Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

MOMEN

30 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAKISTAN
Meminta Bantuan IMF

DELEGASI Pakistan berunding dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membahas paket pinjaman US$ 11 miliar pascabanjir besar yang melanda negara itu, Senin pekan lalu. Direktur Regional IMF Masood Ahmed mengatakan pihaknya mengupayakan rumusan yang tepat agar dapat segera membantu Pakistan keluar dari masa sulit.

Di antaranya menurunkan target fiskal atau mengizinkan Pakistan mendapatkan dana bencana alam darurat. Para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyatakan situasi kemanusiaan di Pakistan sangat kritis. Saat ini penggalangan dana PBB mencapai 70 persen dari US$ 460 juta untuk pertolongan darurat. Tapi masih banyak warga yang belum menerima bantuan.

Sebelumnya, pemerintah Pakistan juga meminta penjadwalan ulang pembayaran pinjaman utang miliaran dolar ke sepuluh negara donor dalam jangka waktu dua tahun ke depan. Islamabad beralasan tak mungkin bisa membayar utang karena harus merehabilitasi kota-kota yang hancur akibat banjir.

NEPAL
Kecelakaan Pesawat

SEBUAH pesawat kecil milik perusahaan Agni Air jatuh di Distrik Makwanpur, sebelah barat daya Kathmandu, Selasa pagi pekan lalu. Pesawat yang sedang dalam perjalanan dari Lukla, sebuah kawasan di dekat Gunung Everest, menuju Kathmandu itu membawa 15 penumpang dan awak. Semuanya tewas.

”Tim kami saat ini sudah tiba di lokasi jatuhnya pesawat dan bisa saya konfirmasikan tidak ada korban selamat dalam kecelakaan ini,” kata ketua tim penyelamat Bimlesh Lal Karna. Di antara korban tewas terdapat empat warga negara Amerika Serikat serta satu warga Jepang dan Inggris.

Bangkai pesawat hancur berkeping-keping di ladang dekat bangunan sekolah di Desa Shikharpur, Kathmandu. Penyebab jatuhnya pesawat belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan buruknya cuaca menjadi faktor utama jatuhnya pesawat nahas tersebut.

FILIPINA
Pembajakan Bus Turis

POLISI Filipina akhirnya menembak mati seorang mantan polisi yang menyandera bus pariwisata yang ditumpangi turis Hong Kong di Manila, Senin pekan lalu. Aksi Rolando Mendoza, 55 tahun, bekas polisi yang kecewa karena dipecat, setidaknya telah menewaskan delapan sandera, di antaranya tujuh turis Hong Kong.

Kolonel Polisi Nelson Yabut membenarkan kabar bahwa pelaku penyanderaan terhadap bus yang membawa 22 turis Hong Kong itu adalah mantan inspektur polisi senior di Manila. Mendoza tercatat sebagai polisi yang bekerja hampir 30 tahun di Manila, tapi dipecat tahun ini karena dituduh memeras. Selama penyanderaan, Mendoza menempelkan tuntutannya di jendela bus, antara lain pengangkatan kembali dia sebagai perwira polisi.

Pemerintah Cina meminta Filipina menggelar penyelidikan menyeluruh atas penanganan insiden pembajakan bus yang berujung maut itu. Beijing mempertanyakan terlambatnya reaksi polisi terhadap aksi Mendoza hingga menewaskan delapan warga Cina. Presiden Benigno Aquino berjanji segera menuntaskan penyelidikan atas drama penyanderaan tersebut. ”Kami akan memberikan keterangan,” katanya.

KOREA UTARA
Carter Bebaskan Gomes

MANTAN Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter kembali mengunjungi Korea Utara untuk merundingkan pembebasan warga Amerika yang dipenjara di sana, Rabu pekan lalu. Kunjungan Carter berhasil membebaskan Aijalon Mahli Gomes, 31 tahun, yang dipenjara sejak April lalu.

Gomes dijatuhi hukuman kerja paksa selama delapan tahun pada April lalu setelah dituding masuk ke Korea Utara secara ilegal. Juli lalu, ia sempat mencoba bunuh diri karena putus asa. Pemuda asal Boston ini sebelumnya mengajar kursus bahasa Inggris di Korea Selatan. Gomes menyeberang ke Korea Utara dari perbatasan Cina tanpa bekal dokumen keimigrasian yang sah sehingga ditahan pemerintah Korea Utara, 25 Januari.

Carter sudah beberapa kali mengunjungi Pyongyang saat hubungan Amerika dan Korea Utara tegang. Dia membantu melunakkan krisis melalui perundingan-perundingan dengan pemimpin Korea Utara, Kim Il-sung. Maret lalu, dalam kunjungan ke Seoul, dia menyerukan kepada Korea Selatan dan Amerika agar melakukan perundingan langsung dengan Pyongyang dan mengatakan kegagalan merundingkan pelucutan senjata nuklir mungkin bisa berakibat bencana perang.

CINA
Pesawat Jatuh

SEBUAH pesawat milik maskapai penerbangan Cina, Henan Airlines, jatuh saat mencoba mendarat di timur laut Kota Yichun, Provinsi Heilongjiang, Selasa malam pekan lalu. Sedikitnya 42 orang tewas dan 54 luka-luka akibat peristiwa itu.

Musibah terjadi ketika pesawat yang membawa 96 penumpang tersebut berusaha mendarat di landasan pacu, yang malam itu tertutup kabut tebal, sesaat setelah pukul 21.30 waktu setempat—sekitar 40 menit setelah pesawat lepas landas dari Harbin, ibu kota Heilongjiang.

Beberapa penumpang sempat terlempar keluar dari kabin sebelum turbin pesawat jet Embraer itu menyentuh tanah. Seorang penumpang pria yang belum diketahui identitasnya mengatakan pesawat mengalami turbulensi yang cukup kuat saat akan mendarat. Penyebab kecelakaan itu masih belum jelas. Tim penyelidik masih memeriksa reruntuhan dari perekam data penerbangan di kotak hitam pesawat. Kecelakaan ini merupakan yang terbesar di Cina dalam enam tahun terakhir.

MEKSIKO
Pembantaian 72 Imigran

PETUGAS Meksiko mulai mengidentifikasi 72 imigran yang terbunuh di dekat perbatasan Amerika Serikat, Jumat pekan lalu. Asisten Jaksa Agung Negara Bagian Tamaulipas, Jesus de la Garza, mengatakan sejauh ini 15 orang telah dikenali. Delapan orang berasal dari Honduras, 4 dari El Salvador, 2 dari Guatemala, dan 1 dari Brasil.

Kepala keamanan Meksiko mengatakan mereka dibantai geng obat bius karena menolak menyelundupkan narkotik. ”Ini bukan penculikan untuk mendapat uang tebusan, melainkan paksaan untuk membantu organisasi kejahatan,” ujar Alejandro Poire, pejabat keamanan Meksiko. Seorang korban selamat mengatakan para pembantai menyebut diri Zetas, geng obat bius yang menguasai wilayah utara Tamaulipas.

Aktivis hak asasi manusia mengingatkan soal meningkatnya jumlah imigran yang diculik, dibunuh, dan dieksploitasi oleh kelompok pengedar obat bius. Mereka biasanya diminta menyelundupkan obat bius ke Amerika. Dalam laporannya April lalu, Amnesty International mencatat 10 ribu imigran—kebanyakan dari Amerika Tengah—berusaha masuk Amerika melalui Meksiko.

Suryani Ika Sari (BBC, AP, AFP, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus