Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

KIM Jong-un memilih Cina sebagai negara tujuan pertama bagi lawatan luar negerinya sejak menjadi pemimpin tertinggi Korea Utara pada 2011.

1 April 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
kim jong-un

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CINA
Kim Jong-un Beri Sinyal Perlucutan Senjata Nuklir

KIM Jong-un memilih Cina sebagai negara tujuan pertama bagi lawatan luar negerinya sejak menjadi pemimpin tertinggi Korea Utara pada 2011. Bersama istrinya, Ri Sol-ju, Jong-un bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing, Selasa pekan lalu. Dia juga berencana bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada April dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada bulan berikutnya.

Kunjungan Jong-un ke Cina berkaitan dengan perkembangan politik di Semenanjung Korea, yang melibatkan Korea Selatan dan Amerika Serikat. "Korea Utara bersedia berdialog dengan Amerika Serikat dan mengadakan pertemuan puncak kedua negara," tulis kantor berita Cina, Xinhua.

Jong-un juga menanggapi soal isu perlucutan senjata nuklir. "Masalah perlucutan nuklir di Semenanjung Korea dapat diselesaikan jika Korea Selatan dan Amerika menanggapi upaya kami dengan niat baik dan menciptakan suasana damai," ucapnya.

Cina selama ini dikenal sebagai sekutu Korea Utara, tapi hubungan keduanya merenggang sejak Amerika terus mendesak Pyongyang untuk melucuti senjata nuklirnya. Cina bahkan mendukung sanksi yang dijatuhkan Perserikatan Bangsa-Bangsa kepada Korea Utara.

INGGRIS
Bos WikiLeaks Kembali Terisolasi

PENDIRI situs WikiLeaks, Julian Assange, makin terisolasi setelah Kedutaan Besar Ekuador di London, Inggris, memutus jaringan Internetnya, Selasa pekan lalu. Assange dianggap membahayakan hubungan Ekuador dengan negara lain lewat tulisannya di media sosial.

"Assange gagal menepati perjanjian tertulis yang disepakatinya dengan pemerintah Ekuador pada akhir 2017. Dia wajib untuk tidak mengeluarkan pesan yang akan mengganggu masalah negara lain," begitu menurut pemerintah Ekuador, seperti dikutip CNN.

Ekuador tidak merinci pesan Assange yang dianggap telah melanggar perjanjian itu. Namun dalam cuitan terakhirnya di Twitter, Selasa pekan lalu, Assange menanggapi nyinyir pernyataan Alan Duncan, menteri negara di kantor Departemen Luar Negeri Inggris.

Duncan, dalam tanya-jawab di parlemen, menyebut Assange sebagai "cacing kecil yang menyedihkan" yang harus pergi dari kedutaan dan menyerahkan diri ke penegak hukum Inggris. "Lebih baik ’cacing’, makhluk sehat yang menyuburkan tanah, daripada ular," tulis Assange.

Ini bukan pertama kali pemerintah Ekuador "mengisolasi" Assange. Dalam dua tahun terakhir, Kedutaan telah dua kali memutus akses itu. Sejak 2012, Assange tinggal di Kedutaan untuk menghindari upaya penangkapan oleh penegak hukum Swedia yang menuduhnya terlibat kasus pemerkosaan. Swedia telah membatalkan dakwaan itu tahun lalu, tapi polisi Inggris masih punya surat perintah penahanan untuknya karena melanggar syarat jaminan saat meminta suaka politik ke Kedutaan.

PAKISTAN
Malala Yousafzai Pulang Kampung

ENAM tahun setelah insiden penembakan yang nyaris merenggut nyawanya, Malala Yousafzai kembali ke Pakistan. Pada hari kedatangannya, Kamis pekan lalu, Yousafzai disambut Perdana Menteri Shahid Khaqan Abbasi di Ibu Kota Islamabad.

"Saya sangat bahagia bisa kembali menginjakkan kaki di tanah air saya, negara saya, lagi," kata Yousafzai sambil menitikkan air mata, seperti diberitakan Al Jazeera. Yousafzai, yang selama ini bermukim di Inggris, datang bersama ayah dan adiknya.

Ini kepulangan pertama Yousafzai sejak dia ditembak oleh anggota Taliban saat pulang sekolah pada Oktober 2012. Taliban Pakistan ingin menghabisi nyawa Yousafzai karena ia bersuara lantang menolak larangan Taliban untuk berhenti bersekolah di sekolah umum. Kelompok ekstremis Islam itu bahkan pernah mengancam akan membunuh Yousafzai jika kembali ke Pakistan.

Pada 2014, saat berusia 17 tahun, Yousafzai menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya mengkampanyekan pendidikan bagi perempuan. "Ketika dulu pergi dari Pakistan, Anda masih anak-anak. Sekarang Anda adalah orang Pakistan paling tenar," ujar Abbasi.

VENEZUELA
Kebakaran Tewaskan Puluhan Tahanan

SEDIKITNYA 68 orang tewas dalam kobaran api yang menyapu sel-sel tahanan sebuah kantor polisi di Venezuela, Rabu pekan lalu. Insiden kebakaran itu sempat memicu pertikaian antara polisi dan keluarga korban, yang marah karena kurangnya informasi.

Kepala Jaksa Penuntut Tarek William Saab, seperti dikutip USA Today, mengatakan hampir semua korban tewas adalah tahanan. Namun ada dua perempuan yang ikut tewas saat membesuk keluarga mereka di tahanan kantor polisi Kota Valencia itu.

Media lokal melaporkan bahwa kebakaran dimulai setelah para tahanan membakar kasur dalam upaya mereka untuk kabur. Nahasnya, banyak dari mereka justru terjebak dalam kobaran api.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus