimbangan pengaruh AS dan Soviet sebagai negara-negara adidaya. Indonesia dan Malaysia, sebagai anggota aktif Gerakan Nonblok, menganut paham kenetralan Asia Tenggara. Sementara itu, Muangthai mengambil sikap tengah. Perbedaan pandangan terutama pada menafsirkan posisi Uni Soviet. Malaysia dan Indonesia tidak menilai negara itu sebagai ancaman langsung, sementara Filipina dan Singapura menganggapnya berbahaya, khususnya sebagai ancaman dari Pasifik Selatan. Dengan pemikiran inilah, kedua negara merasa kehadiran AS di kawasan ini mutlak perlu. Perbedaan pendapat juga terjadi dalam menilai Republik Rakyat Cina. Di awal pembentukan ASEAN, hampir semua negara menganggap RRC sebagai ancaman, kendati dengan intensitas yang berbeda. Soalnya, Cina mendukung negara komunis yang dilarang di negara-negara anggota ASEAN, khususnya Muangthai, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Namun, pergeseran pendapat terjadi setelah bangkitnya kiblat baru, dalam ekonomi dan politik RRC. Muangthai dan Filipina menjajaki pendekatan pada Cina, sementara Indonesia, Malaysia, dan Singapura tetap pada sikap semula. Perbedaan persepsi ini terlihat jauh lebih jinak dalam Pernyataan Bersama yang diumumkan setelah KTT Manila berakhir, pada pukul 9.30 Rabu pekan ini. Dalam komunike itu para pemimpin sependapat, bahwa masih ada pengaruh negara-negara superkuat Amerika Serikat dan Uni Soviet di Asia Tenggara. Adapun pengaruh AS menurun sejak Perang Vietnam berakhir, sementara pengaruh Uni Soviet meningkat dengan jatuhnya pangkalan militer Cam Ranh dan Danang ke tangan Vietnam. Cina juga disebut-sebut sebagai kekuatan yang mempengaruhi stabilitas Asia Tenggara. Tetapi kini disusul Jepang, hingga mendorong ASEAN untuk membahas potensi militer negara itu. Adanya kesatuan pendapat, seperti tecermin dalam komunike bersama KTT Manila itu, bukanlah tiba-tiba datangnya secara bertahap terbentuk setelah Vietnam menyerbu Kamboja di tahun 1979, lalu menegakkan Republik Rakyat Kamboja yang ditopang 100.000 lebih tentara pendudukan Vietnam dl sana. Semua anggota ASEAN menen-tang keras pendudukan ini, dan menganggap Vietnam telah mengganggu kedaulatan negara lain. Dengan sikap tegar, ASEAN men dukung pemerintahan koalisi Kambo ja di pengasingan CGDK (Coalition Government of Democratic Kamboja) yang dipimpin bekas Pangeran Norodom Sihanok. Dukungan ini tercatat sebagai awal eksistensi ASEAN dalam pandangan dunia internasional. Di sidang-sidang PBB, ASEAN berhasil mempertahankan kursi CGDK dan "mengucilkan" Vietnam. Walaupun tak ada konfrontasi, kehadiran ASEAN secara teoretis merupakan hambatan bagi invasi Vietnam -- khususnya di perbatasan Muangthai. Tapi bila dibandingkan kekuatan infanteri Vietnam yang ber jumlah 1.000.000 orang memang berada di atas kekuatan infanteri ASEAN ditotalkan, yaitu 590.380 orang. Namun, satuan angkatan laut dan angkatan udara Vietnam ternyata sangat kecil yaitu 40.000 (AL) dan 15.000 (AU). Kekuatan ASEAN total, 119.970 (AL) dan 109.200 (AU). Dalam perhitungan mesin perang, kedua kekuatan berimbang. MiG-23 dan MiG-25 Vietnam bisa diimbangi Northrop F-5, pengebom A4 Skyhawk, dan F-16 Eagle oleh ASEAN. Singapura juga memiliki pesawat mata-mata canggih AWACS. Sementara itu, kekuatan artileri ASEAN dilengkapi peluru kendali Exocet -- yang dimiliki semua negara anggota. Toh ASEAN mencari penyelesaian damai bagi Kamboja, bukan solusi militer. Diplomasi dan lobi adalah ikhtiar yang ditempuh, dengan Indonesia di garis depan. Memanfaatkan keluwesan, konsensus, dan musyawarah ASEAN, Indonesia melontarkan gagasan yang agak kontroversial: menyertakan Vietnam dalam mencari jalan keluar. Gagasan ini tecermin pada konsep cocktail party yang diajukan Menlu Mochtar Kusumaatmadja. Untuk itu, Indonesia mengadakan pendekatan terhadap Vietnam, melalui diplomasi kebudayaan dan perdagangan. Ikhtiar ini, walaupun tak mendapat dukungan penuh dari para anggota ASEAN, jelas menampakkan kepercayaan pada upaya damai. Dasar kepercayaan milah yang semakin meluas diterima di kalangan ASEAN. Ini pula yang melandasi perkembangan pembahasan ZOPFAN dan NWFZ di Maila. Angin segar menggelembungkan gagasan kenetralan Asia Tenggara itu. KTT AS-US di Washington, praktis mengguguikan kecurigaan berlebihan pada Uni Soiet, yang selama ini menghantui negara-neara ASEAN. Sementara itu, perundingan Ronald Reagan dan Mikhail Gorbachev untuk membatasi persenjataan nuklir, toh akan berlanjut. Bukan mustahil akan terjadi pengurangan kekuatan nuklir di Pasifik, termasuk Asia Tenggara. Maka, KTT Manila tak rnelihat alasan untuk menunda persiapan perjanjian ZOPFAN dan NWFZ. Pada usia 20 tahun, warna ASEAN mulai nyata sebagai perhimpunan regional yang netral. ASEAN, menurut para pengamat politik, adalah persekutuan reglonal yang unik -- dengan keputusan terakhir dibebankan pada pertemuan tingkat menteri, bukan pada seketaris jenderal yang dilarang mengeluarkan pernyataan. Haya saja perekonomian, yang menjadi dasar kerja sama, ternyata belum membuahkan hasil monumental. Seperti diakui Mahathir, kerja sama itu "kalau tidak sedang-sedang, mungkin buruk." Keberhasilan ASEAN justru terletak pada peta politik, akibat adanya kemauan politik yang bisa membangkitkan kesediaan kompromi, menafsirkan konsensus secara luas, dan menghilangkan perbedaan pandangan di kalangan negara anggotanya bahkan juga pangkal-pangkal sengketa. Dengan dasar musyawarah dan mufakat, yang menjadi pola resmi dialog ASEAN, lambat laun pbedaaan pendapat bisa dipertemukai. Contoh paling aktual adalah kerenggangan hubungan antara Malaysia dan Filipina akibat Sabah. Pada KTT 1977 di Kuala Lumpur, bekas Presiden Marcos menegaskan secara terang-terangan klaim Filipina atas Sabah. PM Mahathir tersinggung, lalu serta-merta menyatakan tak akan hadir dalam KTT di Manila -- yang terselenggara pekan ini. Inilah salah satu alasan mengapa KTT tertunda-tunda sejak itu. Menjelang KTT Manila, Filipina menyatakan kesediaan melepaskan klaim atas wilayah Malaysia itu. Tapi proses pembatalan tuntutan ini tidak berlangsung mulus. Sampai KTT dimulai, Kongres Filipina belum berhasil memformulasikan pembatalan klaim itu. Namun, janji dan rasa optimistis di kalangan pemerintah dan Kongres sudah cukup untuk mendorong Mahathir datan ke Manila. Kemauan politik juga tercermin pada solidaritas dan sikap saling mendukung di forum internasional. Ketika media massa Australia memburuk-burukkan Presiden Soeharto, PM Singapura Lee Kuan Yew, dalam kunjungannya ke benua kanguru itu, kontan membela Soeharto, seraya mencerca pers Australia. Pekan ini, terselenggaranya KTT Manila di tengah kerusuhan dan kemelut politik Filipina bisa juga dilihat sebagai sebuan "demonstrasi" solidaritas negara-negara ASEAN pada pemerintahan Cory Aquino. Jim Supanpkat (Jakarta), Ahmed Soeriawidjaja & Didi Prambadi (Manila)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini