Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

31 Maret 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AFRIKA BARAT
Wabah Virus Ebola

Virus Ebola telah menewaskan sedikitnya 59 orang di Guinea, Afrika Barat. Penyakit ini menyebabkan perdarahan di mulut dan mata.

Pejabat kesehatan setempat mengatakan mereka yang terkena virus Ebola saat ini sedang menjalani karantina. Karena itu, masyarakat diminta menghindari kontak langsung dengan mereka yang terinfeksi.

Virus Ebola menyebabkan demam berdarah pada korban dan hingga kini belum ada vaksin atau pengobatan spesifik yang dapat menyembuhkan penyakit ini.

Munculnya beberapa kasus baru di Guinea menandai pertama kalinya dalam 20 tahun wabah virus ini dilaporkan menjangkiti wilayah Afrika Barat. "Demam Ebola adalah salah satu penyakit paling mematikan yang menyerang manusia, dengan tingkat kematian hingga 90 persen," kata Ibrahima Toure, Direktur Organisasi Plan International untuk bagian Guinea, seperti dikutip Associated Press, Senin pekan lalu.

Ia mengatakan masyarakat yang berada di wilayah penyebaran virus ini umumnya sering melintasi perbatasan dengan bebas berpindah-pindah. "Ini menimbulkan risiko serius epidemi menjadi meluas dengan konsekuensi mematikan," ucapnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan ada total 86 dugaan kasus Ebola di Guinea, 13 di antaranya telah dipastikan lewat hasil laboratorium. Wabah itu terpusat di wilayah pedesaan di Guinea tenggara, termasuk kawasan Gueckedou dan Macenta.

Virus itu juga dikhawatirkan telah menyebar ke negara tetangganya, Sierra Leone dan Liberia, meskipun tidak ada laporan kasusnya.

Menurut WHO, Ebola masuk ke populasi manusia melalui kontak dekat dengan binatang-binatang yang terjangkit, termasuk simpanse, gorila, monyet, kijang liar, dan landak. Penyakit ini ditularkan antarmanusia melalui kontak dengan organ tubuh, darah, dan cairan-cairan tubuh. Virus Ebola paling banyak ditemukan di Republik Demokratik Kongo, Uganda, Sudan Selatan, dan Gabon.

AFGANISTAN
Peluang Habiba Sarabi

Habiba Sarabi adalah wanita paling menonjol dalam bursa calon Presiden Afganistan mendatang. Dia pernah menjabat gubernur wanita pertama di Afganistan. Keikutsertaannya dalam pemilihan presiden berpeluang menjadikannya sebagai presiden perempuan pertama di negara itu.

Ia mengincar suara kaum perempuan agar dapat memenangi pemilihan umum yang digelar 5 April mendatang. "Perempuan dapat mempengaruhi transisi, sebuah transisi politik," kata Sarabi dalam sebuah wawancara, seperti dilansir Associated Press, Ahad dua pekan lalu.

Namun mantan Gubernur Provinsi Bamiyan berusia 57 tahun ini masih harus menghadapi norma budaya dalam masyarakat Islam konservatif. Perempuan Afganistan diberi hak memilih dalam konstitusi setelah Amerika Serikat menggulingkan rezim Taliban pada akhir 2001. Di bawah rezim Taliban, perempuan dilarang bersekolah dan dipaksa mengenakan burqa.

Pada 2009, banyak perempuan Afganistan yang telah terdaftar dalam pemilihan kemudian memberikan kartu pemilihnya kepada saudara laki-laki mereka. Hal ini menyebabkan banyaknya suara ganda dalam pemungutan suara sehingga Presiden Hamid Karzai terpilih kembali.

Seorang anggota parlemen dari provinsi barat Heart, Naheed Farid, memprediksi situasi serupa terjadi lagi. Alasannya, di beberapa daerah, perempuan menolak difoto meskipun dalam kartu pemilih terdaftar harus memasang foto untuk identifikasi.

"Saya sangat optimistis akan ada lebih banyak perempuan memberikan suara dalam pemilu kali ini. Tapi siapa yang akan mereka pilih dan apa yang akan terjadi pada hak suara mereka tentu masalah tersendiri," ucapnya dalam sebuah wawancara telepon.

Pemilu Afganistan tahun ini diisi sembilan calon presiden. Namun, dari kesembilan orang itu, hanya tiga kandidat yang diunggulkan, yaitu Zalmai Rassoul, Abdullah Abdullah, dan Ashraf Ghani Ahmadzai. Menurut Komisi Independen Pemilihan, ada 12 juta orang di Afganistan yang memiliki hak suara.

VENEZUELA
Bersih-bersih Ala Maduro

Presiden Venezuela Nicolas Maduro terus melakukan bersih-bersih politik. Setelah sepekan sebelumnya agen intelijennya menangkap Wali Kota San Cristobal Daniel Ceballos dengan tuduhan memberontak, pekan lalu giliran tiga jenderal angkatan udara ditahan dengan tuduhan merencanakan kudeta bersama politikus oposisi.

Seperti dilansir Reuters, penangkapan dilakukan di tengah gelombang unjuk rasa anti-pemerintah yang telah menewaskan 36 orang sejak Februari lalu. "Tadi malam kami menangkap tiga jenderal yang mencoba menggunakan angkatan udara untuk melawan pemerintah yang sah," kata Maduro dalam pidato di televisi pemerintah di tengah pertemuan dengan menteri luar negeri negara-negara Amerika Selatan di Karakas, Selasa pekan lalu.

Ia tak menyebutkan nama ketiga jenderal itu, tapi mengatakan rencana kudeta terungkap oleh para kolega para jenderal. Ketiganya kini sedang diadili di pengadilan militer. "Kelompok ini punya hubungan langsung dengan oposisi. Mereka mengatakan ini merupakan pekan yang menentukan, dengan keyakinan bahwa Venezuela tidak tahu bagaimana mempertahankan diri," ujarnya.

Maduro juga melakukan pembersihan di parlemen. Menurut Ketua Majelis Nasional Diosdado Cabello, wakil oposisi Maria Corina Machado kehilangan kursinya dan dapat ditangkap sewaktu-waktu. Machado dianggap bersalah karena menghadiri pertemuan Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) untuk membahas krisis di Venezuela.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus