Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

24 Agustus 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOREA SELATAN
Baku Tembak Artileri Dua Korea

Ketegangan timbul di bagian barat perbatasan di antara dua Korea setelah tentara Korea Utara melepaskan tembakan ke wilayah Korea Selatan. Tembakan pada Kamis pekan lalu yang ditujukan ke unit militer Korea Selatan ini, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan, segera mendapat balasan.

Menurut kementerian itu, militer Korea Selatan mendeteksi adanya sebuah proyektil dari arah utara—yang diduga roket—menuju kawasan Yeonchon di Selatan. Militer Korea Selatan kemudian membalas dengan puluhan tembakan artileri ke lokasi yang menjadi asal proyektil itu. "Militer kami meningkatkan pemantauan dan mengawasi secara ketat pergerakan militer Korea Utara," begitu pernyataan kementerian itu.

Melaporkan dari Seoul, wartawan Al Jazeera, Harry Fawcett, mengatakan bahwa, menurut para pejabat, proyektil itu ditembakkan ke pengeras suara yang berfungsi sebagai alat propaganda. Militer Korea Selatan mendeteksinya pada pukul 03.52 waktu setempat (pukul 13.52 WIB).

"Ini terjadi setelah ada pernyataan baru-baru ini dari panglima militer Korea Selatan yang meminta pasukannya di perbatasan tak ragu membalas dengan tegas dan sekuatnya setiap provokasi Korea Utara," kata Fawcett.

Pengeras suara itu dioperasikan—lagi, setelah dihentikan—sebagai balasan atas peristiwa ledakan ranjau di bagian selatan daerah demiliterisasi pada 4 Agustus lalu. Dua tentara Korea Selatan terluka parah.

SURIAH
Tewasnya Juru Kunci Palmyra

Khalid al-Asaad dikenal sebagai juru kunci setia untuk kekayaan arkeologi Suriah. Pada Selasa pekan lalu, setelah mengalami penyekapan sebulan sejak rumahnya di Palmyra dikuasai kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dia diseret ke lapangan umum, dipenggal kepalanya, dan kemudian tubuhnya digantung di salah satu pilar peninggalan Romawi.

Menurut laporan media resmi Suriah, seperti dikutip The New York Times, kelompok yang mendeklarasikan kekhalifahan Islam itu sebelumnya berupaya menginterogasi Asaad, yang dijuluki sebagai Tuan Palmyra—karena begitu terikatnya dia dengan reruntuhan kota kuno yang masuk warisan dunia itu. ISIS ingin tahu di mana harta karun kota itu, tapi usahanya sia-sia. Hal ini mengisyaratkan Asaad berkorban demi melindungi peninggalan bersejarah yang sudah dia eksplorasi sepanjang hidupnya.

Seorang anak Asaad yang tak disebutkan namanya mengatakan pemenggalan terhadap ayahnya yang berusia 83 tahun itu memperlihatkan lagi kebrutalan ISIS. Sejak mulai menguasai sejumlah wilayah di Irak dan Suriah, kelompok yang berniat menggulingkan Presiden Bashar al-Assad itu memang telah memenggal sejumlah orang, termasuk beberapa wartawan asing.

Menurut Yasser Tabbaa, ahli seni dan arsitektur Islam di Irak dan Suriah yang tinggal di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat, Asaad dikenal sebagai orang mampu membaca prasasti-prasasti Palmyra secara otodidaktik. Dia mempresentasikan temuannya selama puluhan tahun bekerja di berbagai konferensi akademik. "Dia seorang yang amat penting berkaitan dengan situs arkeologi yang sangat boleh jadi paling penting," kata Tabbaa.

CINA
Sensor Informasi Tianjin

Setelah ledakan yang menewaskan 114 orang di Tianjin pada Rabu dua pekan lalu, pemerintah Cina tak hanya berupaya keras mengungkap penyebabnya, tapi juga memastikan bisa menyumbat saluran informasi. Sensor ketat telah dilancarkan untuk menjauhkan Internet dari "salah informasi yang berbahaya". Mereka yang dianggap melanggar bahkan telah dijatuhi hukuman.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu dua pekan lalu yang dikutip kantor berita Xinhua, Cyberspace Administration of China (CAC) menuduh 50 situs "menciptakan kepanikan karena menerbitkan informasi yang tak terverifikasi atau membiarkan penggunanya menyebarkan rumor tanpa dasar". Beberapa yang dijadikan contoh menyebutkan "ledakan itu menewaskan sekurang-kurangnya 1.000 orang", "pusat belanja di Tianjin dijarah", dan "ada perubahan kepemimpinan di pemerintah Tianjin".

Menurut CAC, berbagai informasi yang tak benar itu telah menimbulkan efek negatif terhadap masyarakat. Disebutkan, sebanyak 18 situs dicabut izinnya, sedangkan 32 situs lain dibekukan. Tencent News malah melaporkan seorang pengguna Internet (netizen) laki-laki dijatuhi hukuman lima hari kurungan karena mengunggah posting rumor yang menyebutkan 1.300 orang tewas dalam ledakan.

Pada awal pekan lalu, otoritas sensor Cina berhasil menepis desas-desus bahwa polutan dari lokasi ledakan sedang bergerak menuju Beijing. Lembaga yang sama juga menghapus sejumlah unggahan di jejaring sosial Weibo. Di antara yang dihapus itu adalah tulisan yang berasal dari majalah Caijing, yang mengutip wawancara dengan seorang petugas pemadam kebakaran bahwa di lokasi kejadian ada bahan kimia yang bakal bereaksi secara membahayakan bila bercampur dengan air.

Dalam kenyataannya, fakta yang tak terbantahkan mengenai ledakan itu sebenarnya masih sangat sedikit. Sejauh ini masih sulit untuk bisa mengatakan bahwa sensor itu memang ditujukan untuk menangkal rumor berbahaya dan tak akurat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus