Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
THAILAND
Unjuk Rasa Kembali Telan Korban
Dua pengunjuk rasa anti-pemerintah tewas dan 21 orang lainnya cedera dalam sebuah serangan senjata dan granat di Bangkok, Thailand. Polisi mengatakan dua granat M-79 dilemparkan orang tak dikenal ke lokasi unjuk rasa di Monumen Demokrasi dan diikuti tembakan, Kamis pagi waktu setempat.
"Korban pertama adalah seorang pengunjuk rasa yang sedang tidur di Monumen Demokrasi, sementara korban kedua seorang penjaga protes yang tewas akibat tembakan," kata polisi Mayor Wallop Prathummuang, seperti dilansir Al-Jazeera, Kamis pekan lalu.
Dalam sebuah pernyataan di situsnya, Erawan Emergency Centre melaporkan dua orang tewas dan 21 lainnya mengalami luka-luka, tanpa merinci lebih lanjut. Dengan dua korban tewas itu, korban jiwa mencapai 27 orang selama enam bulan aksi protes untuk menjatuhkan pemerintah. Sedangkan ratusan lainnya terluka dalam serangan senjata dan granat selama unjuk rasa berlangsung.
Perdana Menteri Yingluck Shinawatra telah dicopot dari jabatannya oleh Mahkamah Konstitusi pekan lalu. Tapi penggantinya masih berasal dari kubunya, Partai Pheu Thai. Pemerintah sementara yang baru ini menolak tunduk pada tekanan oposisi dengan mengatakan mereka adalah pemerintah yang dipilih secara demokratis.
KOREA SELATAN
Kapten Sewol Didakwa Atas Pembunuhan
Kapten dan tiga awak senior feri Sewol, yang terbalik dan karam pada April lalu, didakwa atas pembunuhan yang menyebabkan kapal tenggelam dan menewaskan lebih dari 280 penumpang. Dakwaan itu dibacakan jaksa pada Kamis pekan lalu.
Jaksa juga mendakwa 11 awak kapal lainnya yang selamat dari tragedi atas tuduhan kelalaian. Para kru kapal kini tengah menjalani investigasi kriminal setelah mereka diyakini malah melarikan diri ketika kapal tenggelam sebelum menyelamatkan penumpang. "Kapten, seorang perwira pertama dan perwira kedua, serta kepala teknik mesin lolos sebelum penumpang tenggelam," kata jaksa Ahn Sang-don, yang memimpin investigasi, dalam sebuah konferensi pers, Kamis pekan lalu.
Feri Sewol yang kelebihan beban terbalik dan tenggelam pada 16 April 2014. Kapal itu membawa 476 orang, termasuk awak kapal dan penumpang. Sebagian besar atau 339 penumpangnya adalah siswa sekolah menengah atas yang tengah berwisata ke Pulau Jeju. Hanya 172 penumpang yang selamat, sisanya tenggelam.
Dari hasil investigasi diketahui feri itu kehilangan daya stabilitasnya setelah direnovasi untuk menambah kapasitas. Pada saat berlayar pada 16 April lalu, feri itu kelebihan beban. Arus yang kencang membuat kapal menjadi kurang responsif sehingga berbelok 15 derajat, lebih tajam dari yang seharusnya. Akibatnya, feri tenggelam.
SWISS
WHO Belum Nyatakan Status Darurat MERS
BADAN Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tingkat kegawatan wabah virus pernapasan MERS di Timur Tengah meningkat, tapi belum menjadi ancaman kesehatan global. "Kami melihat semakin banyak kasus, tapi kami tidak melihat bukti yang meyakinkan saat ini adanya penularan dari satu orang ke orang lain," kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Keamanan Kesehatan, Keiji Fukuda, seperti dilansir VOA News, Rabu pekan lalu.
Virus yang menyebabkan batuk, demam, dan radang paru-paru yang bisa berakibat fatal itu dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 500 orang, terutama di Arab Saudi. Virus ini kini sudah menyebar ke negara-negara tetangga, yang dalam beberapa kasus ditemukan di Eropa, Asia, dan Amerika Serikat.
WHO mencatat saat ini ada 571 kasus MERS dengan 171 kematian. Jumlah negara yang melaporkan kasus MERS menjadi 18, dengan kasus baru ditemukan di Belanda. Virus ini dapat mengakibatkan kematian sekitar 30 persen dari pasien yang terinfeksi.
Komite darurat WHO mengadakan pertemuan di Jenewa, Swiss, dan sepakat bahwa kenaikan tajam jumlah penderita MERS sejak Maret lalu perlu menjadi perhatian serius. Fukuda mengatakan komite ini terus mengkaji semua informasi, meskipun belum memutuskan sebagai keadaan darurat kesehatan publik.
Komite merekomendasikan pencegahan dan pengendalian virus untuk membantu memerangi penyebarannya. Masyarakat yang berangkat haji ke Mekkah dinilai perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya virus MERS sehingga mereka bisa melindungi diri. "Kita tahu di beberapa negara tingkat pengawasannya relatif rendah, tapi ada juga negara yang memang banyak dikunjungi orang, seperti Arab Saudi. Jadi ada kombinasi faktor di situ," kata Fukuda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo